Mohon tunggu...
Navila AS
Navila AS Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi D4 TRP Fakultas Vokasi Universitas Airlangga

saya seorang mahasiswi yang memiliki ketertarikan mengenai isu kesehatan, gaya hidup sehat, dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Penyebab Kanker Serviks, Cara Pencegahan, Serta Keefektivan Vaksin HPV

14 Juni 2022   08:46 Diperbarui: 14 Juni 2022   09:17 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Belakangan ini berita mengenai kewajiban mengikuti program vaksinasi kanker serviks sedang ramai dibincangkan masyarakat Indonesia. Vaksin kanker serviks merupakan salah satu vaksin yang masuk dalam daftar program imunisasi lengkap. Sasaran dari program vaksinasi kanker serviks ini adalah anak-anak usia SD yang berada di kelas 5 dan 6. 

Program vaksin ini sudah mulai berjalan sejak tahun 2021, tetapi hanya di beberapa daerah di Indonesia dan belum menjangkau secara nasional. Harapan dan target dari Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, program vaksin kanker serviks ini dapat menjangkau 8 provinsi hingga penghujung tahun 2022. 

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai vaksin kanker serviks, tahukah anda apa itu kanker serviks?. Mengapa program vaksin kanker serviks ini penting untuk dibahas lebih dalam?. Lalu, bagaimana upaya pencegahan agar terhindar dari risiko terkena kanker serviks?. Semua pertanyaan tersebut akan terjawab dalam uraian berikut.

Kanker serviks atau dalam istilah medis disebut kanker leher rahim adalah kanker yang disebabkan oleh infeksi virus Human Papiloma Virus (HPV) yang menyerang bagian serviks uterus dimana daerah tersebut merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara uterus dengan vagina. 

Leher rahim atau serviks sendiri merupakan bagian dari rahim yang berfungsi membantu menyalurkan sperma dari vagina ke rahim.dan berfungsi melindungi rahim dari bakteri maupun benda asing yang berasal dari luar. Kanker serviks atau leher rahim sendiri menjadi salah satu penyumbang kematian terbesar pada wanita. 

Tingginya angka kematian disebabkan karena keterlambatan penanganan dan sebagian besar wanita baru mengetahui adanya kanker pada leher rahim setelah mencapai stadium lanjut.

 Pada tahun 2020 total kasus kanker di Indonesia tercatat mencapai 396.914 kasus dengan total kematian sebanyak 234.511 kasus yang dilansir menurut data Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari WHO. Kanker serviks menempati urutan kedua tertinggi setelah kanker payudara dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus kanker.

Penularan virus HPV yang mengakibatkan terjadinya kanker serviks dapat disebabkan oleh berbagai faktor bukan hanya dari faktor kesehatan saja, tetapi juga berasal dari faktor usia, ekonomi, pendidikan, hingga lingkungan. 

Salah satu faktor penyebab kanker serviks yang berasal dari kesehatan adalah sering bergonta-ganti pasangan saat berhubungan seksual, penggunaan kontrasepsi hormonal, dan kebiasaan merokok. 

Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat menyebabakan hipersekresi (pengeluaran zat berlebihan) dan proliferasi kelenjar endoserviks yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks. Untuk kebiasaan merokok menurut penelitian dari Sugawara, et al, yang dikutip dari hasil penelitian (Setianingsih et al., 2022) disebutkan bahwa kebiasaan merokok dapat memengaruhi risiko kanker serviks yang disebabkan infeksi HPV persisten melalui gangguan imunologi dalam asap rokok. 

Sementara itu, faktor yang berasal dari ekonomi berhubungan dengan pekerjaan dan aktivitas fisik yang dilakukan oleh perempuan.dimana menurut penelitian Damayanti (2013) dikutip dari hasil penelitian (Setianingsih et al., 2022) bahwa perempuan yang memiliki pekerjaan berat berisiko 9 kali lebih tinggi terkena kanker serviks dibandingkan perempuan yang memiliki pekerjaan ringan. Kemudian faktor lain berasal dari tingkat

pendidikan yang ditempuh. Perempuan dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kebersihan dan menjalani gaya hidup sehat dibandingkan dengan perempuan yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Selain itu, perempuan dengan tingkat pendidikan tinggi lebih responsif dalam program skrining. 

Faktor lain dapat berasal dari lingkungan salah satunya perilaku vaginal hygiene. Perilaku tersebut berkaitan dengan ketersediaan air bersih serta tempat tinggal seseorang. Namun, dari beberapa faktor yang telah disebutkan tersebut tidak semua menjadi faktor utama. Ada beberapa faktor risiko yang kemungkinan terjadinya dapat dicegah sedini mungkin.  .

Tingginya kasus kematian akibat kanker serviks seharusnya membuat kita para kaum hawa lebih waspada. Kanker ini banyak menyerang perempuan usia produktif dimana gejala awal munculnya tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, penting bagi kita kaum hawa untuk mengecek kesehatan secara berkala dan lebih memperhatikan kondisi tubuh agar dapat mendeteksi dini bila terjadi gejala yang tidak biasa.

Upaya penurunan angka kasus kematian akibat kanker serviks terus digencarkan oleh Menteri Kesehatan RI yang juga ditargetkan oleh WHO untuk dapat terealisasi di seluruh dunia. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah dengan menumbuhkan kesadaran untuk mencegah terjadinya kanker serviks yang didukung dengan motivasi dari lingkungan. 

Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti pelatihan dan pemberian materi mengenai kanker serviks serta pencegahannya. Tahap kedua setelah adanya kegiatan pelatihan adalah mengikuti skrining menggunakan metode IVA atau papsmear.  IVA atau bisa disebut Inspeksi Visual Asam Asetat adalah metode skrining kanker serviks dengan menggunakan asam asetat untuk melihat adanya pertumbuhan sel prakanker atau kanker pada serviks.

Umumnya untuk leher Rahim yang sehat tidak akan terjadi perubahan warna saat dioleskan asam asetat, sedangkan untuk leher Rahim yang terdapat indikasi sel kanker akan berubah warna menjadi putih ketika dioleskan asam asetat. Metode pencegahan lain yang tidak kalah efisien adalah dengan vaksinasi kanker serviks. Vaksinasi ini sedang digencarkan oleh Kemenkes RI untuk dapat diikuti oleh seluruh provinsi di Indonesia. 

Terdapat beberapa jenis vaksin kanker serviks yang terbukti efektif mencegah kanker serviks. Salah satunya vaksin bivalent yang memiliki tingkat perlindungan efektif mencapai 90% pada pemberian dosis ketiga. Pemberian vaksin HPV untuk wanita disarankan sampai 3 dosis dengan rincian vaksin dosis pertama diberikan saat remaja umur 11-12 tahun, dosis kedua diberikan dengan jarak 2 bulan dari pemberian dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan setelah 6 bulan dari dosis pertama. 

Vaksinasi HPV untuk pencegahan kanker serviks di Indonesia sudah dimulai di beberapa wilayah seperti Yogyakarta. Harapannya vaksinasi ini dapat berjalan massif secara nasional karena terbukti memberikan hasil yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun