BANDUNG - Suasana dingin menusuk kulit mengiringi langkah menuju Padepokan Bale Pakuan yang berlokasi di Kampung Heubeulisuk, Desa Sukajadi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Di halaman rumah yang penuh dengan aroma kayu dan cat, terlihat seorang pria paruh baya yang sedang bekerja dengan penuh kehati-hatian, Â A. Taryana Sapa'at Suwanda (46) namanya.
Taryana merupakan seorang perajin sekaligus dalang wayang golek di Kabupaten Bandung yang hingga kini tetap memproduksi wayang golek untuk keperluan pentas, cinderamata, dan hiasan. Taryana mengatakan bahwa, dirinya telah membuat wayang golek sejak tahun 2005 dan sudah turun temurun dari keluarganya.
"Ini awalnya dari kakek, terus ke bapa saya, jadi nurun juga ke saya," ucap Taryana.
Taryana menjelaskan bahwa setiap ukiran pada wayang golek bukan hanya menambah estetika, tetapi juga memberikan makna dan karakter pada setiap tokoh. Proses pembuatan wayang golek memerlukan ketelitian, mulai dari pemilihan kayu yang tepat hingga proses pewarnaan dan perakitan. Wayang golek yang dibuatnya sudah terjual ke berbagai daerah.
"Sudah ke Bogor, Karawang, Subang, Sumedang, dan masih banyak lagi lah," terangnya.
Taryana juga menjelaskan bahwa meskipun teknologi dan tren seni modern terus berkembang, nilai dan keunikan dari wayang golek tetap menjadi prioritas utama. Setiap wayang golek, kerap memiliki ciri khasnya masing-masing. Menurutnya, ciri khas tersebut terletak pada setiap ukirannya.
"Setiap karakter wayang itu punya ciri khas atau ukiran-ukirannya masing-masing. Yaa saya mah berharap ciri khas itu tidak hilang dan masih tetap ada gitu seiring berkembangnya zaman," ucapnya.
Taryana mengaku, dalam memproduksi wayang golek membutuhkan waktu beberapa hari tergantung ukuran dan kerumitannya.
"Kalau yang mudah paling satu sampai tiga hari juga selesai. Kalau yang bagus atau yang lumayan rumit bisa sampai seminggu baru selesai," jelasnya.