Analisis framing dalam pemberitaan Pemilu 2024 di media online berfokus pada bagaimana media mengkonstruksi dan menyajikan informasi mengenai pemilu tersebut kepada publik. Framing merujuk pada cara media memilih untuk menyorot, menyusun, dan memberikan makna pada sebuah peristiwa atau isu tertentu, dengan mempengaruhi bagaimana masyarakat memahami dan meresponsnya. Dalam konteks pemberitaan Pemilu 2024, framing akan sangat berpengaruh dalam membentuk opini publik, mempengaruhi persepsi terhadap kandidat, partai politik, serta proses pemilu itu sendiri.
1. Pengertian Framing dalam Pemberitaan Pemilu
Framing adalah proses seleksi dan penekanan yang digunakan media untuk menyampaikan berita. Media memilih aspek tertentu dari sebuah cerita atau isu untuk ditekankan, sementara aspek lainnya mungkin dikesampingkan atau tidak diberikan perhatian yang cukup. Dalam konteks Pemilu 2024, framing bisa mencakup penekanan pada berbagai isu, seperti proses pemilihan, kampanye, kandidat, isu-isu politik tertentu, serta dinamika sosial dan ekonomi yang mempengaruhi pemilu.
2. Jenis-jenis Framing dalam Pemberitaan Pemilu
Framing dalam pemberitaan Pemilu dapat dilihat dalam beberapa kategori utama:
a. Framing Kandidat
Media sering kali memilih untuk memfokuskan pemberitaan pada kekuatan atau kelemahan dari para kandidat. Framing ini bisa berbentuk:
- Framing Positif : Misalnya, menonjolkan prestasi atau visi misi kandidat yang dianggap memberi dampak positif bagi masyarakat. Bisa juga meliputi penekanan pada integritas dan rekam jejak kandidat.
- Framing Negatif : Berita yang menyoroti kontroversi, skandal, atau ketidaksesuaian antara janji kampanye dan tindakan nyata kandidat. Hal ini dapat menurunkan tingkat kepercayaan publik terhadap kandidat tertentu.
b. Framing Isu Sosial dan Ekonomi
Framing dapat juga difokuskan pada isu-isu sosial dan ekonomi yang dianggap penting oleh masyarakat. Misalnya, media mungkin akan menyoroti masalah ketimpangan sosial, pengangguran, atau inflasi, yang kemudian dihubungkan dengan janji-janji kampanye para kandidat.
- Framing Isu Positif : Berita yang menekankan bahwa pemilu akan menjadi solusi bagi masalah sosial atau ekonomi yang ada.
- Framing Isu Negatif : Berita yang lebih fokus pada ketidakmampuan atau ketidaksiapan para kandidat dalam menangani isu-isu tersebut.
c. Framing Proses Pemilu
Framing juga dapat memfokuskan pada aspek teknis pemilu itu sendiri, seperti penyelenggaraan, transparansi, dan partisipasi publik. Pemberitaan bisa menggambarkan Pemilu 2024 sebagai sebuah proses yang terbuka, adil, dan efisien, atau sebaliknya, memaparkan adanya potensi kecurangan, ketidakjelasan aturan, atau kurangnya kepercayaan publik terhadap proses tersebut.
- Framing Positif : Menggambarkan pemilu sebagai sebuah kesempatan besar untuk demokrasi, dengan proses yang adil dan transparan.
- Framing Negatif : Menyoroti kemungkinan ketidakjujuran atau manipulasi dalam pemilu, seperti pembagian surat suara yang lambat atau kurangnya akses untuk kelompok tertentu.
d. Framing Partai Politik
Partai politik yang terlibat dalam Pemilu 2024 juga menjadi subjek framing. Media sering memilih untuk memfokuskan pada kekuatan dan kelemahan partai, baik dari sisi ideologi, struktur internal, maupun rekam jejak kepemimpinan.
- Framing Positif : Menyoroti bahwa partai politik memiliki calon yang kredibel dan program-program yang bermanfaat untuk negara.
- Framing Negatif : Menyoroti konflik internal dalam partai, korupsi, atau ketidakmampuan partai dalam memenuhi janji-janji kampanye sebelumnya.
3. Metode Framing dalam Pemberitaan Pemilu 2024 di Media Online
Dalam media online, metode framing sering kali lebih terdiversifikasi karena adanya berbagai platform dan format, seperti artikel, infografis, video, hingga media sosial. Beberapa teknik framing yang mungkin diterapkan antara lain:
a. Pemilihan Bahasa (Language Choices)
Bahasa yang digunakan dalam judul, lead, atau narasi berita sangat penting dalam framing. Penggunaan kata-kata seperti "kontroversial," "terancam," "menang besar," atau "kemenangan gemilang" dapat membentuk persepsi pembaca terhadap sebuah isu atau kandidat.
b. Gambar dan Visualisasi
Visual dalam media online, seperti foto kandidat atau ilustrasi, memiliki peran besar dalam framing. Gambar yang dipilih bisa memberikan kesan positif atau negatif terhadap kandidat atau proses pemilu. Misalnya, gambar kandidat yang tersenyum atau berdialog dengan rakyat bisa memberikan kesan yang lebih positif dibandingkan gambar kandidat dalam situasi yang kontroversial.
c. Penyajian Data dan Statistik
Penggunaan statistik atau data pemilu yang dipilih dan ditampilkan oleh media juga bisa menjadi bagian dari framing. Misalnya, menunjukkan angka survei yang tinggi untuk kandidat tertentu atau membahas permasalahan dalam distribusi pemilih dapat mempengaruhi bagaimana publik memandang hasil dan proses pemilu.
d. Sumber Informasi
Pemilihan sumber informasi dalam pemberitaan juga berperan dalam framing. Media mungkin memilih untuk mengutip sumber yang mendukung atau mengkritik kebijakan tertentu atau pernyataan kandidat, yang pada gilirannya memengaruhi bagaimana pesan tersebut diterima oleh pembaca.
e. Platform Media Sosial
Selain pemberitaan di situs web atau portal berita, platform media sosial menjadi sarana utama bagi banyak media untuk menyebarkan berita dengan cepat. Penggunaan tagar (hashtag), caption, dan komentar dari netizen dapat memperkuat atau melemahkan framing yang sudah dibangun oleh media melalui artikel utama.
4. Dampak Framing terhadap Persepsi Masyarakat
Framing dalam pemberitaan Pemilu 2024 dapat mempengaruhi cara masyarakat melihat pemilu, para kandidat, dan partai politik. Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:
- Pembentukan Opini Publik : Media online memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik dengan cara menyajikan isu-isu tertentu lebih menonjol, yang akan mempengaruhi bagaimana masyarakat menilai pemilu.
- Polarisasi Politik : Framing yang tendensius atau terlalu mengarah pada satu pihak bisa memperburuk polarisasi politik di masyarakat, meningkatkan ketegangan antara pendukung kandidat yang berbeda.
- Partisipasi Pemilih : Framing yang menggambarkan pemilu sebagai sesuatu yang transparan dan adil bisa mendorong partisipasi yang lebih tinggi, sementara framing yang lebih negatif bisa menurunkan kepercayaan dan partisipasi pemilih.
Jadi Kesimpulannya Analisis framing dalam pemberitaan Pemilu 2024 di media online menunjukkan bahwa media tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga memilih untuk menekankan aspek-aspek tertentu yang dapat membentuk persepsi publik. Pemilihan tema, kata-kata, visual, dan sumber yang digunakan memiliki dampak besar dalam membentuk opini masyarakat terhadap kandidat, partai politik, dan proses pemilu itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi pembaca untuk kritis terhadap framing yang ada dan menyaring informasi dengan cermat agar bisa memperoleh pemahaman yang lebih objektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H