Hamka menerangkan bahwa Haji Rasul bersama dengan Haji Abdullah Ahmad, diutus oleh Persatuan Guru-Guru Agama Islam di Sumatra Barat untuk menghadiri kongres Khilafah yang diselenggarakan oleh perkumpulan ulama Al-Azhar di Mesir pada pertengahan Mei 1926.
Berbeda dengan Tjokroaminoto dan Mas Mansoer yang berbelok dari Mesir. Mereka justru memilih untuk hadir dalam kongres yang diinisiasi oleh Raja Ibnu Sa'ud di Makkah pada bulan Juni, tahun yang sama.
Sekaitannya dengan pilihan itu. Menurut Nicko Pandawa dalam Khilafah dan Ketakutan Penjajah Belanda (2021), opsi ini akhirnya diambil Tjokroaminoto dan Mas Mansoer dengan alasan adanya indikasi ambisi pribadi Raja Fu'ad I untuk melanggengkan kekuasaannya juga adanya indikasi keberpihakan penjajah Inggris kepada Mesir.
Utusan Minangkabau Menghemat Kala di Mesir
Hamka menerangkan bahwa selama lawatannya ke Mesir, ayahnya tinggal di sebuah hotel kecil untuk menghemat biaya.
"Beliau tinggal menyewa kamar pada sebuah hotel yang yang terhitung kecil, yaitu Club Al-Misri, karena sewanya murah. Padahal, utusan-utusan seperti utusan dari India, menginap di hotel besar, yaitu di Continental Hotel.", tulis Hamka.
Haji Rasul Melayangkan Protes
Setibanya pada waktu pelaksanaan kongres, rupanya para peserta yang hadir jauh di luar ekspektasi. Nicko Pandawa dalam bukunya, menuliskan kongres yang digelar ulama-ulama Al-Azhar pada 1926 itu hanya mampu mendatangkan 44 perwakilan umat Islam dari 610 undangan yang telah disebar oleh panitia kongres.
Peserta yang hadir dalam kongres Al-Azhar itu kebanyakan terdiri dari kaum alim ulama. "Hanya satu pemimpin politik, yaitu Abdul Aziz as-Salabi, pemimpin Tunisia yang sejak habis Perang Dunia Pertama dibuang oleh Prancis dari tanah airnya.", terang Hamka.
Tatkala inti dari pembicaraan kongres Al-Azhar dimulai, Haji Rasul sudah dibuat tak karuan oleh sang pembicara yang bernama Syaikh Bakhit.
Dari mulai sisi penampilan, gaya berbicara, hingga intisari masalah yang dibicarakan oleh Syaikh Bakhit di hadapan peserta kongres kala itu, tak bisa lepas jadi bahan kritikan Haji Rasul.
"(Syaikh Bakhit) kalau datang di kongres, datang dengan penuh kemegahan, jubahnya hampir menyapu labuh. Semua orang berdiri dari majelisnya, memberi hormat, dan banyak yang menciun tangannya. Ayah jemu melihatnya." terang Haji Rasul ketika berkisah kepada keluarganya di rumah.