pendidikan yang ditempuh. Perempuan dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kebersihan dan menjalani gaya hidup sehat dibandingkan dengan perempuan yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Selain itu, perempuan dengan tingkat pendidikan tinggi lebih responsif dalam program skrining.Â
Faktor lain dapat berasal dari lingkungan salah satunya perilaku vaginal hygiene. Perilaku tersebut berkaitan dengan ketersediaan air bersih serta tempat tinggal seseorang. Namun, dari beberapa faktor yang telah disebutkan tersebut tidak semua menjadi faktor utama. Ada beberapa faktor risiko yang kemungkinan terjadinya dapat dicegah sedini mungkin. Â .
Tingginya kasus kematian akibat kanker serviks seharusnya membuat kita para kaum hawa lebih waspada. Kanker ini banyak menyerang perempuan usia produktif dimana gejala awal munculnya tidak dapat diprediksi. Oleh karena itu, penting bagi kita kaum hawa untuk mengecek kesehatan secara berkala dan lebih memperhatikan kondisi tubuh agar dapat mendeteksi dini bila terjadi gejala yang tidak biasa.
Upaya penurunan angka kasus kematian akibat kanker serviks terus digencarkan oleh Menteri Kesehatan RI yang juga ditargetkan oleh WHO untuk dapat terealisasi di seluruh dunia. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks adalah dengan menumbuhkan kesadaran untuk mencegah terjadinya kanker serviks yang didukung dengan motivasi dari lingkungan.Â
Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti pelatihan dan pemberian materi mengenai kanker serviks serta pencegahannya. Tahap kedua setelah adanya kegiatan pelatihan adalah mengikuti skrining menggunakan metode IVA atau papsmear. Â IVA atau bisa disebut Inspeksi Visual Asam Asetat adalah metode skrining kanker serviks dengan menggunakan asam asetat untuk melihat adanya pertumbuhan sel prakanker atau kanker pada serviks.
Umumnya untuk leher Rahim yang sehat tidak akan terjadi perubahan warna saat dioleskan asam asetat, sedangkan untuk leher Rahim yang terdapat indikasi sel kanker akan berubah warna menjadi putih ketika dioleskan asam asetat. Metode pencegahan lain yang tidak kalah efisien adalah dengan vaksinasi kanker serviks. Vaksinasi ini sedang digencarkan oleh Kemenkes RI untuk dapat diikuti oleh seluruh provinsi di Indonesia.Â
Terdapat beberapa jenis vaksin kanker serviks yang terbukti efektif mencegah kanker serviks. Salah satunya vaksin bivalent yang memiliki tingkat perlindungan efektif mencapai 90% pada pemberian dosis ketiga. Pemberian vaksin HPV untuk wanita disarankan sampai 3 dosis dengan rincian vaksin dosis pertama diberikan saat remaja umur 11-12 tahun, dosis kedua diberikan dengan jarak 2 bulan dari pemberian dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan setelah 6 bulan dari dosis pertama.Â
Vaksinasi HPV untuk pencegahan kanker serviks di Indonesia sudah dimulai di beberapa wilayah seperti Yogyakarta. Harapannya vaksinasi ini dapat berjalan massif secara nasional karena terbukti memberikan hasil yang baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H