"Bicaranya lempeng, lurus, dan tegas. Ia menguasai bahasa Belanda, Inggris, Jawa, dan Melayu.", tulis tim TEMPO.
Dengan perawakan Tjokroaminoto yang tinggi, tegap, sorot matanya yang tajam, dan suaranya yang lantang, orang-orang yang mendengar pidatonya nyaris selalu dibuat terpukau.
Pidato Bersejarah Penggugah Asa
Salah satu peristiwa bersejarah dan menggugah asa bangsa ini terjadi pada saat Tjokroaminoto berpidato di hadapan massa tentang zelfbestuur (pemerintahan sendiri), yang dapat dimaknai sebagai keinginan untuk tidak lagi menggantungkan nasib bangsa dan tanah air kepada siapa pun.
Anhar Gonggong dalam bukunya, mengutip sebagian isi pidato Tjokroaminoto di Bandung dari buku Tiga Peristiwa Bersejarah tulisan Mohammad Roem. Sebelum menyinggung soal zelfbestuur, Tjokroaminoto menyatakan tentang rasa cinta kepada tanah air juga pemerintah dan potensi Islam dalam memersatukan kaum bumiputra.
"Kita cinta bangsa sendiri dan dengan kekuatan ajaran agama kita, agama Islam, kita berusaha untuk mempersatukan seluruh bangsa kita, atau sebagian besar dari bangsa kita. Kita cinta tanah air, dimana kita dilahirkan, dan kita cinta Pemerintah yang melindungi kita.", ujar Tjokroaminoto.
Ia meneruskan, sudah sepantasnya kaum bumiputra tidak merasa takut untuk meminta perhatian atas segala sesuatu yang dianggapnya dapat memperbaiki keadaan bangsa dan tanah air mereka.
Tjokroaminoto menyatakan tentang perlunya aturan yang dapat menjamin hak bagi kaum bumiputra agar mereka dapat turut berpartisipasi dalam pelbagai perkara menyangkut kondisi mereka.
"Untuk mencapai tujuan dan untuk memudahkan cara kerja kita, demi pelaksanaan rencana raksasa itu, maka perlulah, dan kita harap dengan sangat agar diadakan peraturan, yang memberi kita penduduk bumiputra hak untuk ikut serta dalam bermacam-macam aturan. Tidak boleh terjadi lagi, bahwa dibuat perundang-undangan untuk kita, bahwa kita diperintah tanpa kita, dan tanpa mengikut sertakan kita.", kata Tjokroaminoto.
Dalam penggalan pidato tersebut, secara tersirat nampak keinginan dari Ketua CSI kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk segera membentuk suatu wadah perwakilan bagi kaum bumiputra. Dengan tujuan agar kaum bumiputra dapat juga memikirkan sendiri arah kehendak mereka.
Yang menarik dari pidato Tjokroaminoto saat membahas zelfbestuur ialah ketika dirinya mengangkat undang-undang yang dibuat sendiri oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai senjata.