Mohon tunggu...
Nawa Sri
Nawa Sri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Be Grateful to be ME...

Pembelajar, suka membaca dan sangat berminat untuk terus menulis. Tertarik dalam pengembangan diri, parenting, perencanaan keuangan serta gaya hidup sehat nan ramah lingkungan. https://nawasri.wordpress.com Email: ms.nawa@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Memperingati HUT RI ke 77 dengan Jelajah Sejarah Peristiwa 4 Hari di Solo

21 Agustus 2022   08:33 Diperbarui: 26 Agustus 2022   14:01 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan berikutnya, kami menuju Monumen "Setya Bhakti" Sriwedari di belakang GOR Bhineka, dekat pasar kembang. Monumen ini berupa sebuah batu besar dengan patung garuda dan terdapat tulisan mengenang peristiwa 9 Agustus 1949 dengan deretan nama para korban pembantaian. Tampak banyak bunga tabur di monumen ini, menandai masih dikenangnya para korban.

Monumen Setya Bhakti (Dokumentasi pribadi)
Monumen Setya Bhakti (Dokumentasi pribadi)

Titik jelajah jejak sejarah selanjutnya, kami menuju Monumen Pasar Gading, berupa Prasasti "Kebhaktian Rakyat" yang diresmikan tahun 1987 untuk mengenang Peristiwa Empat Hari di Solo dengan Pejuang Kemanusiaan Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai korban pembantaian pasukan Belanda.

Monumen Pasar Gading (Dokumentasi pribadi)
Monumen Pasar Gading (Dokumentasi pribadi)

Dari Monumen Pasar Gading, kami mengunjungi Rumah Pahlawan Nasional Brigjen Slamet Riyadi di daerah Jogosuran Serengan Solo. Rumah yang didominasi warna hijau itu tampak sederhana, dengan bangunan khas Jawa, terdapat foto-foto almarhum Brigjen Slamet Riyadi di dalamnya.

Rumah Pahlawan Nasional Brigjen Slamet Riyadi (Dokumentasi pribadi)
Rumah Pahlawan Nasional Brigjen Slamet Riyadi (Dokumentasi pribadi)

Saat ini, rumah tersebut ditinggali oleh kemenakan dari Brigjen Slamet Riyadi, yaitu ibu Siti yang seusia dengan kemerdekaan Indonesia, 77 tahun. Ibu Siti menyambut kami dengan ramah dan menceritakan kisah Brigjen Slamet Riyadi yang gugur di Ambon pada tahun 1950.

Bersama ibu Siti, kemenakan Brigjen Slamet Riyadi (Dokumentasi pribadi)
Bersama ibu Siti, kemenakan Brigjen Slamet Riyadi (Dokumentasi pribadi)

Selepas mengunjungi Rumah Brigjen Slamet Riyadi dan beristirahat sejenak di sana, kami menuju ke Monumen Panularan yang juga merupakan destinasi terakhir dari Jelajah Sejarah Peristiwa Empat Hari di Solo ini. 

Monumen yang terdapat di halaman sebuah rumah kuno ini berupa prasasti yang menjadi tanda tempat perundingan pelaksanaan Cease Fire antara Letkol Slamet Riyadi dengan pihak Belanda pada tanggal 11 Agustus 1949 atas dasar perintah Presiden Soekarno.

Monumen Panularan (Dokumentasi pribadi)
Monumen Panularan (Dokumentasi pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun