N: Memang sih, saya pernah merasakan itu. Di Tanah Abang itu memang penuh banget.
F: Tapi, di Stasiun Manggarai dan Jakarta Kota sudah ada. Rata-rata jumlah vending machine di tiap stasiun ada tiga atau dua. Tapi, di Jakarta Kota ada lumayan banyak karena Jakarta Kota kan stasiun terakhir. Kayak Bogor juga. Kalo di sini (Palmerah) kenapa cuma ada tiga karena rata-rata penumpangnya turun, bukan naik. Kebanyakan pada pakai KMT juga. Paling cuma cek saldo. Yah, kebanyakan penumpangnya pada pakai kartu kayak gitu. Soalnya, rata-rata penggunanya yang sering menggunakan kereta atau pengguna kereta. Sedangkan, di Tanah Abang kebanyakan penggunanya yang msih baru atau jarang menggunakan keretanya.
N: Harusnya ini jadi pertanyaan pertama, tapi kenapa Commuter Line akhirnya memutuskan untuk memakai vending machine? Apakah mengikuti negara lain atau apa?
F: Mungkin dari ini juga... dari perkembangan... di Singapura, ikuti dari sana juga sih. Awalnya sih, vending machine ini dibuat oleh orang Indonesia, bukan luar. Makanya, ada kekurangannya juga.
N: Wajar sih, karena masih proses juga kan. Terus, adakah keluhan dari penumpang karena pergantian ke vending machine? Misal, seperti yang sering tanya-tanya?
F: Kendalanya, misal, ada mesin satu rusak nih, itu mengakibatkan antrean panjang. Kalau sudah begitu, penumpang sudah pada komplain tuh. Karena harusnya penumpang sudah naik kereta lebih awal, malah baru naik kereta pas terakhir gitu. Kadang begitu. Kadang kalau mesin rusak... salah satu mesin rusak, kan ada tiga nih, kami alihkan ke loket. Makanya, kadang loket nge-back up juga. Loket bisa bantu juga menjual tiket. Kalau di sini kan penumpang paling ramai sore hari.
 Pagi hari kebanyakan keluar. Di sini memang kebanyakan penumpang keluar daripada penumpang masuk. Kebanyakan dari arah Serpong dan Tanah Abang. Dari dua daerah situ yang paling ramai. Orang dari Muara Angke dan Rangkasbitung juga ramai sih, tapi mereka transit untuk kereta Lokal (bukan KRL). Jadi, di sini kan ada dua gitu, Commuter Line dan Lokal. Kadang hal itu jadi masalah juga, soalnya kadang Lokal macet jadwalnya, gantinya Commuter Line. Padahal, mereka sudah beli tiket untuk Lokal. Jadi, harus beli tiket untuk KRL. Itu kan harus antre lagi. Nah, itu yang jadi masalah juga.
N: Vending machine ini kan berbasis teknologi. Adakah program dari Commutr Line yang berbasis teknologi juga ke depannya ? Atau, program lain yang tidak berbasis teknologi?
F: Kalau untuk teknologi… kayaknya untuk sekarang belum. Paling kartu-kartu sih. Sekarang kan ada kartu-kartu untuk KMT gitu. Kayak kartu berbentuk gelang. Terus juga ada gantungan...
N: Wah, itu sudah diterapkan?
F: Sudah. Sudah ada. Ada di depan loket sana (kami berdua berjalan ke depan loket dan di kaca ada gambar jenis-jenis KMT yang bentuknya unik). Ini ada gelang, terus juga ada gantungan, tempelan buat ditempel di HP, itu semua kayak KMT juga. Cuma kadang penumpang mengeluhkan chip-nya lemah. Masih ada yang kurang bagus untuk dijadikan tiket Commuter Line. Keuntungan dari kartu-kartu ini adalah bisa diisi di semua stasiun kalau saldonya habis. Cuma jeleknya… ya itu, kadang chip-nya sering lemah. Tergantung penumpangnya juga sih. Kalau menggunakannya benar, ya tidak masalah.