Mohon tunggu...
Nawang Wulandari
Nawang Wulandari Mohon Tunggu... -

Freelance Writer / Mahasiswi Pascasarjana UIN Malang / Penyuka rinai hujan dan warna ungu / Hanya seseorang yang ingin bisa lebih baik bagi agama, keluarga dan lingkungan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Muasal dari Segala Kepergian

29 November 2013   07:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:33 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak abad-abad jauh yang tak butuh hitungan,

datang adalah muasal dari segala kepergian.

Lalu, sunyiadalah muara dari segala kesedihan.


Pernah kita memahat kenangan, dalam tiap tapak-tapak jalan, pada sawah dan ladang-ladang, pada bunga-bungakopi yang wangi,pada rupa yang datang dan pergi bergantian, yang banyak mengajarkan silsilah kehilangan.


Satu tanya yang tersembunyi dalam sunyi-sunyi yang kunaungi. Perihal alasan engkau membakar ribuan peta, hingga kesedihan tidak pernah tahu bagaimana seharusnya menapaki jalan, menuju mukim di rahim-rahim kebahagiaan


Dimataku nanti akan tumbuh lubuk. Dengan ratusan ikan yang tak pandai berenang. Tersebab engkau lupa menitipkan sirip dan insang.


Nanti engkau paham, air mata mampu lebih banyak berkata-kata,sunyi dan puisi menjadi lebih nyata darisegala yang aku rasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun