Mohon tunggu...
Naura Zahrani Purti
Naura Zahrani Purti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

A journalist student who like anime and history!

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Hidup sebagai ODHA: Antara Stigma, Diskriminasi, dan Harapan di Kota Bandung

12 Desember 2024   14:01 Diperbarui: 12 Desember 2024   14:01 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kantor Seketrarian KPA Kota Bandung (Sumber: Dokumen Pribadi)

Dalam sebuah artikel di situs web U.S. Centers for Disease Control and Prevention menjelaskan bahwa HIV/AIDS hanya dapat ditularkan melalui cairan tubuh tertentu. Cairan-cairan tersebut adalah sperma, cairan dari vagina atau rektum, darah, dan cairan pra-ejakulasi. Cairan ini harus berkontak langsung dengan membran mukus, jaringan yang rusak (misalnya luka terbuka), atau disuntikkan langsung ke dalam aliran darah (melalui jarum suntik) untuk kemudian dapat berpindah dari satu tubuh ke tubuh lain. Di luar itu, HIV/AIDS juga dapat diturunkan dari Ibu ke bayi pada saat kehamilan, kelahiran, atau menyusui (dari ASI yang berasal dari darah). Ini dinamakan penularan perinatal.

Sumber: U.S. Center for Disease Control and Prevention (2024)
Sumber: U.S. Center for Disease Control and Prevention (2024)

Artikel yang sama juga memuat informasi terkait kegiatan apa saja yang tidak dapat menularkan HIV/AIDS. Dengan memperhatikan infografis di atas, tentu saja kita dapat mengetahui bahwa ketakutan masyarakat akan penularan HIV/AIDS yang kemudian membuat mereka membatasi interaksi dengan ODHA merupakan sebuah ketakutan yang tidak berdasar. 

HIV/AIDS tidak dapat menular melalui aktivitas yang tidak melibatkan kontak dengan cairan tubuh yang telah disebutkan sebelumnya. Ini disebabkan oleh ketidakmampuan HIV/AIDS untuk bertahan hidup terlalu lama di luar tubuh manusia, apalagi untuk bereproduksi. Ketakutan masyarakat tersebut pada akhirnya malah membuat ODHA harus kehilangan sebagian haknya dalam berbagai aspek kehidupan sosial akibat pembatasan interaksi yang dilakukan terhadap mereka. 

Upaya yang Dilakukan Pemerintah dan LSM

Dalam upaya menanggulangi permasalahan tersebut, lembaga--lembaga seperti KPA dan LSM lain yang bergerak di bidang yang sama telah melaksanakan berbagai program. Tuti menjelaskan bahwa KPA memiliki program-program yang dirancang untuk melakukan pencegahan penularan HIV dalam berbagai lingkup melalui kerja sama dengan lembaga terkait untuk melakukan edukasi, memberikan dukungan bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA), serta memberdayakan masyarakat, termasuk ODHA itu sendiri.

Melalui kombinasi program, advokasi, dan pemberdayaan masyarakat, KPA terus berupaya menekan penyebaran HIV sekaligus menciptakan lingkungan yang inklusif bagi ODHA. "...kami ingin ODHA memahami bahwa mereka tetap bisa hidup produktif dengan pengobatan ARV...," tambahnya.

Sementara itu, Female Plus sebagai LSM memiliki program yang lebih berfokus pada pendampingan terhadap ODHA, baik dari segi psikososial, pengobatan, maupun advokasi. Bersama dengan KPA dan LSM lainnya yang bergerak di bidang yang sama, Female Plus juga turut berkontribusi dalam layanan  Perawatan, Dukungan, dan Pengobatan (PDP) HIV/AIDS pada Puskesmas atau RSUD di Jawa Barat.

"Female Plus berfokus pada pendampingan dan pelayanan bagi mereka yang memang sudah terbukti dan terdiagnosis secara medis bahwa mereka mengidap HIV/AIDS. Cakupannya adalah wilayah Jawa Barat," jelas Arief. 

Pada praktiknya, walaupun stigma dan diskriminasi tersebut masih belum dapat dihilangkan sepenuhnya, upaya-upaya yang telah dilakukan pemerintah (melalui KPA) dan LSM lainnya telah mampu membantu para ODHA dalam melakukan pengobatan. 

"Untuk dampaknya udah lumayan kerasa sih. Contohnya tenaga kesehatan yang diskriminasi aku sebelumnya udah mulai baik ke aku. Mungkin ini karena dari lembaga-lembaga terkait sudah melakukan penyuluhan untuk menghindari stigma dan diskriminasi di tenaga kesehatan. Jadi aku sudah mulai nyaman untuk konsul bersama beliau. Bahkan saat aku lagi kekurangan materi untuk biaya pengobatan, beliau mau membantu," ucap Rian.

Harapan dari Para ODHA

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pengobatan yang rutin dan berkelanjutan tidak hanya meningkatkan kualitas hidup ODHA, tetapi juga secara signifikan mengurangi resiko penularan HIV/AIDS kepada orang lain. Sayangnya, banyak ODHA enggan menjalani pengobatan karena takut akan stigma dan diskriminasi yang mungkin mereka hadapi. Untuk itu, upaya-upaya yang berkelanjutan diperlukan untuk mengurangi stigma dan diskriminasi, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan memastikan akses yang mudah terhadap pengobatan bagi semua ODHA. Dengan demikian, kita dapat mencapai tujuan untuk menekan angka kasus baru dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung bagi orang dengan HIV/AIDS.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun