Mohon tunggu...
nauval afnan
nauval afnan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Netijen Julid

Bujangan alay bergelar Sarjana Sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Monumen Bom Bali, Tempat Berduka atau Berselfie Ria?

29 Mei 2019   00:35 Diperbarui: 29 Mei 2019   00:52 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/titisvitisia/

Sore tadi saya sempatkan ngabuburit jalan-jalan sore seraya menunggu berbuka puasa di Monumen Bom Bali. Memang bukan kali pertama saya ke monumen yang terletak di Jalan Legian ini. Sebuah monumen peringatan untuk menghormati korban bom Bali tahun 2002 yang lalu. Di dalamnya tersemat 202 nama korban disertai negara asalnya. 

Seperti biasa tempat ini selalu ramai dikunjungi. Saya melihat di sekeliling saya banyak wisatawan yang ber-selfie ria dengan latar belakang Monumen Bom Bali tersebut. Saya berpikir sebentar lagi ia pasti segera mengunggah hasil fotonya ke media sosial seraya pamer kalau saat ini ia sedang liburan di Bali. Terang saja ketika saya cek lokasi 'Monumen Bom Bali Legian' di Instagram muncul ribuan foto selfie dengan latar belakang monumen ini. 

Yang menjadi pertanyaan dibenak saya adalah mengapa terjadi kontradiksi antara esensi monumen korban bom Bali dengan perilaku wisatawan yang cenderung apatis? lantas apa tujuan Monumen Bom Bali ini di bangun?

https://www.instagram.com/gilangpratamadp/
https://www.instagram.com/gilangpratamadp/

https://www.instagram.com/titisvitisia/
https://www.instagram.com/titisvitisia/

https://www.instagram.com/aldo__prat/
https://www.instagram.com/aldo__prat/

Saya memang tidak tahu bagaimana kondisi yang terjadi di TKP 17 tahun yang lalu. Kala itu saya masih SD kelas 2 yang saya ingat ibu saya berusaha menghubungi kakak kala itu sedang mengenyam bangku pendidikan di Bali. Saya ingat betul ibu sangat khawatir karena kakak ditelfon berkali kali tetap tidak dapat terhubung. Kala itu kepanikan memang melanda keluarga kami. 

Karena masih kecil, saya apatis apa yang terjadi kala itu, yang saya tahu di Bali ada bom dan kakak saya sulit dihubungi. Di tengah kepanikan tersebut saya justru menghasut ayah dan ibu untuk pergi ke Bali dengan alasan menjengkuk kakak saya, padahal tujuan sebenarnya adalah memanfaatkan momen tersebut untuk sekalian jalan-jalan di Bali. Tentu saja ide tengil saya diacuhkan oleh orang tua saya yang berempati kala itu.

Menurut informasi yang saya baca terdapat 3 titik ledakan aksi terorisme 12 Oktober 2002 lalu. 2 ledakan terjadi di Paddy's Pub dan Sari Club, ledakan terkhir di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat. Satu kotak bom seberat 6 kilogram dirakit di sepeda motor Yamaha dan diledakkan jarak jauh dengan perangkat ponsel yang diletakkan dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat oleh Ali Imron. 

Sekitar pukul 22:30 Wita Ali Imron menginstruksikan pelaku bom bunuh diri yaitu Jimi dan Iqbal bertolak ke Jalan Legian dengan mobil Mitshubisi L300 yang di dalamnya terdapat rakitan bom. Jimi merakit kabel dari detonator ke kotak switch bom di mobil L300 yang diinstruksikan oleh Ali Imron lalu mobil diparkirkan di Sari Club. 

Disaat bersamaan Iqbal menuju Paddy's Pub menggunakan rompi bom. Kemudian bom meledak pada pukul 23:05 Wita yang menewaskan 202 korban dari 20 negara dan 209 korban cidera. Ledakan dahyat tersebut meninggalkan lubang besar berdiameter 5x4 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Asap tebal menjulang tinggi ke awan hingga 100 meter, bau amis darah sangat menyengat, orang-orang berlarian panik dan merintih kesakitan. Jumat, 12 Oktober 2002 adalah peristiwa Bom Bali 1 yang dianggap sebagai aksi terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.

'Luka Bom Bali' adalah sebuah buku yang ditulis Ni Komang Evriani. Dilansir dari liputan6.com dalam acara bedah buku di Warung Kubu Kopi, Evriani memaparkan bahwa saat tragedi bom Bali kondisi perekonomian Bali sempat terpuruk namun saat ini kembali pulih, dari peristiwa tersebut yang tersisa hanya sebuah monumen di lokasi ledakan. Monumen tersebut kini menjadi tempat wisata wajib wisatawan saat berkunjung ke Bali, bahkan banyak di antara mereka selfie di depan monumen dengan ekspresi kegembiraan.

Sebagian orang  mungkin sudah melupakan peristiwa tragis itu tapi tidak bagi Thiolina Marpaung dan Jatmiko korban yang selamat pada tragedi tersebut. Hingga saat ini (30 Oktober 2017) mereka masih merasakan luka yang masih membekas bahkan masih menjalani perawatan medis dengan merogoh kocek pribadinya. Thiolina mengalami cacat mata dikarenakan kemasukan pecahan kaca yang merusak retinanya. Sedangkan Jatmiko harus rela kehilangan pekerjaannya usai tragedi tersebut.

Begitu pula Jeanne Burmistar adalah salah satu saksi korban bom bali 1 yang selamat dari wagra negara Australia. Ia datang ke Monumen Bom Bali atau biasa disebut Ground Zero Legian 12 Oktober 2012 lalu untuk berziarah, memberi penghormatan dan mengenang sahabat-sahabat serta pasangannya yang menjadi korban tragedi Bom Bali 1. Ia sedih dan terisak ketika mengingat peristiwa kelam yang sangat tidak manusiawi kala itu, ia berharap tidak terjadi peristiwa terorisme lagi selamanya.

Bom Bali 1 merupakan tragedi teroris terparah  dalam sejarah Indonesia yang meninggalkan trauma fisik dan psikis banyak orang terutama korban-korban yang selamat. Namun masih banyak disekeliling saya yang masih terus berfoto selfie dengan latar belakang Monumen Bom Bali dengan ekspresi kegembiraan. 

Hal ini cukup ironis sama seperti yang saya alami pada waktu saya kelas 2 SD dulu, yaitu apatis. Namun memang tidak mudah membuat orang menjadi empati terhadap peristiwa tragis Bom Bali 1. Menurut Baron Cohen & Wheelwright (2004), menyatakan bahwa pendekatan empati afektif yaitu 1) perasaan pengamat harus sesuai dengan orang yang diamati, 2) perasaan pengamat sesuai dengan kondisi emosional orang lain namun dengan cara yang lain, 3) pengamat merasakan emosi yang berbeda dari emosi yang dilihatnya, 4) perasaan pengamat harus menjadi satu untuk perhatian atau kasih sayang pada penderitaan orang lain. Dalam hal ini setiap individu berbeda-beda dalam menanggapi peristiwa penuh darah 12 Oktober 2002 lalu, ada yang apatis ada pula yang berempati.

Fenomena selfie di Monumen Bom Bali mengingatkan saya pada kasus Syahrini saat berpose cantik mengenakan coat mewah bulu-bulu berwarna biru di atas Holocaust Memorial di Berlin Jerman setahun yang lalu. Dengan berpose manja ia mengucapkan "Foto bisa ya. Bagus ya, di tempat Hitler bunuh-bunuhan," yang direkam di Instastory-nya. Terang saja warga net langsung mem-bully Syahrini habis-habisan karena ulah Syahrini yang tidak menghormati tempat dan sejarah dimana ia sedang berswafoto. 

Tak berselang lama ia menghapus video Instastory-nya, namun warga net tetap mem-bully artis cantik asal Indonesia tersebut bahkan aksi Syahrini juga mendapat sorotan dari media asing perihal ulahnya di Holocaust Memorial kala itu. Sejatinya Holocaust Memorial yaitu tempat peringatan kaum Yahudi yang terbunuh di Eropa pada zaman Perang Dunia II. Ada sekitar 6 juta korban yang dibunuh oleh Nazi diantaranya kaum Yahudi, tahanan perang Soviet, rakyat Polandia, orang cacat dan tidak produktif, saksi Yehovah dan kaum homoseksual. 

Holocaust Memorial selesai dibangun pada 2004 dan dibuka untuk umum tahun 2005, terdiri atas 2711 blok beton berbaris rapi berwarna abu-abu dengan ketinggian berbeda-beda. Di sana juga terdapat museum bawah tanah di dalamnya pengunjung dapat mengamati apa yang terjadi pada saat itu. Terdapat kesaksian dari orang-orang yang selamat ada pula kumpulan surat-surat terakhir yang dikirimkan oleh para korban untuk keluarganya. Contohnya surat dari anak kepada ayahnya, berikut isinya:

"Halo Ayah! Aku mengucapkan selamat tinggal untukmu sebelum aku mati. Kita sangat ingin untuk bisa tetap hidup, tapi mereka tidak akan membiarkan kita hidup dan kita akan mati. Aku sangat takut akan kematian ini, karena anak-anak kecil dilempar hidup-hidup ke dalam lubang. Selamat tinggal selamanya. Aku menciummu dengan lembut.

Love J".

Saya harap orang di sekeliling saya yang masih tetap selfie ria dengan latar Monumen Bom Bali bukanlah netizen yang turut ikut andil mem-bully Syahrini saat berpose Holocaust Memorial tahun lalu. Lantas bagaimana respon pemerintah dalam menanggapi hal ini? Mengapa pemerintah seolah membiarkan esensi Monumen Bom Bali disalah artikan oleh Wisatawan?

Ternyata pemerintah Bali pun juga apatis dalam hal ini. Kepala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kuta I Gusti Agung Made Agung  memaparkan bahwa "Tanah lokasi ex Sari Club (tempat berdirinya Monumen Bom Bali, red) memang akan segera dibangun restoran dan monumen, sesuai dengan IMB-nya" dilansir dari detik.com (26/4/2019) Gusti menerangkan bahwa nantinya Monumen Bom Bali akan dijadikan restoran Western 5 lantai nantinya monumen peringatan tersebut diletakkan di lantai 5. Dia juga menegaskan bahwa masyarakat Kuta, Badung mendukung pembangunan restoran tersebut dan tidak ada yang mengajukan protes.

Tentu saja rencana pembangunan tersebut menuai pro dan kontra terutama dari pihak Konsulat Autralia. Alasan paling mendasar adalah soal kemanusiaan. Bahkan Perdana Menteri Australia Scoot Morisson mengecam terbitnya IMB di lahan ex Sari Club oleh Pemkab Badung. 

Dalam postingan di media sosialnya (25/4/2019) Morisson menyatakan Pemerintah Australia sebenarnya telah memberikan dana bagi pembangunan Taman Perdamainan di lokasi ex Sari Club ini. Bahkan Konsul Jendral Australia di Bali telah bekerja keras untuk menyelesaikan masalah ini.

Lina Tania sebagai pemilik lahan ex Sari Club dalam jumpa persnya 29 April 2019 di J4 Hotels Legian, menuding bahwa pihak Bali Peace Park Association (BPPA) telah mengintervensi kewenangan untuk membangun gedung restoran di atas tanah miliknya. Bahkan BPPA mem-publish tanah ex Sari Club tanpa sepengetahuan pihaknya dan ia menganggap tidak dapat menuai keuntungan finansial dari tanah yang dibiarkan kosong setelah belasan tahun tragedi Bom Bali 1. 

Keputusan menjual situs bersejarah itu kabarnya telah disepakati sebesar 49 milyar rupiah antara pihak BPPA dan pemilik tanah. BPPA telah menawarkan kopensasi sebesar $ 500.000  tetapi pemilik meminta $ 9 juta. Hingga saat ini belum ada keputusan final dari kedua belah pihak.

Saya pribadi hanya bisa berdoa agar para elit dapat menyelesaikan polemik ini secara bijak. Waktu telah menunjukkan pukul 17:50 Wita dan sebentar lagi waktu berbuka akan tiba. Saatnya saya meninggalkan tempat ini.

SUMBER:

https://www.liputan6.com/news/read/3665634/5-fakta-usai-meledaknya-bom-bali-i

https://regional.kompas.com/read/2012/10/12/10243665/air.mata.tumpah.di.monumen.bom.bali

http://penjajailmu.blogspot.com/2013/05/teori-empati-1_22.html

https://www.suara.com/news/2018/03/25/114059/tak-senonoh-di-museum-holocaust-syahrini-disorot-media-asing

https://kumparan.com/@kumparannews/sebenarnya-holocaust-memorial-di-berlin-itu-tempat-apa-sih

https://kumparan.com/@kumparantravel/monumen-bom-bali-dari-peringatan-duka-menjelma-jadi-situs-wisata-1553573436453624097

https://news.detik.com/berita/d-4525610/lahan-bekas-sari-club-tkp-bom-bali-akan-dijadikan-restoran-5-lantai

https://news.detik.com/berita/d-4526905/lahan-bom-bali-bakal-jadi-restoran-australia-gregetan/2

https://www.hetanews.com/article/155352/monumen-bom-bali-dan-rencana-pembangunan-restoran-5-lantai

http://nebengshopping.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun