Pernah enggak sih kalian berpikir, kenapa perdebatan antara tim bubur diaduk dan tim bubur tidak diaduk seakan enggak ada habisnya. Katanya sih perbedaan selera, tapi masih aja ada perdebatan. Padahal kalo urusan selera, jelas hal itu balik lagi ke selera masing-masing, kan? Kalo urusan minat sama selera pribadi jelas enggak akan bisa dipaksakan, sama kaya perasaan kamu yang enggak bisa dipaksa buat berlabuh ke siapa.
Pasti beberapa dari kalian pernah melihat atau bahkan mengalami langsung perdebatan antara tim diaduk dan tim enggak diaduk ini kan? Entah perdebatan di antara lingkup pertemanan atau juga di sosial media seperti Twitter, atau Facebook. Meskipun perdebatan ini terlihat receh dan simpel, tapi herannya hal ini seakan tidak pernah bosan untuk dibahas jika ada yang mengungkitnya.
Hmm, bahkan perdebatan tim bubur diaduk dan tim bubur enggak diaduk ternyata juga dihubungkan dengan kepribadian lho. Cara orang memakan bubur dapat mencerminkan kepribadiannya. Orang yang makan bubur dengan cara diaduk merupakan orang yang humoris, serta impulsif saat mengambil keputusan.
Sedangkan orang yang makan bubur dengan cara enggak diaduk, merupakan orang yang pemikir dan bijaksana. Beberapa orang merasa bahwa hal itu sesuai dengan mereka, namun sebagian lagi tidak.
Jadi tentunya cara makan seseorang mungkin memang dapat mencerminkan kepribadiannya, namun bukan berarti hal tersebut dapat dijadikan patokan ya, karena tentunya belum ada penelitian yang jelas tentang hal ini.
Nah sebelum kita masuk ke pembahasan lebih lanjut, mari kita simak terlebih dahulu asal-usul dari bubur ini yuk.
Dilansir dari Bobo.id, bahwa bubur sudah ada sejak sebelum masehi, dan berasal dari Tiongkok. Kabarnya, bubur ada sejak zaman Kaisar Kuning, yatu Kaisar Xuanyuan Huangdi.
Kisah awal makanan ini tercipta, dimulai dari terjadinya musim paceklik pada tahun 238 sebelum masehi yang disebabkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan.
Dikarenakan kekurangan bahan makanan, sang Kaisar pun berpikir, bagaimana cara mengolah bahan makanan agar menjadi lebih banyak, untuk mengatasi musim paceklik yang terjadi saat itu.
Ketika sedang makan, sang Kaisar menuangkan sup panas ke atas nasinya, hal ini membuat nasi mengembang, menjadi bubur. Kemudian, Kaisar pun meminta juru masaknya untuk memasak nasi menjadi bubur agar tersedia makanan yang lebih banyak untuk rakyatnya.
Tetapi, bubur yang sering dimakan oleh orang Indonesia tentunya sudah beradaptasi dan diubah sesuai dengan minat masyarakat kita ya. Dilansir dari REPUBLIKA.co.id, bubur yang biasanya kita makan, bumbu dan kuahnya pun sudah diadaptasikan dengan bumbu dan racikan khas Nusantara, sehingga rasanya lebih pas di lidah kita.
Nah, itu adalah sekilas dari asal-usul bubur ya. Sekarang waktunya kita masuk ke pembahasan "Lebih baik diaduk atau tidak?". Pertama-tama, kita bahas soal kelebihan dan kekurangan dari masing-masing tim terlebih dahulu ya.
Bubur Diaduk
Bagi tim bubur diaduk, katanya mereka mengutamakan rasa daripada penampilan. Dengan diaduk, maka semua komponen dan kaldu yang terdapat dalam bubur dapat tercampur rata, sehingga menjadi satu kesatuan rasa yang sempurna. Makan bubur dengan cara diaduk juga membuat proses pencernaan menjadi lebih mudah karena semua komponen telah tercampur menjadi satu dan lebih lunak sehingga mudah dicerna.
Namun, jika bubur diaduk, maka tekstur bubur akan lebih berair. Makan bubur dengan cara diaduk membuat orang yang memakannya tidak boleh membiarkan bubur terlalu lama karena akan membuat tekstur bubur menjadi lebih berair. Penampilannya pun juga kurang menggugah selera makan.
Bubur Tidak Diaduk
Bagi tim bubur enggak diaduk, tentunya penampilan bubur yang tidak diaduk lebih terlihat enak untuk dimakan, sehingga dapat meningkatkan selera makan. Makan bubur dengan cara tidak diaduk juga dapat memudahkan orang-orang yang terlalu pemilih.
Misalnya orang yang tidak menyukai kacang atau daun bawang dapat memisahkannya dengan mudah bila buburnya tidak diaduk. Juga menurut sebagian orang, memakan bubur dengan cara enggak diaduk ini dapat membuat setiap suapannya memiliki rasa dan tekstur yang unik.
Namun, memakan bubur dengan cara tidak diaduk, dapat membuat komponen dan rasa di dalam bubur tidak dapat tercampur dengan rata dan sempurna. Dan tentunya juga bubur enggak diaduk lebih sulit dicerna daripada bubur yang diaduk, karena komponen yang ada dalam bubur teksturnya tidak lembut.
Nah, hal di atas merupakan beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing tim ya. Tapi, jadinya makan bubur itu seharusnya diaduk atau enggak sih?
Kalau kita lihat dari fungsinya, makan bubur memanglah harus diaduk. Karena pada kisahnya, terdapat seorang dokter yang merawat seorang Kaisar yang sedang sakit dengan memberikannya bubur. Kalau seperti itu, artinya saat memakan bubur, memanglah harus diaduk agar dapat lebih mudah dicerna karena semua komponennya menjadi lebih lembut.
Tapi tentunya, hal itu juga tidak dapat dijadikan sebagai patokan cara memakan bubur yang benar ya. Karena tentunya selera dari masing-masing pribadi memiliki perbedaan yang tidak dapat disamakan dan dipaksakan begitu saja.
Meskipun begitu, tidak peduli bagaimana cara memakannya, atau bagaimana rasa yang dihasilkan, bukankah yang terpenting adalah semangkuk bubur yang hangat di pagi hari dapat membuat sebagian orang merasa bahagia dan kenyang. Atau juga dapat membuat orang yang sedang sakit mendapatkan kembali tenaganya lewat semangkuk bubur.
Karena tanpa kita sadari, hanya dengan semangkuk bubur dapat memberikan sebuah kenyamanan tersendiri bagi orang yang memakannya.
Jadi, sepertinya kita tidak perlu lagi memperdebatkan bagaimana seharusnya cara memakan bubur yang benar ya? Karena apapun caranya, bubur akan tetap menjadi makanan favorit bagi sebagian orang terlepas dari bagaiamana cara memakannya.
Cukup dengan menghargai bagaimana selera masing-masing setiap orang ya, karena tentunya perdamaian itu lebih indah.
Kalau kamu bagaimana nih? Apakah termasuk tim bubur diaduk atau tim bubur tidak diaduk?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H