Mohon tunggu...
Secangkir Angan
Secangkir Angan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

it's me. i find my own way.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mungkin Aku Tidak Pantas Berlayar

6 Desember 2012   05:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:06 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Waktu berlari.

Semua terasa begitu cepat.

Secepat menyadari kapal kita telah karam ditengah badai.

Semua seperti terjadi kemarin. Berawal dari kata “hai” yang membawa cerita kita berlayar ke tengah samudera dan menantang badai.

Mungkin kita terlalu sombong untuk memutuskan berlayar ke tengah samudera, hingga pada akhirnya kapal kita karam dan kamu diselamatkan oleh sebuah kapal asing. Sedang aku? Aku terombang-ambing di tengah badai, berusaha menyelamatkan diri karena tidak ingin menyerah dengan keadaan.

Mukjizat.

Aku menemukan sebuah pulau tak berpenghuni di tengah lautan. Entah, kini aku tidak ingin meninggalkan pulau ini, aku sudah terlalu nyaman dengan pulau ini, walaupun terkadang aku merindukan saat-saat kapal kita berlayar dengan tenang.

Ditengah ketenanganku, seakan ombak tak ingin membiarkanku melupakan semuanya. Ombak membawakanku secarik surat dalam botol. Seolah mendapatkan kotak pandora, terlalu bimbang untuk memutuskan harus diapakan surat ini.

Namun, sihir pandora menggugah hati dan rasa penasaranku berkembang. Aku membuka dan membaca surat itu, surat pandora.

Surat dari dia.

Dia yang amat kurindukan.

Dia bercerita dia sedang berada di kapal perompak, tidak ada yang bisa dia lakukan selain mengikuti arus mereka. Sekalipun artinya dia harus meninggalkan jati dirinya yang lama.

Aku tau itu tidak baik.

Dia tidak bisa selamanya berada di sana.

Tapi apa yang bisa aku lakukan sekarang selain berdo’a?

Aku jauh darinya. Dia di tengah samudera, entah bagian mana. Mustahil rasanya untuk menyelamatkan dia dengan sok jagoan. Bahkan aku selamat dan sampai di pulau ini saja merupakan suatu keajaiban.

Namun, do’aku selalu bersamamu.

Semoga kamu diberi kekuatan dan kesadaran hingga kamu mampu melompat dari kapal dan mengarungi samudera untuk menyelamatkan diri.

Karena segala sesuatunya membutuhkan pengorbanan dan tidak ada yang mudah.

Dari seseorang yang menunggumu di bawah pohon kelapa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun