Islam. Pasalnya, pada tanggal yang sama 98 tahun silam, institusi politik terbesar dalam tarikh umat Islam; Khilafah Turki Utsmani secara resmi dibubarkan oleh Majelis Agung Nasional Turki.
3 Maret 1924 merupakan hari bersejarah bagi DuniaKeputusan Majelis Agung untuk membubarkan Khilafah Utsmani tak syak lagi menuai reaksi dari umat Islam di seluruh  dunia.
Dibubarkannya Khilafah Utsmani menjadi suatu wacana yang cukup ramai diperbincangkan oleh sejumlah tokoh Islam di Hindia Belanda. Bahkan, dari wacana itu lahir sikap yang beragam dan langkah-langkah konkret dari asosiasi umat Islam di negeri ini dalam menghadapi masalah nasib Khilafah.
Hamka dalam buku Ayahku (cetakan 2019), meriwayatkan pengalaman sang ayah dalam mengikuti perkembangan wacana perihal nasib Khilafah pada dasawarsa 1920-an.
Seputar Undangan Kongres Khilafah
Pasca Kekhalifahan Turki Utsmani dibubarkan, negeri-negeri Islam merespon isu ini dengan kekhawatiran. Mengingat institusi ini telah menaungi umat Islam sepanjang zaman. Oleh karena itu, beberapa otoritas negeri Islam berinisiatif mengadakan suatu forum bagi perwakilan umat Islam sedunia untuk berembug mengenai perkara Khilafah.
Saat itu, Mesir dan Arab Saudi mengundang  umat Islam di setiap penjuru mata angin untuk berkumpul, duduk bersama, menyelesaikan masalah tersebut di negeri mereka.
Rencananya, kedua kongres ini akan digelar pada tahun yang berbeda. Akan tetapi, dalam perkembangannya, dua kongres ini terjadi pada waktu yang berhimpitan yakni pertengahan tahun 1926.
Keterlibatan Tokoh-Tokoh Islam Hindia Belanda
Ayah Hamka yaitu Syaikh Dr. Abdul Karim Amrullah (1879-1945) atau masyhur dikenal dengan Haji Rasul merupakan tokoh Islam dari Hindia Belanda yang pernah mengikuti kongres tentang Khilafah di luar negeri.
Ia bukanlah satu-satunya tokoh dari negeri ini yang terlibat dalam kongres Khilafah. Terdapat nama-nama lain seperti Tuan Tjokroaminoto dan K.H. Mas Mansoer yang juga mengikuti kongres serupa.