Aku mengangguk dengan cepat. "Diba nggak akan bolos dan bohong lagi sama Bapak sama Ibu. Maafin Diba, Pak, Bu."
***
"Van, maksud lo apa? Gara-gara lo bokap gue kecelakaan tau, nggak?!" sentakku pada Vania dari sambungan telepon.
"Lagian lo bego banget asli, Dib. Siapa juga yang mau temenan sama bocah kampung kayak lo? Gue juga ada dendam sama bokap lo itu, waktu gue kunjungan ke Jogja, dia sok keren banget pake negur gue gara-gara buang sampah sembarangan. Dah, lo nggak level di circle kita."
Plot twist apalagi ini? Ya Allah, memang sudah sepantasnya aku tidak menjauhi-Mu, sudah seharusnya aku hanya percaya pada-Mu, berharap pada-Mu. Maafkan aku dan terima kasih atas pertolonganmu, Ya Rabb. Bantu aku untuk selalu berada di jalan-Mu. Terlalu jauh dari-Mu hanya meninggalkan luka yang menyakitkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H