Dalam upaya meningkatkan daya saing produk lokal, tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abdimas) dari Departemen Desain Komunikasi Visual (DKV), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) membina UKM AHASWE, sebuah usaha kecil menengah (UKM) di Desa Branta Pesisir, Pamekasan, Madura, yang memproduksi dan memasarkan produk olahan ikan sejak 2005. Abdimas ini menghasilkan desain kemasan baru yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga diharapkan mampu mengangkat citra dendeng ikan khas Madura.
Dendeng ikan filet tanpa campuran daging ikan lain maupun tepung, produk unggulan UKM AHASWE yang dikelola oleh Huzaimah (47), telah lama dikenal di kalangan masyarakat setempat. Namun, untuk menembus pasar yang lebih luas, produk ini membutuhkan pembaruan, terutama dalam hal kemasan. “Kemasan sebelumnya kurang memunculkan daya pikat dan mencerminkan kualitas produk,” ujar Wisnu Wijaya, Dosen DKV serta ketua Tim Pengabdi DKV ITS.
Memahami masalah tersebut, Tim pengabdi yang terdiri dari dosen Departemen DKV ITS seperti Wisnu Wijaya (Ketua) dan anggota Naufan Noordyanto, Sayatman, Nugrahardi Ramadhani, Didit Prasetyo, dan Putri Dwitasari, pun turun tangan. Mereka melakukan identifikasi produk dendeng ikan merek AHASWE, target pasar, serta tren desain kemasan terkini yang dilakukan sejak April hingga Oktober 2024. Hasilnya, lahirlah desain kemasan baru yang lebih modern dan segar.
Dalam upaya menyesuaikan diri dengan tren pasar yang dinamis, kita munculkan desain yang lebih segar untuk menarik perhatian konsumen, khususnya mereka yang memiliki gaya hidup aktif, yang suka ikan atau pengganti dendeng daging, yang siap konsumsi, dapat menjadi lauk maupun camilan praktis yang dibawa kemana-mana”, ungkap Naufan Noordyanto, anggota tim Pengabdi.
“Kami juga ingin menciptakan desain mencerminkan identitas produk dan asal usulnya,” tambah Naufan. Desain kemasan baru ini menampilkan ilustrasi seorang ibu nelayan yang sedang menyunggi ikan dengan tampah. “Ilustrasi ini dipilih untuk merepresentasikan semangat kerja keras para nelayan dan ibu-ibu rumah tangga di Madura yang turut berkontribusi dalam perekonomian keluarga,” lanjut dosen DKV yang juga aktif sebagai desainer grafis ini.
Selain itu, produk UKM AHASWE belum dilengkapi dengan logo yang representatif, sehingga kami mendesain logo baru untuk dibubuhkan pada permukaan kemasan baru. Logo baru yang tampil pada kemasan baru ini berguna untuk membangun identitas merek yang unik dan berbeda yang akan membantu konsumen mengingat merek UKM AHASWE.
Warna-warna yang digunakan didominasi oleh warna-warna cerah dan hangat, seperti salem/peach dan biru laut, yang memberikan kesan segar dan menggugah selera. Grafis lainnya yang ditampilkan adalah artefak Madura dan laut, seperti sampan (perahu), juga bumbu-bumbu, perlengkapan makan dan masakan yang menggambarkan bahwa dendeng ikan produk memiliki bumbu nusantara dengan aroma pesisir yang dapat dimakan sebagai lauk maupun camilan.
“Desain kemasan baru ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik produk di mata konsumen, baik lokal maupun nasional,” tambah Naufan Noordyanto, dosen penerima Habibie Prize 2022 ini.
Tidak hanya itu, Tim Pengabdian juga mendesain media poster promosi produk dendeng ikan untuk di-share di media platform daring; foto (bisnis) mockup display kemasan produk untuk katalog digital, dan tim Pengabdian mendampingi pengorganisasiannya di platform Whatsapp.
Di samping itu, juga didesain media promosi roll banner yang dapat dipakai dalam kegiatan pameran kuliner, kartu nama untuk dibagi pada calon konsumen, serta kaos sebagai official t-shirt ketika dikenakan saat pameran. Materi promosi ini diharapkan dapat memperkuat branding produk dan memperluas jangkauan pasar.
Dengan kemasan baru yang menarik dan media promosi baru, Huzaimah mengaku senang dengan adanya program Abdimas ini, dan berharap dendeng ikan AHASWE akan semakin dikenal dan diminati oleh konsumen. “Saya berharap produk saya bisa lebih menjangkau pasar yang lebih luas, dan juga bisa menjadi oleh-oleh kuliner dari pesisir pulau Madura,” ujarnya penuh semangat.
Kegiatan Abdimas ini merupakan representasi komitmen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang diimplementasikan dalam program pengabdian kepada masyarakat untuk memberdayakan UKM di wilayah Jawa Timur serta mendukung pertumbuhan ekonomi (SDGs ke-8).
“Program ini adalah realisasi praktis dari kompetensi DKV yang kami geluti, yang diharapkan dapat membawa manfaat dan dampak baik pada masyarakat”, tutup Naufan Noordyanto, dosen yang kerap aktif pameran desain internasional ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H