Mohon tunggu...
Naura Safiranur Rohman
Naura Safiranur Rohman Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

hanya seorang anak sma yang nyari hikmah dengan nulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Ibunda

19 Januari 2023   21:09 Diperbarui: 21 Januari 2023   00:15 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Ibu memasak di dapur. (sumber: pixabay.com/mathee sunarong)

"Adek! jagain bunda ya, ayah pergi bentar ada urusan kantor" ucap ayah sekitar 20 menit lalu. Kini, aku sedang mengerjakan tugas kelompok yang membuat kepalaku pening sekali.

Gila. Padahal ini tugas kelompok tapi hanya aku saja yang mengerjakannya, aku melakukan itu bukan tanpa alasan. 

Hanya saja, aku sangat tidak percaya dengan teman-teman sekolompok ku itu. Mereka tidak bisa diandalkan. Sungguh beban sekali mereka. Benar-benar definisi 'tugas' 'kelompok' sesungguhnya. 

Aku menarik nafas panjang dan merebahkan diriku ke kasur sejenak. sudah jam 8 malam, cacing-cacing di perut mungilku mulai berontak. Huft, aku lapar. Jam segini mana ada makanan hangat yang bisa ku santap. 

Bunda juga sedang tertidur karena sedang sakit, mana mungkin aku membangunkan nya. Omong-omong bunda menderita penyakit jantung. Aku sangat kasihan pada bunda..

Biasanya sakit bunda akan kumat jika bunda kelelahan. Ketika kumat pun, bunda akan baik-baik saja selanjutnya. Tapi pagi tadi merupakan puncaknya, bunda mengalami sesak napas yang cukup hebat hingga membuatnya sempat pingsan. Kata dokter si bunda tidak apa-apa, hanya perlu istirahat dan perhatian.

Oh iya aku lapar. Malam-malam begini memang muantap masak mie kuah dengan topping telur setengah matang. Segera diriku menuju dapur. 

"Loh bunda? sudah bangun toh, gimana keadaannyaa" tanyaku dengan nada riang.

Bunda yang sedang sibuk memasak pun menoleh kepadaku, kulihat si sedang memasak sop dan ayam kecap. Yaampun menu kesukaanku.

"Baik kok bunda. Belum makan kan? ambil nasi sana, makanannya sudah siap" Segera diriku menuruti perkataan bunda dan memakan masakan nya dengan lahap.

Aku heran, bunda hanya menatapku dengan senyum manis nya. Apa bunda tidak lapar setelah tidur ber jam-jam?.

"Bwundwa, bwundwa nggo mwakan?" tanyaku dengan mulut yang penuh

Bunda tertawa pelan, "Kunyah dulu itu nasinya baru ngomong, ngga baik kaya gitu"

Mendengar itu buru-buru aku menelan makananku

"Hehe, maaf bunda cantikkk. Bunda ngga makan?"

"Nggaa, bunda ngga lapar sayang. Adek makan aja yang banyak. Bunda seneng ngeliat adek makan banyak gini" tangan bunda sambil mengelus kepalaku.

"Ih, bundaaa. Kaya ngga tau adek aja" kataku dengan sedikit tidak terima, ya sebenarnya kata bunda benar si makan ku banyak.

(Pinterest.com/wepmail.up.net)
(Pinterest.com/wepmail.up.net)

"Adek"

"Emh? kenapa bun?"

"Jagain ayah sama kakak ya" kata bunda sambil menata poniku.

"Hah..."

"Jagain ayah sama kakak, bunda percaya sama adek. Kalau ayah ngerokok lagi marahin aja, kalau kakak pulang malam trus kunci aja pintunya jangan dibukain kebiasaan nanti. Oh iya! adek jangan begadang sama makan mie trus bunda ngga suka, ngga baik adek buat kesehatan. 

"Belajar yang rajin buat masa depan nanti, bunda yakin sekali kalau adek benar-benar belajar adek bakal jadi orang hebat. Adek sudah besar, sudah 17 tahun kan? Ya ampun gadis kecil bunda yang manja ini sudah tumbuh dengan cantik. Bunda sayang banget sama adek"

Aku yang mendengar kata-kata bunda hanya speechless.

"Apasiii bunnnnn, iya-iyaaa adek juga sayanggg banget sama bunda"

Omong-omong bunda memasak makanan dengan porsi banyak pasti untuk ayah dan kakak juga.

"Adek"

"Iya? Kenapa lagi, Bun?"

"Bunda minta maaf ya sayang"

"Minta maaf kenapasii bun, bunda ngga ada salah kok sama akuu" heran sekali diriku mendengar nya.

"Syukurlah kalau begitu, bunda mau istirahat ya"

"Iya bundaa" Bunda apa tidak cape tidur terus, ya?

"Heh cil, nah kan kebiasaan emang ngomong sendiri. Dasar aneh lu" Kakak, itu suara kakak. Orang menyebalkan ini mengagetkanku.

"Tumben lu masak kaya ginian? biasa nya mie trossss" Kakak sambil menarik kursi untuk duduk.

"Apasi orang lagi ngobrol sama bunda dari tadi emang ngga liat apa? ini juga yang masak juga bunda"

"Hah" Kulihat kakak sedikit bingung.

"Lah, kenapasii ni orang"

"Yang bener lu, ngga usah ngarang cerita dah"

Ya Tuhan nih orang, ngeselin amat.

"Bener lah aelah, emang siapa lagi yang masak makanan ini kalau bukan bunda coba. Ini bener-bener bunda banget makanannya, lagian juga aku ngga bisa masak yang hebat banget".

Mendengar pernyataan ku tersebut kakak terlihat terkejut,

"Dek, ini kakak ngga bo'ong. Kakak ngeliat dengan mata kepala kakak sendiri. Kamu ngobrol sendiri, sumpah ini" Jujur aku ngeblank dengarnya, kakak juga tiba-tiba mengubah bahasanya.

"Lagian, kakak barusan dari kamar bunda. Bunda masih tidur. Trus ngeliat kamu masih ngobrol sendiri"

Sekarang aku kebingungan, apakah diriku ini sedang berhalusinasi atau bagaimana. Aku merinding.

"Dek? Ini beneran bunda yang buat kan makanannya?" aku tersadar dari lamunan ku dan memegang tangan kakak

"Kak, ayo cepet ke kamar bunda"

Aku dan kakak segera berlari ke kamar bunda dengan tergesa-gesa.

"Bun... bundaaa, bangun bun" aku menggoncang badan bunda. Biasanya tidak seperti ini, biasanya bunda akan bangun jika terdengar suara meskipun itu pelan.

Aku panik, diriku menggoncang badan bunda lebih keras. Tetap saja tidak ada respon dari bunda, "BUNDA BANGUN".

Kakak mengecek nadi dan napas bunda, hasilnya tidak ada. Tidak ada denyut dan deru napas bunda. Aku lemas. Bunda. Jantung bunda sudah tidak lagi berdetak. 

Bunda tidur untuk selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun