Mohon tunggu...
nauval afnan
nauval afnan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Netijen Julid

Bujangan alay bergelar Sarjana Sastra

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Monumen Bom Bali, Tempat Berduka atau Berselfie Ria?

29 Mei 2019   00:35 Diperbarui: 29 Mei 2019   00:52 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/titisvitisia/

Disaat bersamaan Iqbal menuju Paddy's Pub menggunakan rompi bom. Kemudian bom meledak pada pukul 23:05 Wita yang menewaskan 202 korban dari 20 negara dan 209 korban cidera. Ledakan dahyat tersebut meninggalkan lubang besar berdiameter 5x4 meter dengan kedalaman 1,5 meter. Asap tebal menjulang tinggi ke awan hingga 100 meter, bau amis darah sangat menyengat, orang-orang berlarian panik dan merintih kesakitan. Jumat, 12 Oktober 2002 adalah peristiwa Bom Bali 1 yang dianggap sebagai aksi terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.

'Luka Bom Bali' adalah sebuah buku yang ditulis Ni Komang Evriani. Dilansir dari liputan6.com dalam acara bedah buku di Warung Kubu Kopi, Evriani memaparkan bahwa saat tragedi bom Bali kondisi perekonomian Bali sempat terpuruk namun saat ini kembali pulih, dari peristiwa tersebut yang tersisa hanya sebuah monumen di lokasi ledakan. Monumen tersebut kini menjadi tempat wisata wajib wisatawan saat berkunjung ke Bali, bahkan banyak di antara mereka selfie di depan monumen dengan ekspresi kegembiraan.

Sebagian orang  mungkin sudah melupakan peristiwa tragis itu tapi tidak bagi Thiolina Marpaung dan Jatmiko korban yang selamat pada tragedi tersebut. Hingga saat ini (30 Oktober 2017) mereka masih merasakan luka yang masih membekas bahkan masih menjalani perawatan medis dengan merogoh kocek pribadinya. Thiolina mengalami cacat mata dikarenakan kemasukan pecahan kaca yang merusak retinanya. Sedangkan Jatmiko harus rela kehilangan pekerjaannya usai tragedi tersebut.

Begitu pula Jeanne Burmistar adalah salah satu saksi korban bom bali 1 yang selamat dari wagra negara Australia. Ia datang ke Monumen Bom Bali atau biasa disebut Ground Zero Legian 12 Oktober 2012 lalu untuk berziarah, memberi penghormatan dan mengenang sahabat-sahabat serta pasangannya yang menjadi korban tragedi Bom Bali 1. Ia sedih dan terisak ketika mengingat peristiwa kelam yang sangat tidak manusiawi kala itu, ia berharap tidak terjadi peristiwa terorisme lagi selamanya.

Bom Bali 1 merupakan tragedi teroris terparah  dalam sejarah Indonesia yang meninggalkan trauma fisik dan psikis banyak orang terutama korban-korban yang selamat. Namun masih banyak disekeliling saya yang masih terus berfoto selfie dengan latar belakang Monumen Bom Bali dengan ekspresi kegembiraan. 

Hal ini cukup ironis sama seperti yang saya alami pada waktu saya kelas 2 SD dulu, yaitu apatis. Namun memang tidak mudah membuat orang menjadi empati terhadap peristiwa tragis Bom Bali 1. Menurut Baron Cohen & Wheelwright (2004), menyatakan bahwa pendekatan empati afektif yaitu 1) perasaan pengamat harus sesuai dengan orang yang diamati, 2) perasaan pengamat sesuai dengan kondisi emosional orang lain namun dengan cara yang lain, 3) pengamat merasakan emosi yang berbeda dari emosi yang dilihatnya, 4) perasaan pengamat harus menjadi satu untuk perhatian atau kasih sayang pada penderitaan orang lain. Dalam hal ini setiap individu berbeda-beda dalam menanggapi peristiwa penuh darah 12 Oktober 2002 lalu, ada yang apatis ada pula yang berempati.

Fenomena selfie di Monumen Bom Bali mengingatkan saya pada kasus Syahrini saat berpose cantik mengenakan coat mewah bulu-bulu berwarna biru di atas Holocaust Memorial di Berlin Jerman setahun yang lalu. Dengan berpose manja ia mengucapkan "Foto bisa ya. Bagus ya, di tempat Hitler bunuh-bunuhan," yang direkam di Instastory-nya. Terang saja warga net langsung mem-bully Syahrini habis-habisan karena ulah Syahrini yang tidak menghormati tempat dan sejarah dimana ia sedang berswafoto. 

Tak berselang lama ia menghapus video Instastory-nya, namun warga net tetap mem-bully artis cantik asal Indonesia tersebut bahkan aksi Syahrini juga mendapat sorotan dari media asing perihal ulahnya di Holocaust Memorial kala itu. Sejatinya Holocaust Memorial yaitu tempat peringatan kaum Yahudi yang terbunuh di Eropa pada zaman Perang Dunia II. Ada sekitar 6 juta korban yang dibunuh oleh Nazi diantaranya kaum Yahudi, tahanan perang Soviet, rakyat Polandia, orang cacat dan tidak produktif, saksi Yehovah dan kaum homoseksual. 

Holocaust Memorial selesai dibangun pada 2004 dan dibuka untuk umum tahun 2005, terdiri atas 2711 blok beton berbaris rapi berwarna abu-abu dengan ketinggian berbeda-beda. Di sana juga terdapat museum bawah tanah di dalamnya pengunjung dapat mengamati apa yang terjadi pada saat itu. Terdapat kesaksian dari orang-orang yang selamat ada pula kumpulan surat-surat terakhir yang dikirimkan oleh para korban untuk keluarganya. Contohnya surat dari anak kepada ayahnya, berikut isinya:

"Halo Ayah! Aku mengucapkan selamat tinggal untukmu sebelum aku mati. Kita sangat ingin untuk bisa tetap hidup, tapi mereka tidak akan membiarkan kita hidup dan kita akan mati. Aku sangat takut akan kematian ini, karena anak-anak kecil dilempar hidup-hidup ke dalam lubang. Selamat tinggal selamanya. Aku menciummu dengan lembut.

Love J".

Saya harap orang di sekeliling saya yang masih tetap selfie ria dengan latar Monumen Bom Bali bukanlah netizen yang turut ikut andil mem-bully Syahrini saat berpose Holocaust Memorial tahun lalu. Lantas bagaimana respon pemerintah dalam menanggapi hal ini? Mengapa pemerintah seolah membiarkan esensi Monumen Bom Bali disalah artikan oleh Wisatawan?

Ternyata pemerintah Bali pun juga apatis dalam hal ini. Kepala Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kuta I Gusti Agung Made Agung  memaparkan bahwa "Tanah lokasi ex Sari Club (tempat berdirinya Monumen Bom Bali, red) memang akan segera dibangun restoran dan monumen, sesuai dengan IMB-nya" dilansir dari detik.com (26/4/2019) Gusti menerangkan bahwa nantinya Monumen Bom Bali akan dijadikan restoran Western 5 lantai nantinya monumen peringatan tersebut diletakkan di lantai 5. Dia juga menegaskan bahwa masyarakat Kuta, Badung mendukung pembangunan restoran tersebut dan tidak ada yang mengajukan protes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun