"Yah, apa kau masih berpikir, bertindak diam dan penuh hikmah itu sia-sia? Diam akan mengajarkanmu kerendahhatian dakwah, teman…"
"Apa kau menyuruhku diam pula dari Amar Ma'ruf Nahi Munkar? Kalau begitu, setahuku aku bahkan menjadi lebih tidak bertanggungjawab, bukan?"
"Kau tahu bukan, ibarat kau boleh menjadi bodoh, tapi kau tetap tak boleh kehilangan otakmu..."
"Hmmhh, yah, kau benar. Aku mesti tahu bagaimana menempatkan dakwahku..."
"Dan satu lagi kawan.."
"Katakan saja padaku teman..."
"Seorang da'i tidak pernah sekalipun merasa sempurna nan mulia perihal dakwahnya..."
......
Aku berjalan di bawah kegelapan. Tersenyum melihat bulan sabit yang merona canggung di balik pucuk-pucuk cemara bukit, kala sang api berbisik licik,
”Kabarkan kawan. Sesungguhnya ini luar biasa...”
--R.D. 2010--