Mohon tunggu...
Muhammad Naufal Fauzan
Muhammad Naufal Fauzan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Fotograpfer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pengrajin Wayang Golek di Padepokan Bale Pakuan

5 Desember 2024   13:12 Diperbarui: 5 Desember 2024   13:17 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perajin menyelesaikan pembuatan wayang golek di Padepokan Bale Pakuan, Rabu (04/12/2024)
Perajin menyelesaikan pembuatan wayang golek di Padepokan Bale Pakuan, Rabu (04/12/2024)

BANDUNG - Suasana dingin menusuk kulit mengiringi langkah menuju Padepokan Bale Pakuan yang berlokasi di Kampung Heubeulisuk, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Di halaman rumah yang penuh dengan aroma kayu dan cat, terlihat seorang pria paruh baya yang sedang bekerja dengan penuh kehati-hatian,  A. Taryana Sapa'at Suwanda (46) namanya.

Taryana merupakan seorang perajin sekaligus dalang wayang golek di Kabupaten Bandung yang hingga kini tetap memproduksi wayang golek untuk keperluan pentas, cinderamata, dan hiasan. Taryana mengatakan bahwa, dirinya telah membuat wayang golek sejak tahun 2005 dan sudah turun temurun dari keluarganya.

"Ini awalnya dari kakek, terus ke bapa saya, jadi nurun juga ke saya," ucap Taryana.

Taryana menjelaskan bahwa setiap ukiran pada wayang golek bukan hanya menambah estetika, tetapi juga memberikan makna dan karakter pada setiap tokoh. Proses pembuatan wayang golek memerlukan ketelitian, mulai dari pemilihan kayu yang tepat hingga proses pewarnaan dan perakitan. Wayang golek yang dibuatnya sudah terjual ke berbagai daerah.

"Sudah ke Bogor, Karawang, Subang, Sumedang, dan masih banyak lagi lah," terangnya.

Taryana juga menjelaskan bahwa meskipun teknologi dan tren seni modern terus berkembang, nilai dan keunikan dari wayang golek tetap menjadi prioritas utama. Setiap wayang golek, kerap memiliki ciri khasnya masing-masing. Menurutnya, ciri khas tersebut terletak pada setiap ukirannya.

"Setiap karakter wayang itu punya ciri khas atau ukiran-ukirannya masing-masing. Yaa saya mah berharap ciri khas itu tidak hilang dan masih tetap ada gitu seiring berkembangnya zaman," ucapnya.

Taryana mengaku, dalam memproduksi wayang golek membutuhkan waktu beberapa hari tergantung ukuran dan kerumitannya.

"Kalau yang mudah paling satu sampai tiga hari juga selesai. Kalau yang bagus atau yang lumayan rumit bisa sampai seminggu baru selesai," jelasnya.

Menurutnya, yang paling menyulitkan dalam membuat wayang adalah ketika membuat ukiran-ukiran di kepala. Selain itu, Taryana juga menyebutkan pentingnya menjaga kualitas dan konsistensi dalam setiap produk.

"Paling susah itu bikin di area kepala, terutama yang ukiran-ukirannya rumit," lanjutnya.

Satu wayang golek yang diproduksinya dijual dengan harga yang bervariatif mulai dari ratusan ribu rupiah, hingga jutaan rupiah.

"Kalau harga mah mulai dari Rp 100 ribu sampai Rp 2 juta mah ada, tergantung dari ukuran dan ukirannya juga," terangnya.

Dirinya menambahkan dalam berkesenian belum ada perhatian dari pemerintah setempat. Makanya dirinya mempertahankan kesenian tersebut secara mandiri. Melestarikan seni wayang golek tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya, tetapi juga merupakan bentuk dedikasi pribadi yang mendalam. A.Taryana Safa'at, dengan segala ketelitian dan kecintaannya terhadap seni ini, berusaha memastikan bahwa setiap karya yang dihasilkannya bukan hanya menjadi barang seni, tetapi juga melestarikan nilai-nilai dan tradisi yang telah ada sejak generasi sebelumnya.

Keahlian dan kecintaan A.Taryana terhadap wayang golek terlihat jelas dalam setiap detil karya yang dia buat. Dengan ketekunan dan keahlian turun-temurun, ia berupaya menjaga keaslian dan keunikan seni wayang golek di tengah arus modernisasi yang kian berkembang. Meskipun menghadapi tantangan, terutama dalam proses pembuatan yang memerlukan ketelitian tinggi, semangatnya untuk mempertahankan seni tradisional ini tetap membara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun