Mohon tunggu...
M Naufal Rizqullah Fahmi
M Naufal Rizqullah Fahmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercubuana

Muhammad Naufal Rizqullah Fahmi NIM : 41522110054 Jurusan : Teknik Informatika Fakultas : Ilmu Komputer Dosen : Prof. Dr. Apollo, AK. M.Si.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

P08-Diskursus Doktrin Pendidikan Ki Hadjar Dewantara

22 Mei 2024   20:35 Diperbarui: 22 Mei 2024   20:44 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sistem Among adalah suatu sistem pendidikan yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Sistem ini berfokus pada pengembangan kodrat siswa melalui contoh dan perawatan. Sistem Among terdiri dari tiga aspek, yaitu:

1.  Momong (merawat dgn cinta) : Aspek ini berfokus pada pengembangan kodrat siswa melalui perawatan dan kasih sayang. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus diberikan perawatan dan kasih sayang agar dapat mengembangkan kodrat mereka.

2.  Among (memberi contoh) : Aspek ini berfokus pada pengembangan kodrat siswa melalui contoh dan pengarahan. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus diberikan contoh dan pengarahan agar dapat mengembangkan kodrat mereka.

3.  Ngemong (merawat,menjaga) : Aspek ini berfokus pada pengembangan kodrat siswa melalui perawatan dan pengawasan. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus diberikan perawatan dan pengawasan agar dapat mengembangkan kodrat mereka.

Berikut adalah arti kata yang dijabarkan pada gambar tersebut :

1.  Niteni (mengingat) : Niteni berarti mengingat atau mengenang. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus memiliki kemampuan mengingat agar dapat mengembangkan kemampuan dan bakat mereka.

2.  Nirokke (mimesis) : Nirokke berarti mimesis atau imitasi. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus memiliki kemampuan mimesis agar dapat mengembangkan kemampuan dan bakat mereka.

3.  Nambahi (menambah) : Nambahi berarti menambah atau meningkatkan. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus memiliki kemampuan menambah agar dapat mengembangkan kemampuan dan bakat mereka.


1.  Ngerti (kognitif) : Ngerti berarti memiliki pengetahuan atau kemampuan berpikir. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus memiliki kemampuan kognitif agar dapat mengembangkan kemampuan dan bakat mereka.

2.  Ngarasa (batin) : Ngarasa berarti memiliki kesadaran atau perasaan. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus memiliki kesadaran dan perasaan agar dapat mengembangkan kemampuan dan bakat mereka.

3.  Ngakoni (melakukan) : Ngakoni berarti melakukan atau mengambil tindakan. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa siswa harus memiliki kemampuan melakukan agar dapat mengembangkan kemampuan dan bakat mereka.

Tri Sentra Pendidikan

Tri Sentra Pendidikan adalah konsep pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara, yang menekankan tiga lingkungan utama sebagai tempat berlangsungnya pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Berikut adalah penjelasan mendetail dan contoh penerapannya dalam kehidupan sehari-hari:

 

  1. Alam Keluarga (Pendidikan Informal di Rumah)

Pendidikan di lingkungan keluarga adalah pendidikan yang berlangsung secara informal di rumah. Orang tua dan anggota keluarga lainnya menjadi guru pertama bagi anak-anak. Di sini, nilai-nilai moral, etika, agama, dan sosial ditanamkan. Pendidikan di rumah membentuk karakter dasar dan kepribadian anak.

 

 Contoh dalam Keseharian:

  • Pengembangan Karakter:  Orang tua mengajarkan anak-anak untuk bersikap jujur, sopan, dan bertanggung jawab melalui contoh dan nasihat sehari-hari.
  • Kebiasaan Sehat:  Keluarga menerapkan pola makan sehat, kebiasaan tidur yang baik, dan aktivitas fisik rutin untuk anak-anak.
  • Belajar Mandiri:  Orang tua mendorong anak-anak untuk menyelesaikan pekerjaan rumah mereka sendiri dan membantu dengan tugas rumah tangga, seperti merapikan tempat tidur atau mencuci piring.

 

  2. Alam Sekolah (Pendidikan Formal)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun