Mohon tunggu...
Naufal Rospriandana
Naufal Rospriandana Mohon Tunggu... Konsultan - Ordinary

Ordinary

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Inspirasi dari Ujung Negeri

2 Januari 2014   13:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:14 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_303148" align="aligncenter" width="648" caption="Courtesy by: Fahma Tafwidla, Tambora Rangga"][/caption]

Tulisan ini merupakan resume laporan perjalanan rekan, Fahma Tafwidla
Dulu - Alumnus Teknik Geologi salah satu kampus yang biasa saja
Kini - Geologist salah satu perusahaan swastaluar biasa

Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau, sambung menyambung menjadi Satu Itulah Indonesia... ------ Kisah ini adalah cuplikan laporan perjalanan seorang geologiwan bernama Fahma Tafwidlake sebuah pelosok di batas utara leher burung mutiara hitam dari timur Indonesia, Nabire, Papua. [caption id="" align="aligncenter" width="590" caption="Peta Nabire (http://hiniotanibre.com/?p=59)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Pemandangan Nabire dari atas pesawat (http://www.indonesia-tourism.com/forum/showthread.php?599-Nabire-Papua-Indonesia)"]

[/caption] Nabire, sebuah kota di Papua, ibu kota dari Kabupaten dengan nama yang sama. Perbukitan bergelombang khas batu kapur adalah ciri bentang alamnya.Kota ini memiliki tinggian hingga pesisir pantai semakin ke arah utara. Terletak di kaki gunung Puncak Jaya yang memanjang menjulang di bagian selatannya. Nabire, ibu kota dari kota dengan kepadatan penduduk yang hanya berkisar 5,42 jiwa/km2, tapi jangan terkejut jika Anda menemukan taksi di daerah ini berupa kijang Innova yang telah dimodifikasi. Jangan kaget pula jika Anda membeli BBM harganya bisa mencapai Rp 75.000,-/liter. Merebaknya isu keterdapatan emas plaser di beberapa kawasan di daerah ini membuat masyarakat banyak beralih profesi menjadi penambang liar. Banyak perahu-perahu nelayan terombang-ambing di pantai karena ditinggal untuk menambang. Mereka berpikir lebih menguntungkan menjadi seorang penambang liar dibandingkan nelayan. Dan kini, menu makanan laut pun berubah menjadi menu makanan ikan air tawar. Sebelum Gempa Aceh,Nabire, pernah terkenal sekejap di tahun2004tatkala gempa 7,2 Skala Richter mengguncangnya meninggalkan kisah sedih menewaskan sedikitnya 27 jiwa. Namun selebihnya? Kehidupan mereka hilang ditelan gemerlap berita Joko Widodo, Bunda Putri, atau mungkin Farhat Abbas. Dan terlebih lagi, mungkin kehidupan dan gejolak sosial, politik, ekonomi di sana kurang menarik untuk menjadi linimasa media sosial @SBYudhoyono. [caption id="attachment_303163" align="aligncenter" width="630" caption="Gempa Nabire 2004"]
13886409281218590417
13886409281218590417
[/caption] Begitulah Nabire, di mana mata kamera belum sampai ke pelosoknya. Syukurnya mereka masih ingat pada Negeri ini, Indonesia. [caption id="" align="aligncenter" width="630" caption="Gerakan Buku Untuk Papua di Nabire (http://bukuuntukanakbangsa.wordpress.com/)"]
Gerakan Buku Untuk Papua di Nabire (http://bukuuntukanakbangsa.wordpress.com/)
Gerakan Buku Untuk Papua di Nabire (http://bukuuntukanakbangsa.wordpress.com/)
[/caption] DARI NABIRE UNTUK NABIRE OLEH NABIRE "Apa yang terlintas dalam benak kita ketika kita mendengar kata pertambangan?". Mungkin beberapa kata yang mencerminkannya adalah "uang, merusak, sumber daya bumi, mineral".  Kata-kata tersebut menjadi suatu hal yang lumrah berkenaan dengan pertambangan dan menjadi fakta yang terjadi di seluruh tempat di Indonesia. Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas).  Industri pertambangan walaupun di satu sisi melibatkan masyarakat setempat, tetapi banyak orang berpandangan bahwa industri ini hanya membuat orang-orang yang berduit semakin kaya. Tidak dapat dipungkiri industri ini memang banyak membawa dampak yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar (tapi tidak selalu sama di seluruh tempat), baik dari segi finansial maupun kebutuhan masyarakat lainnya. Tapi beberapa aspek lingkungan menjadi kontroversi hingga kini, bagaimana kegiatan ini banyak merusak lingkungan terlepas sudah dilaksanakannya AMDAL oleh perusahaan. Begitupun dengan aspek sosial, pertambangan kerap kali menimbulkan friksi-friksi dalam bermasyarakat, himpitan ekonomi dan minimnya kontribusi nyata industri bagi signifikansi kemajuan kehidupan warga adalah permasalahan klasik. Rangkaian kegiatan pertambangan memang memakan dana yang tidak sedikit, dari mulai eksplorasi sampai akhirnya eksploitasi dan produksi. Belum tentu dalam tahap ekslplorasi, daerah tujuan memiliki nilai yang cukup potensial untuk di eksploitasi, oleh karena itu industri ini memang membutuhkan "urat syaraf" yang kuat, dukungan dana yang besar serta nyali dan strategi. Jadi, wajar saja jika kita beranggapan industri ini bagaikan mesin penghasil uang yang sangat besar dengan mementingkan produksi dan keuntungan perusahaantanpa mempedulikan dampak sosial yang timbul, gilanya di sini pun pemerintah absen hadir untuk menengahi dan mencari solusi terbaik. Tapi percayakah Anda, di balik kerasnya dunia industri pertambangan, masih saja ada orang (pengusaha) yang memiliki niat mulia. Ya, orang-orang (pengusaha) itu hanya ingin masyarakat bisa bekerja dan memanfaatkan sumber daya alam di daerahnya untuk kemasalahatan bersama. Mereka tidak ingin masyarakat Indonesia yang penuh dengan sumber daya alam yang melimpah ini menjadi miskin bak "ayam mati di lumbung padi". Ini kisah tentang Ibu Mery, seorang eks PHK pegawai PT Freeport Indonesia, bersama suaminya Christian, seorang pegiat wirausaha sosial berbasis pertambangan di Nabire. Mereka adalah para mutiara Nabire yang ingin agar masyarakat di sekitarnya bisa hidup layak.  Mereka berhasil mendobrak kekakuan di masyarakat papua yang sering menempatkan wanita untuk urusan dapur dan melahirkan saja sedangkan suami yang mencari nafkah. Pak Christian membuktikan bahwa seorang pria yang berasal dari Papua dapat menjadi seorang suami yang dapat mengurusi rumah tangga dan seluruh pekerjaan rumah serta dapat menjadi partner bisnis yang hebat.

[caption id="attachment_303235" align="aligncenter" width="529" caption="Tim Nabire (Courtesy Fahma Tafwidla)"]

13886539501389024549
13886539501389024549
[/caption] Pada awalnya, suami istri ini ingin meningkatakan ekonomi keluarga dengan mengelola Hak Pengelolaan Hutan di pedalaman Nabire. Ternyata lebih dari itu, mereka akhirnya mengetahui daerah mereka memiliki sumber daya laian berupa mineral - setelah melalui penyelidikan secara geologi (walaupun beberapa kali sempat mengalami penipuan) - kini mereka yakin bahwa di daerah mereka terdapat emas yang terendapkan secara plaser. Dengan alat sederhana berupa sluice box ataupun alat panning manual, mereka mencoba melakukan produksi kecil-kecilan. Mereka tidak menggunakan cairan raksa untuk mengikat emasnya karena emas tersebut sudah berupa nugget. Nugget merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada masyarakat Papua. Oleh karena itu tambang jenis seperti ini termasuk ramah lingkungan. Berangkat dari itu, mereka menyadari jalan keluar peningkatan ekonomi bagi masyarakat Papua adalah dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan lahan pertambangan di sana. [caption id="attachment_303167" align="aligncenter" width="577" caption="Proses Penambangan dan Produksi Emas Nabire (Courtesy by Fahma Tafwidla)"]
138864172599579129
138864172599579129
[/caption] [caption id="attachment_303168" align="aligncenter" width="592" caption="Pendulangan emas plaser (Courtesy Fahma Tafwidla)"]
13886417861047769868
13886417861047769868
[/caption] [caption id="attachment_303169" align="aligncenter" width="604" caption="Emas plaser hasil pengolahan"]
1388641852414105524
1388641852414105524
[/caption]

Para pekerja di tambang ini didominasi oleh masyarakat setempat. Salah satu kebiasaan buruk masyarakat setempat adalah kebiasaan “besar pasak daripada tiang”, akibatnya mereka tidak bisa mengelola keuangan sehingga uang yang mereka terima akan habis dalam waktu cepat. Kebiasaan buruk ini menggugah Bu Merry untuk membina para pekerja tersebut dalam suatu wadah Koperasi. Mereka berbagi hasil dari emas yang mereka peroleh.Selain untuk mengelola keuangan, tujuan koperasi ini juga untuk membantu pengusaha Mama-mama Papua sebagai pengusaha mikro untuk mendapat kemudahan-kemudahan dalam pengembangan usaha kecil dan fasilitas usaha. Kini, laporan koperasi inilah yang kerap menjadi bahan laporan UP4B (Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat) sampai ke meja presiden Republik Indonesia di Jakarta sana.

Koperasi yang dibentuk oleh Bu Merry dan kawan-kawan adalah koperasi yang memiliki 10 unit kerja (simpan pinjam, pertambangan, pertanian, nelayan, perkiosan, kehutanan, peternakan, keterampilan souvenir, pariwisata dan rumah makan). Untuk pertambangan, para penambang melakukan jual beli serta produksi emas. Mereka bisa meminjam modal dari bank atas rekomendasi Kamar Adat Pengusaha Papua sebagai pembina koperasi untuk membeli alat dulang dan meminta koperasi untuk mencari pasaran jual hasilnya. Keuntungan sebesar 1% dari hasil emas yang didapat per harinya di simpan di Koperasi untuk menjadi simpanan para pekerja. Simpanan ini layaknya simpanan pokok dalam suatu Koperasi, dapat sewaktu-waktu dipinjam untuk kebutuhan yang mendesak.Selain mengoptimalkan koperasi, Bu Merry dan suaminya mendirikan food court bagi para pekerja tambang. Food court ini digerakkan oleh istri-istri para pekerja tambang. Tidak hanya itu, beliau juga memberdayakan para wanita-wanita setempat untuk membudidayakan batik khas Papua yang sekarang ini sedang ramai dipesan.

Barang tambang emas apalagi dalam bentuk plaser memang merupakan suatu komoditi yang banyak diincar masyarakat. Selain mudah diperoleh, komoditi ini tidak memerlukan dana yang cukup besar tetapi sangat menggiurkan dalam produksinya. Hanya dibutuhkan suatu alat untuk memisahkan emas dari sedimen-sedimen sungai dan ketekunan untuk “mengayak” nya.

Kehadiran komoditi ini banyak memberikan dampak positif bagi warga sekitar, tetapi alangkah bijaknya jika dikelola dengan manajemen yang baik agar tetap terjadi kesinambungan. Nabire memperlihatkan kepada kita bahwa semua kegiatan bisa menjadi bermanfaat dan saling menunjang satu sama lain jika terdapat orang-orang yang beriktikad baik dan melakukan pengelolaan secara menyeluruh.

Inilah kisah senyata-nyatanya kisah

Di kala negara lupa memperhatikan negerinya

Ketika himpitan ekonomi tidak menghimpit seseorang untuk berbuat bagi sesama

Ibu Merry dan Pak Christian,

Hadir bersama inspirasi dari ujung Negeri

------

@fahmatafwidla

@fal_r

------

Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi NEWMONT BLOG COMPETITION Dengan tema “Mengenal Tambang Lebih Dekat”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun