Kuwait adalah sebuah negara yang tergolong kecil di area teluk. Walaupun menjadi negara yang tergolong kecil di area teluk, mereka menyimpan suatu sumber daya alam yang sangat banyak. Sumber daya alam yang sangat banyak itu adalah minyak. Kuwait memiliki wilayah yang kaya akan minyaknya. Hal itu menjadi salah satu penyebab utama terjadinya konflik Irak dan Kuwait dalam Perang Teluk tahun 1990-1991.
Tentu saja, ada beberapa penyebab lainnya yang menyebabkan konflik ini terjadi. Kuwait  dulunya merupakan bagian dari wilayah Irak. Digabungkan dengan ekonomi Irak yang tidak bagus pada saat itu dan ambisi Saddam Hussein untuk memperluas wilayah kekuasaannya, serta keinginan Irak untuk menguasai ladang minyak yang ada Kuwait, semua faktor itu tentunya dapat mudah mendorong terjadinya konflik diantara dua negara ini.
Cadangan minyak di Kuwait yang sangat banyak ini banyak dieksploitasi oleh negara lain. Dengan sistem pengeboran minyak disana yang cukup bagus dan harga minyak yang murah, banyak negara yang akhirnya menggantungkan kebutuhan minyak mereka disana, tidak terkecuali negara-negara adidaya.
Irak pada saat itu cukup gerah melihat Kuwait yang pada dasarnya berhasil memikat banyak negara untuk berbisnis disana. Selain itu, Irak dibawah Saddam Husein pada saat itu memang mempunyai ambisi yang cukup besar untuk memperluas wilayah Irak, meskipun mereka sebenarnya sudah memiliki wilayah yang luas, bahkan jauh lebih luas daripada Kuwait.
Irak juga ingin memiliki wilayah yang mempunyai potensi sumber daya alam yang banyak seperti Kuwait, dikarenakan wilayah Irak memang tidak memiliki banyak sumber daya alam sebanyak mereka. Dan tentunya juga, Irak juga ingin menjadi pemegang kontrol harga minyak dunia sejak mereka ingin menguasai salah satu sumber besar minyak dunia.
Irak memulai konflik diantaranya dan Kuwait dengan menuduh mereka telah mencuri minyak-minyak yang seharusnya menjadi milik Irak, walaupun Kuwait bukan bagian dari Irak lagi. Kuwait juga dituduhkan telah membuat harga minyak dunia turun dan menjadi kurang menguntungkan karena harga minyak yang Kuwait tetapkan cukup rendah.
Walaupun begitu, Kuwait tidak tinggal diam. Mereka juga mempunyai tuduhan kepada Irak, atau bisa dibilang ini merupakan tagihan, dikarenakan Kuwait menagih utang Irak kepada mereka dan seharusnya Irak tidak meninggalkan kewajibannya itu. Lalu terjadilah konflik diantara mereka yang sekarang dikenal sebagai Perang Teluk.
Memang terdapat beberapa faktor yang mendorong konflik diantara dua negara ini. Pertama merupakan faktor sejarah. Irak menginginkan Kuwait sebagai bagian dari negara mereka sebenarnya sudah menjadi masalah yang berlangsung cukup lama dan berlarut-larut. Irak dan Kuwait dulunya memang merupakan satu bagian, tetapi pada saat itu mereka dibawah kekuasaan Kerajaan Ottoman. Lalu mereka terpisah dikarenakan oleh kedatangan kolonialis Inggris pada saat itu.
Inggris, yang seperti disebutkan sebelumnya mempunyai sejarah dengan Kuwait, juga merupakan salah satu negara yang mempunyai ketergantungan minyak yang cukup besar di Kuwait, tentunya tidak ingin Kuwait jatuh ke tangan Irak. Mereka tahu jika Irak hanya ingin menguasai ladang-ladang minyak yang ada di Kuwait, dan dari situ mereka akan menaikkan harga minyak, seperti yang sudah disampaikan sebelumnya. Karena itu pada akhirnya mereka juga memberikan pasukan bantuan kepada Kuwait demi melindungi bisnis minyak mereka disana.
Faktor lainnya yang menyebabkan Irak mengadakan invasi ke Kuwait untuk menguasai minyak mereka adalah kemerosotan ekonomi yang terjadi disana. Setelah perang antara Irak dan Iran, banyak infrastruktur yang ada di Irak hancur dikarenakan efek dari perang tersebut. Irak, seperti kebanyakan negara Timur Tengah lainnya, pemasukannya bergantung kepada penjualan minyak yang ada di wilayah mereka. Hraga minyak dunia yang pada saat itu sedang turun tentunya tidak membantu Irak sama sekali dalam berusaha membangkitkan ekonominya lagi. Hal ini terjadi dikarenakan banyaknya negara pesaing lainnya yang mempunyai banyak cadangan minyak, salah satunya seperti Kuwait.
Irak sempat meminta bantuan kepada Arab Saudi dan Kuwait. Kedua negara tersebut tidak merespon baik permintaan bantuan Irak. Lalu Irak mencoba untuk melakukan berbagai usaha, salah satunya meminjam dana dari Kuwait. Tetapi anehnya, Irak juga menuduh Kuwait telah mencuri minyak mereka, walaupun Kuwait selalu mengambil dari wilayah mereka sendiri dan tidak pernah mengusik wilayah Irak, apalagi untuk mengeksploitasi sumber daya alam yang notabenenya melimpah ruah di wilayah mereka sendiri. Tentu saja Kuwait tidak terima akan hal itu.
Saddam Hussein, pemimpin Irak pada saat itu, tentunya mempunyai andil yang sangat besar juga dalam terjadinya Perang Teluk ini. Ia berambisi besar, ingin menjadi penguasa besar di Timur Tengah. Salah satu langkah untuk mewujudkan ambisinya menurut dia adalah menguasai Kuwait sebagai salah satu negara yang kaya akan minyak. Ambisinya ini dilancarkan dengan memperkuat militer Irak. Seperti halnya Inggris yang sudah disampaikan sebelumnya, Saddam Hussein tahu bahwa dengan menguasai Kuwait maka dia dapat mengambil alih kontrol harga minyak dan menaikkan harga minyak bagi negara-negara yang membutuhkannya. Irak bahkan sampai membantu negara-negara Arab lainnya untuk memikat hati mereka dan agar mereka bisa menjadi pendukung Irak dalam berusaha menjadi penguasa di jazirah Arab.
Semua ini menjadi dorongan kuat bagi Irak agar mereka dapat menguasai Kuwait demi kepentingan nasional mereka. Mereka bahkan tidak peduli dengan banyaknya kecaman dari dunia internasional, bahkan setelah Kuwait berusaha dibebaskan oleh pasukan Amerika dan negara koalisinya. Resolusi yang diberikan PBB kepada Irak juga tidak ditanggapi sama sekali oleh Irak.
Alih-alih semakin tertekan untuk membebaskan Kuwait, Irak justru mencari berbagai solusi lainnya yang dapat memikat negara-negara Arab lainnya. Salah satunya yaitu memberikan tawaran bahwa Irak akan keluar dari Kuwait dengan satu syarat, yaitu Israel juga dikeluarkan dari keanggotaan PBB. Hal ini tentunya untuk menarik dukungan dan simpati dari negara-negara Arab lainnya. Irak juga menyandera pekerja-pekerja asing agar bisa difungsikan sebagai tameng Irak.
Semua ini pada akhirnya hanya memperburuk situasi, dan Perang Teluk berakhir dengan kerusakan-kerusakan yang cukup mengerikan, baik dari sisi negara yang terlibat maupun tentara-tentara yang berperang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H