Kita seringkali mendengar bahwa plastik menjadi sorotan utama permasalahan lingkungan. Hal ini, karena plastik adalah salah satu material/bahan yang paling umum digunakan di dunia modern, namun dampaknya terhadap lingkungan sangatlah besar, terutama masalah limbah dan dekomposisi. Bioplastik hadir untuk mengatasi masalah yang terjadi. Namun, seberapa baik bioplastik ini bagi lingkungan? Apakah bioplastik benar-benar dapat terurai secara hayati? Sebelum itu, kita perlu mengetahui apa dan bagaimana cara kerja plastik dan bioplastik ini.
1. Apa itu Plastik dan Bioplastik?
Mari kita ketahui di awal, bahwa plastik maupun bioplastik sama-sama terbentuk dari polimer. Polimer berasal dari dua kata yaitu 'poli' berarti banyak dan 'mer' berarti struktur berulang. Maka polimer adalah senyawa kimia yang terdiri dari molekul raksasa (makromolekul) atau monomer dengan struktur subunit berulang yang saling berhubungan.Â
Polimer dapat dibedakan menjadi polimer alami dan sintesis. Bila berbicara mengenai material, bahan akan mempengaruhi struktur, dan struktur menentukan sifat polimer. Klasifikasi struktur ini berdasarkan:
- Ikatan monomer: Bagaimana monomer terikat dan membentuk cabang.Â
- Konfigurasi monomer: Mengetahui sifat-sifat individu monomer.
- Konfigurasi rantai: seberapa panjang dan berat rerata rantai polimer yang menentukan derajat polimerisasi dan konfigurasi rantai polimer.Â
- Metode polimerisasi: Metode untuk menggabungkan monomer menjadi polimer menentukan struktur polimer.
Sedangkan, sifat polimer terdiri atas fisik dan kimia, dimana:
- Sifat fisik: Mencakup kekuatan, kekerasan, elastisitas, kepadatan, dan titik leleh.
- sifat kimia: Meliputi reaktivitas, kestabilan, kelarutan, polaritas, keasaman/kebasaan, dan stabilitas termal.
Polimer dikategorikan menjadi termoplastik, termoset, dan elastomer.
- Termoplastik: titik leleh rendah dan dibentuk ulang berkali-kali ketika dipanaskan, karena ikatan antar molekulnya tidak permanen. Contoh polietilen, polipropilena, dan polivinil klorida (PVC).
- Termoset: Bentuk permanen ketika dipanaskan, sehingga tidak dapat diubah kembali setelah dipanaskan. Contoh epoksi, poliuretan, dan resin fenolik.
- Elastomer: Sifat elastisitas tinggi (dapat kembali ke bentuk asal setelah ditarik atau ditekan). Contoh karet alami, karet sintetis, dan silicone.
Namun, perlu kita ketahui bahwa tidak semua polimer memenuhi ketentuan untuk bisa dijadikan plastik maupun bioplastik.
- Plastik
Plastik adalah polimer sintetik yang diekstraksi dari minyak bumi melalui proses polimerisasi atau polikondensasi. Meskipun polimer terbentuk secara alami, plastik seluruhnya merupakan buatan manusia. Plastik dapat dikategorikan menjadi termoplastik dan termoset. Contoh plastik dengan polimer sintetis:
- Bioplastik
Bioplastik terbuat seluruhnya atau sebagian dari sumber daya hayati(biobased), dan belum tentu dapat terurai secara hayati(biodegradable). Bahkan 45% atau hampir setengah dari bioplastik yang dihasilkan saat ini tidak dapat terurai secara hayati. Namun, kesalahan terminologi yang sering digunakan, bawah "bioplastik" mencakup plastik berbahan dasar hayati dan plastik yang dapat terbiodegradasi.