Mohon tunggu...
NAUFAL DENANIR
NAUFAL DENANIR Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah cowo keren yang bermultitalenta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyederhanaan Partai Politik di Indonesia: Bagaimana Parliamentary Threshold Berperan

29 Juni 2024   13:56 Diperbarui: 29 Juni 2024   14:03 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Partai politik memainkan peranan kunci dalam sistem demokrasi Indonesia. Sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi rakyat, partai politik berfungsi sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan masyarakat. Namun, jumlah partai politik yang terlalu banyak di Indonesia dapat menimbulkan fragmentasi dan instabilitas politik. Demokrasi Indonesia diwarnai dengan lanskap kepartaian yang kompleks. Sejak era Reformasi, jumlah partai politik (parpol) di Indonesia terus bertambah, memicu perdebatan tentang perlunya penyederhanaan. Salah satu mekanisme yang digunakan untuk mencapai tujuan ini adalah ambang batas parlemen (parliamentary threshold). Artikel ini akan membahas peran parliamentary threshold dalam penyederhanaan partai politik di Indonesia, dengan studi kasus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Partai Politik: Peran dan Fungsi dalam Demokrasi

Partai politik merupakan organisasi yang bertujuan untuk memperoleh kekuasaan politik dan menjalankan pemerintahan. Secara umum, partai politik memiliki beberapa fungsi penting dalam sistem demokrasi, antara lain:

  • Sarana komunikasi politik, di mana partai politik menjadi penghubung antara masyarakat dan pemerintah
  • Sarana sosialisasi dan pendidikan politik, di mana partai berperan dalam mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai dan proses demokrasi, hak-hak politik, serta peran mereka dalam sistem politik.
  • Sarana rekrutmen politik, di mana partai mengidentifikasi dan menyiapkan kader-kader untuk menduduki jabatan politik
  • Sarana pengatur konflik, di mana partai politik berperan sebagai wadah untuk mengelola perbedaan pendapat dan kepentingan
  • Sarana penyaluran kepentingan, di mana partai politik menampung aspirasi dan kepentingan masyarakat, kemudian mengartikulasikannya dalam kebijakan publik.

Dalam konteks Indonesia, partai politik juga berperan penting dalam memobilisasi massa, memperjuangkan kepentingan kelompok. Namun, jumlah partai politik yang terlalu banyak dapat menimbulkan fragmentasi dan instabilitas politik. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk menyederhanakan sistem kepartaian di Indonesia.

Parliamentary Threshold: Instrumen Penyederhanaan Partai Politik

Parliamentary threshold merupakan persyaratan perolehan kursi di parlemen yang harus dipenuhi oleh suatu partai politik. Di Indonesia, parliamentary threshold pertama kali diterapkan pada Pemilu 2009, di mana partai politik harus memperoleh minimal 2,5% suara sah nasional untuk dapat memperoleh kursi di DPR dan 4% suara sah untuk Pemilu DPRD Provinsi. Angka ini kemudian dinaikkan menjadi 3,5% pada Pemilu 2014 dan 2019.

Penerapan parliamentary threshold bertujuan untuk:

  • Menyederhanakan Sistem Kepartaian: Dengan membatasi jumlah parpol di parlemen, diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan.
  • Meningkatkan Kualitas Parpol: Diharapkan parpol yang lolos ambang batas parlemen memiliki basis massa yang lebih kuat dan ideologi yang lebih jelas, sehingga mampu menjalankan fungsinya dengan lebih baik.
  • Mencegah Fragmentasi Politik: Terlalu banyak parpol dikhawatirkan dapat memicu fragmentasi politik, di mana suara masyarakat terpecah belah dan sulit mencapai konsensus.

Selain itu, parliamentary threshold juga diharapkan dapat mendorong konsolidasi kekuatan politik dan memperkuat sistem pemerintahan. Dengan jumlah partai politik yang lebih sedikit, proses pengambilan keputusan di parlemen diharapkan dapat berjalan lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Studi Kasus: Partai PDIP dan Parliamentary Threshold dalam Pemilu Indonesia

Salah satu partai politik yang terdampak signifikan oleh penerapan parliamentary threshold adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Sebagai salah satu partai besar di Indonesia, PDIP selalu lolos parliamentary threshold dalam setiap pemilu.

Pada Pemilu 2019, PDIP memperoleh suara terbanyak dengan perolehan 27,53% suara sah nasional. Angka ini jauh di atas parliamentary threshold 4% yang berlaku saat itu. Kondisi ini menunjukkan bahwa PDIP memiliki basis massa yang kuat dan dukungan yang luas dari masyarakat.

Keberhasilan PDIP ini dapat dikaitkan dengan beberapa faktor, antara lain:

  • Basis Massa yang Kuat: PDIP memiliki basis massa yang loyal dan terstruktur, terutama di pedesaan. Hal ini memungkinkan mereka untuk meraih suara yang signifikan dalam pemilu.
  • Ideologi yang Jelas: PDIP memiliki ideologi yang jelas, yaitu nasionalisme dan kerakyatan, yang menarik bagi banyak pemilih.
  • Kepemimpinan yang Kuat: PDIP memiliki pemimpin yang kuat dan karismatik, seperti Megawati Soekarnoputri, yang mampu mengkonsolidasikan massa dan mengarahkan strategi partai.

Penerapan parliamentary threshold telah membantu menyederhanakan sistem kepartaian di Indonesia. Partai-partai politik yang tidak memenuhi ambang batas suara tidak dapat memperoleh kursi di parlemen, sehingga hanya partai-partai besar yang dapat bertahan. Hal ini mendorong konsolidasi kekuatan politik dan menciptakan stabilitas sistem pemerintahan.

Selain itu, parliamentary threshold juga berdampak pada strategi PDIP dalam menghadapi pemilu. Partai ini harus memastikan untuk memperoleh suara yang cukup agar dapat melewati ambang batas dan memperoleh kursi di parlemen. Hal ini mendorong PDIP untuk lebih fokus pada memperkuat basis massa dan menggalang dukungan yang luas dari masyarakat.

Penutup

Parliamentary threshold merupakan salah satu mekanisme yang digunakan untuk menyederhanakan sistem kepartaian di Indonesia. Studi kasus Partai PDIP menunjukkan bahwa sistem ini dapat membantu parpol yang memiliki basis massa yang kuat, ideologi yang jelas, dan kepemimpinan yang kuat untuk lolos ke parlemen.

Namun, penting untuk diingat bahwa sistem ini juga memiliki kekurangan, dan perlu dilakukan evaluasi berkala untuk memastikan bahwa sistem ini tidak melemahkan suara minoritas dan membatasi partisipasi politik. Penting untuk dicatat bahwa penyederhanaan partai politik merupakan isu yang kompleks dan multidimensi. Selain parliamentary threshold, perlu dipertimbangkan pula mekanisme lain seperti penyatuan parpol, peningkatan regulasi pendanaan partai politik, dan penguatan pendidikan politik.

Dengan berbagai upaya yang komprehensif, diharapkan sistem kepartaian di Indonesia dapat menjadi lebih sederhana, efektif, dan akomodatif terhadap aspirasi seluruh masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun