Mohon tunggu...
Naufal Rifqi Yusron
Naufal Rifqi Yusron Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Jakarta

kadang suka menulis kadang suka mengambil foto

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Kematian Satu keluarga Bunuh Diri dari Apartemen di Penjaringan

14 Mei 2024   23:52 Diperbarui: 15 Mei 2024   16:53 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Selain mencari jejak yang hilang, mereka berusaha untuk menjelaskan keputusan yang diambil suami tersebut. Kasus ini juga menarik perhatian pada masalah kesehatan mental dan keuangan. Apakah suami mengalami banyak tekanan dan stres sehingga membuat keputusan tragis? Apakah keputusan ini dipengaruhi oleh masalah keuangan? Dalam kasus seperti ini, masyarakat harus merasa empati dan memperhatikan keluarga yang terlibat. Mereka harus memberikan bantuan ketika seseorang menunjukkan gejala tekanan dan stres.

Kasus bunuh diri di Indonesia telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menimbulkan perhatian pada masalah kesehatan mental dan keuangan. Orang-orang di masyarakat harus lebih sadar dan memperhatikan gejala yang menunjukkan bahwa seseorang mengalami tekanan dan stres yang signifikan.

Dalam interaksi antar individu, terutama dalam keluarga, kejujuran, keterbukaan, dan empati sangat penting, menurut filsafat dan etika komunikasi. Komunikasi dalam situasi seperti ini tidak hanya tentang menyampaikan pesan; itu juga tentang mendengarkan dengan teliti dan memahami secara menyeluruh perasaan dan kebutuhan satu sama lain. 

Ketika anggota keluarga merasa didengar dan dipahami, mereka lebih mungkin untuk berbagi kesedihan mereka dan mencari dukungan psikologis. 

Sebaliknya, komunikasi yang tertutup atau dipenuhi dengan tekanan dapat menyebabkan perasaan putus asa dan keterasingan menjadi lebih buruk, yang dalam situasi terburuk dapat mengarah pada tindakan tragis seperti bunuh diri. Oleh karena itu, komunikasi keluarga yang sehat dan etis adalah cara penting untuk mencegah bencana dan meningkatkan kesejahteraan emosional bersama.

Kasus ini adalah contoh bagaimana komunikasi dapat memengaruhi keputusan individu. Misalnya, teori komunikasi interaktif mengatakan bahwa komunikasi adalah proses interaktif yang melibatkan pengiriman dan penerimaan pesan dalam dua arah. Dalam kasus ini, keputusan yang diambil oleh suami dapat dipengaruhi oleh jenis komunikasi yang terjadi antara mereka.
Ada banyak cara untuk melihat solusi alternatif untuk masalah ini.

Pertama, solusi dari perspektif psikologis adalah bahwa suami tersebut mungkin telah mengalami banyak tekanan dan stres sehingga membuat keputusan tragis. Dalam hal ini, solusi alternatif dapat ditemukan dengan memberikan bantuan psikologis dan membantu individu tersebut mengatasi tekanan dan stres.

Kedua, dari sisi sosial, suami tersebut mungkin telah mengalami masalah dalam relasi dengan istri dan anak-anaknya sehingga mengambil keputusan tragis. Dalam hal ini, solusi alternatif dapat berupa terapi dan bantuan untuk memperbaiki relasi dengan orang lain. Ketiga, dari sisi budaya, suami tersebut mungkin telah mengalami tekanan budaya yang signifikan sehingga mengambil keputusan tragis. Dalam hal ini, solusi alternatif dapat berupa mendukung individu dalam memperbaiki relasi mereka dengan orang lain.

Ini juga termasuk bagaimana pentingnya etika komunikasi bagi individu, karena dari komunikasi dapat membentuk relasi relasi sosial antar-individu yang saling berbagi informasi, ataupun sekedar menegur sapa, Komunikasi berfungsi sebagai cara untuk mempertahankan eksistensi diri dan orang lain. Ada upaya yang dilakukan untuk mengakui kehadiran orang lain. Sebagai makhluk sosial, seseorang membutuhkan perasaan dihargai; eksistensinya sebagai manusia membutuhkan dihormati dan dihargai, seperti yang dijelaskan dalam Hirarki Kebutuhan Maslow.

Jadi itulah mengapa pentingnya etika berkomunikasi, kita tidak tahu apa yang ada dalam perspektif korban tersebut, masing masing individu memilik paradigma tersendiri sehingga Komunikasi harus terbatas pada pesan yang disengaja (tujuan) dan diterima (diterima). Dengan kata lain, untuk terjadi komunikasi, harus ada tiga orang: (a) orang yang mengirim pesan, (b) pesan itu sendiri, dan (c) orang yang menerima pesan. Dengan kata lain, jika pesan tidak sampai ke penerima, maka tidak ada komunikasi; tidak ada orang yang menerima pesan, dan ilmu komunikasi tidak dapat menyelidiki komunikasi seperti itu. Menurut paradigma ini, itulah yang terjadi  (Muhammad Muhid, 2020:155).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun