Mohon tunggu...
Naura Zahrani Purti
Naura Zahrani Purti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

A journalist student who like anime and history!

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Hidup sebagai ODHA: Antara Stigma, Diskriminasi, dan Harapan di Kota Bandung

12 Desember 2024   14:01 Diperbarui: 12 Desember 2024   14:01 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: U.S. Center for Disease Control and Prevention (2024)

"... tenaga kesehatannya, dokternya itu kurang ramah dan suka meninggikan suaranya ke pasien ODHIV. Kurang di welcome (diterima) lah kesannya," jelas Rian.

Di luar itu, stigma negatif juga disematkan pada mereka hanya karena fakta bahwa kelompok yang paling rentan terinfeksi adalah yang cenderung melenceng dari norma masyarakat, seperti pekerja seks atau pecandu narkoba. Padahal tidak semua pengidap HIV tertular karena melakukan hal-hal tersebut. 

Tuti mengatakan bahwa stigma yang muncul dalam masyarakat inilah yang pada akhirnya mendorong ODHA untuk melakukan self stigma. Berdasarkan wawancara kami dengan Bibih dan Rian, keduanya menyatakan bahwa dengan terinfeksi HIV saja, itu sudah membuat mental mereka terguncang. Mereka jadi lebih sering menyendiri, menghindari kontak sosial, bahkan sampai berpikir untuk mengakhiri hidup, walaupun pada akhirnya dapat kembali lebih terbuka dengan support system yang dimiliki.

"Mungkin ada (kecenderungan untuk mengakhiri hidup), sekelebat, kayak gambaran mungkin ini akhir hidup aku, mungkin perjalanannya sudah sampai sini. Cuman karena support system yang saya punya mendukung untuk berjuang, jadi hanya sekelibat aja pikiran-pikiran itu," jelas Bibih.

Self stigma yang terjadi semakin mengkhawatirkan ketika itu sampai membuat ODHA enggan melakukan pengobatan atau bahkan memutuskan untuk menghentikan pengobatan yang telah mereka jalani sebelumnya. Tuti menjelaskan bahwa hal tersebut dapat berakibat fatal dan mempercepat penurunan kondisi kesehatan mereka. 

"Masalahnya adalah kalau dia tiba-tiba merasa terancam nih kalau minum obat di komunitasnya, nanti akhirnya dia menghentikan sendiri pengobatannya. Pertama dia bisa mendapatkan resistensi pengobatan, yang kedua dia bisa mendapatkan berbagai gejala penyakit karena akan masuk fase AIDS, " 

Sebaliknya, Tuti menyampaikan bahwa jika pengobatan tersebut dilakukan tanpa terputus, kemungkinan ODHA untuk menularkan HIV/IADS justru akan semakin menurun bahkan dapat menjadi tidak menular sama sekali, "Jadi kalau si ODHA itu sudah menggunakan ARV, minimal 1 tahun aja, dia itu tidak akan menularkan virusnya. Bahkan ke pasangannya (walau)  tanpa alat kontrasepsi,"

Berbicara tentang stigma dan diskriminasi yang terjadi, Arif berpendapat bahwa hal tersebut dapat terjadi karena masih kurangnya pemahaman masyarakat terkait HIV/AIDS. "Banyak juga yang kita lihat kalau secara pendidikan sudah setara S1-S3, secara ekonomi juga menengah ke atas, cuma pemahaman terhadap HIV/AIDS ini yang masih kurang, sehingga terjadi diskriminasi," ujarnya.

Arif berpendapat bahwa kurangnya campaign dan edukasi yang efektif tentang HIV/AIDS menjadi salah satu faktor utama penyebab meluasnya stigma dan diskriminasi. Ketika masyarakat tidak memiliki informasi yang benar dan akurat, mereka cenderung percaya pada mitos dan informasi yang salah, yang pada akhirnya mengarah pada tindakan diskriminasi terhadap ODHA.

Salah Kaprah Mengenai Penularan HIV

Ketidakpahaman tersebut utamanya terkait bagaimana HIV/AIDS dapat ditularkan. Ketakutan yang tidak berdasar ini telah memicu berbagai bentuk diskriminasi yang telah disebutkan sebelumnya. Padahal, setelah ditelusuri lebih lanjut, kami menemukan bahwa banyak situasi yang dianggap beresiko menularkan HIV/AIDS oleh masyarakat sebenarnya tidaklah demikian. 

Sumber: U.S. Center for Disease Control and Prevention (2024)
Sumber: U.S. Center for Disease Control and Prevention (2024)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun