Mohon tunggu...
Naufal Syafiq
Naufal Syafiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Debater Arab Staf Pengajar Pesantren Modern

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemuda Rantau dan Cendekiawan

22 Februari 2024   01:56 Diperbarui: 22 Februari 2024   01:56 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://theconversation.com

Di balik perbukitan yang menyimpan cerita-cerita masa lalu, terdapat sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh hamparan sawah hijau dan selalu terpancar di bawah Cahaya senja yang merona. Di sana terdapat seorang pemuda yang memiliki tatapan penuh Impian di balik kedalaman matanya. Setiap senja ia berjalan menyusuri tepian sungai yang mengalir dengan tenang, merenungi kehidupan serta memiikirkan takdirnya sebagai seorang pemuda yang terpanggil untuk menjelajahi luasnya dunia seraya terlintas dalam benaknya sebuah pertanyaan " dapatkah diriku menjadi seorang yang sukses dan membanggakan keluarga kecilku ?"

 Pemuda itu  merupakan kelahiran 14 juli 2003 dan berasal dari keluarga sederhana, melihat ayahnya hanyalah seorang saudagar kecil yang merantau jauh ke pulau suwarnadwipa, dimana itu merupakan pulau keenam terbesar di dunia yang terletak di Indonesia dengan luas 473.481 km2. Walaupun demikian ia termasuk pemuda yang cukup  beruntung karena dapat hidup di lingkungan keluarga agamis dan hangat akan keharmonisan yang terjalin didalamnya.

Pondok pesantren tradisional di Jawa Tengah, disitulah sang pemuda  menempuh pendidikannya dari sekolah tingkat menengah hingga sekolah tingkat atas. Selama berada di pesantren, ia menjalani hari-hari nya dengan penuh kegigihan dan kesabaran dari setiap langkah kaki yang dipijakkannya. Sebelum melanjutkan petualangannya ke tahap yang lebih jauh, ia telah di bekali berbagai macam cara bagaimana hidup mandiri, disiplin, kuat, dan berani dalam menghadapi segala tantangan dan rintangan yang ada di hadapanya. Setelah menyelesaikan pendidikanya di pesantren, ia langsung mendaftarkan dirinya ke salah satu perguruan tinggi luar negeri impiannya kala itu, tahapan demi tahapan telah terlewati dan ia jalani dengan rasa penuh semangat dan tawakal atas apa yang telah ia usahakan. Sebenarnya ia telah berhasil melalui segala tantangan dan rintangan yang ada di hadapanya, bahkan bisa dikatakan satu langkah kedepan ia akan menapakkan kakinya di garis finish. Namun, Ketika itu keadaan tak sepenuhnya mendukung apa yang ia impikan untuk berangkat ke perguruan tinggi tersebut, dikarenakan ada satu hal yang tak bisa ia lewati lantaran keadaan keluarga yang kurang mendukung dalam segi finansial. Singkat cerita ia pun melanjutkan serta mengenyam studi pendidikanya pada tahun 2022 di salah satu Universitas Islam yang terletak di ibu kota Indonesia melalui jalur beasiswa.

Walaupun dirinya tak mendapatkan apa yang ia harapkan  untuk melanjutkan pendidikanya ke luar negeri, ia tetap bersemangat dan bahkan bertambah gigih dalam menjalani hari demi harinya, baik itu Ketika berada di lingkungan kampus maupun di luar kampus. Awal pemuda itu menginjakkan kakinya di Ibu kota Jakarta, ia bertempat tinggal di salah satu kontrakan bersama dua temannya di tempat yang cukup tertutup dan terbilang kecil lagi sederhana, tempat itu ia pilih karena mempertimbangkan dengan uang saku yang diberikan oleh orang tuanya kala itu. Sampai akhirnya setelah satu tahun  berlalu ia dapat bertempat tinggal di salah satu pesantren modern yang berada di kota tersebut untuk terus mengupgrade pengetahuan serta wawasannya, sekaligus ia pun menjadi salah satu staf pengajar di pesantren tersebut.

Ketika hari kuliah telah aktif ia sangat bersemangat dalam mengikuti mata kuliah yang akan diajarkan di kelasnya, kala dosen itu menjelaskan, ia sangat memperhatikannya sembari mencatat hal-hal penting dan tak lupa manakala ada pembahasan yang belum ia pahami, spontanitas ia langsung tanyakan hal itu kepada dosenya setelah penjelasan selesai disampaikannya, begitupun  hal yang sama ia lakukan Ketika ada beberapa temannya yang sedang presentasi di depan kelas. Setelah jam kuliah selesai ia tak lupa melaksankan ibadah sholat secara berjamaah dengan temannya di mushola dan terkadang juga di kelas nya itu sendiri.

 Selain pemuda tersebut aktif dalam kelas ia pun ikut serta aktif dalam beberapa organisasi internal dan eksternal kampus , salah satu organisasi yang diikutinya adalah ABQORY (club debat bahasa Arab) . Ia cukup aktif di dalamnya dan beberapakali ia pernah mengikuti kompetisi Debat berbahasa arab di tingkat Nasional di kampus-kampus yang ada di Indonesia seperti UIN sunan Gunung Djati Bandung, Univesitas Indonesia, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan lain sebagainya, dari beberapa perlombaan yang ia ikuti itu berhasil meraih juara pertama dan sesekali juga mendapatkan juara ketiga, hal  itu merupakan hasil yang cukup mengesankan bagi dirinya yang masih pemula dalam dunia perlombaan debat berbahasa arab tingkat Nasional. Tak berhenti di situ saja, ia pun mengikuti beberapa organisasi eksternal kampus seperti organisasi ke-islaman mahasiswa, organisasi primordial daerahnya dan beberapa organisasinya. Beberapa kali juga ia  turut aktif dalam sebuah kepanitiaan-kepanitiaan dalam event yang diadakan di kampusnya seperti event PMN (Panggung Mahasiswa Nasional) UIN JAKARTA 2023 yang diadakkan oleh Dewan Eksekutif Mahasiwa itu sendiri yang Ketika itu ia di tempatkan di bidang perlombaan debat ilmiah berbahasa Indonesia, kemudian ia juga turut menjadi panitia dalam event Olimpiade Agama, Sains dan Riset (OASE) PTKI II se-Indonesia 2023 yang di selenggarakan oleh Kementrian Agama melalui Direktorat Jendral Pendidikan Islam, dan dalam acara tersebut terdapat 2.387 peserta yang akan berkompetisi dalam 25 jenis mata lomba yang berbeda. Lagi dan lagi ia di tempatkan di bidang perlombaan debat ilmiah, bedanya disini yaitu menggunakan bahasa arab, dalam hal ini ia langsung ditunjuk oleh salah satu dosen yang telah mengetahui kualitas dan kapabilitas yang ada dalam diri pemuda tersebut, oleh karenanya seringkali ia menjadi salah satu panitia termuda  yang ikut andil serta berpartisipasi dalam beberapa event yang diikutinya.

Di samping dirinya aktif dalam dunia organisasi baik internal maupun external ia tak sama sekali mengesampingkan nilai akademik kampusnya, karena ia selalu teringat pesan dari kedua orangtuanya yang jauh disana." Nak, kamu baik-baik disana, jangan lupa dengan sholatmu apalagi kamu pernah menuntut ilmu agama di pesantren dan satu lagi kamu harus terus menjaga nilai ilmu akademikmu agar kuliahmu pun cepat selesai, mengingat bapak kamu juga sudah tidak bisa membiayai kamu lebih banyak lagi, " ujar seorang ibu dengan nada lirih kepada anaknya. Dari situ pun ia tak mau menyia-nyiakan harapan orang tua yang di berikan kepadanya  dan terus berusaha keras merajut Impian yang harus ia capai dengan cara mandiri.

 Seiring berjalanya waktu, Ketika si pemuda itu duduk di penghujung semester pertamanya ia telah di kenal oleh beberapa kaka tingkat ataupun senior dan para dosen di fakultasnya. Suatu Ketika ia dikenalkan oleh kaka tingkat yang bisa di katakan cukup memiliki integritas yang tinggi di fakultasnya, dikenalkannya lah ia dengan salah satu dosen sekaligus bagian dari ketua delegasi Al-Azhar Kairo Mesir untuk Indonesia, beliau bernama Syekh Dr. Fathallah Mohammad Fathallah.

Syekh Dr. Fathallah Mohammad Fatahallah merupakan seorang cendikiawan yang cukup ternama di negara Kinanah Kairo Mesir sana,  beliau sendiri pernah menjadi dosen di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, namun karena jarak rumahnya  dengan universitas tersebut cukup memakan waktu yang lama  beliau lebih memilih untuk mengajar di tempat yang lebih terjangkau dari tempat tinggalnya, di samping itu beliau juga memiliki sebuah Yayasan Pendidikan di sekitar tempat tinggalnya dan di situ pula beliau membagikan dan menyalurkan ilmunya kepada para pelajar yang ada di dalamnya. Selain menjadi ketua delegasi Mesir untuk Indonesia ia pun mengajar di salah satu fakultas adab dan humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau mempunyai fokus disiplin dalam suatu ilmu yaitu pada bagian kebahasaan, bahasa arab lebih tepatnya. Namun, hal ini tidak menafikan beliau juga menguasai dalam bidang ilmu lainya.

Oleh karena nya tidak heran Ketika beliau dijadikan ketua delegasi Mesir kerap sekali di undang di suatu acara, mulai dari pondok pesantren, Yayasan atau Lembaga Pendidikan, hingga ke masjid terbesar yang berada di asia tengggara yaitu Masjid Istiqlal. Dari mengisi  seminar tentang kebahasaan arab, hingga sesekali beliau pun mengisi tausiah tentang pengetahuan agama islam secara umum, seperti peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, Isra' Mi'raj dan lain sebagainya.

Disamping itu Ketika beliau melakukan seminar atau bepergian ke suatu tempat, beliau selalu didampingi oleh penerjemah, salah satu dari orang yang sering menemani beliau adalah kaka kelas senior yang telah mengenalkan si pemuda tersebut dengan Syekh Dr. Fathallah, kita sebut saja namanya Pendowo . Dan Pendowo juga lah yang menerjemahkan beliau Ketika mengisi seminar di Masjid Istiqlal yang dihadiri banyak ulama besar dari berbagai negara.

Setelah perkenalan Syekh Fathallah dengan si pemuda terjalin, lambat laun hubungan dan keakrabannya semakin terbentuk. Suatu saat ia dimintai bantuan oleh Syekh Fathallah untuk memesankan grab melalui pesan whatsapp guna beliau melakukan perjalanan ke suatu tempat untuk menghadiri suatu  acara di ibu kota Jakarta, tentunya dengan menggunakan bahasa arab. " Hal yumkin laka an tuhjizanii assayyarata lidzhihabi ilaa wizaarotu addiniyah ?", notif pesan dari syekh Fathalah masuk di handphone si pemuda. Awalnya si pemuda itu pun masih terbata-bata dan canggung ketika percakapan berlangsung, karena ia pun sebelumnya tak pernah berkomunikasi secara langsung dengan penutur asli dari Arab, namun lama kelamaan seiring berjalanya waktu ia pun dapat terbiasa dan memahami apa yang di maksud oleh Syekh tersebut.

Pernah suatu  Ketika Pendowo yang menjadi tangan kanan Syekh itupun mengajak pemuda tersebut untuk menemani Syekh Fathallah ke suatu mall yang ada di Jakarta guna membeli suatu barang. Si pemuda itupun dengan antusias ikut membersamai pendowo dalam perjalanannya dan dalam heningnya perjalanan, terpecahlah dengan suatu pertanyaan dari sang syekh kepada si pemuda, "Yaa Syabab hal turidu an tasytariya syaian fil mall ? fa inni ahutsuka bi an laa tasytariya ayya syaiin liannahu mata' ad dunya fa hasbu wa annahu qoliilun fa laa haajata laka bihi!" dengan nada dan raut wajah  yang sedikit bergura dan berseri. Yang kurang lebih artinya itu "wahai pemuda apakah kamu mau membeli sesuatu di mall? Namun saya sarankan kepada mu agar tidak membeli sesuatu apapun, karena hal itu hanyalah kenikmatan dunia semata yang bernilai rendah dan tidaklah ada suatu kebutuhan bagimu dengan hal itu!". Si pemuda itu langsung meng-iyakan seraya menganggukan kepala karena mengerti apa yang di katakan oleh syekh tersebut. Sesampainya mereka di mall, di waktu luang si pemuda itu memberanikan diri untuk berkomunikasi dengan syekh itu secara perlahan, dan dengan begitu dia pun dapat menambah pengalaman dan wawasan guna bekal dirinya nanti.

Keakraban antara ke duanya pun semakin lama semakin dekat dan bertambah pula komunikasi yang mereka bangun. Ketika si pemuda itu sedang menjalani hari kuliah seperti biasanya tiba-tiba sebuah nada dering terdengar masuk ke handphone si pemuda yang tak lain itu merupakan sebuah pesan dari syekh Fathallah, isi pesanya adalah beliau meminta bantuan untuk menemaninya ke suatu Bank. Dengan segera ia pun bergegas dan meminta izin ke dosen yang sedang mengampu di kelasnya guna menemui syekh Fathallah di Bank, selama kegiatan transaksi itu berjalan, di awali dari si pemuda menannyakan apa yang di inginkan syekh tadi kemudian mencoba untuk menerjemahkan dan menjelaskan  kepada karyawan yang bertugas, hal itupun berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan dan kendala. Kemudian setelah selesai transaksi, syekh tersebut mengucapkan terimakasih kepada si pemuda yang dibalas dengan anggukan kepala oleh si pemuda.

Waktu terus berjalan tanpa hentinya, hari demi hari telah di lewati sehingga  penugasan cendekiawan Mesir itu pun telah usai tepat pada tanggal 31 januari 2024 yang berarti itu adalah detik terakhir bagi beliau untuk tinggal di tanah air Indonesia tercinta. Satu hari sebelum hari terakhir beliau di Indonesia, beliau meminta si pemuda untuk menemaninya guna menyelesaikan semua transaksi uang yang ada pada kartu debitnya agar ditukar kedalam kurs dolar US. Berawal dari menuju cabang Bank Mandiri yang ada di sekitar kampus, namun ternyata Bank tersebut offline atau sedang tidak beroperasi kala itu. Kemudian dari situ beliau  menginginkan untuk berlanjut ke suatu tempat money canger atau penukaran kurs uang, karena beberapa hari sebelumnya beliau telah melakukan perjalanan dalam rangka menghadiri sebuah acara ke beberapa negara seperti Jepang, Malaysia, Uzbekistan, Singapore dan lain sebagainya. Dengan cepat si pemuda tersebut mengantarkan beliau ke tempat yang ingin di tujunya, sesampainya mereka di tempat yang dituju, secara langsung pemuda itu membantu beliau ketika transaksi berlangsung, dan setelah semua itupun selesai dan hari mulai petang, si pemuda bergegas Kembali pulang ke tempat tinggalnya di pesantren untuk beristirahat dan melakukan kegiatan seperti biasanya.

Di hari setelahnya, rabu tanggal 31 januari 2024 tepat dimana itu adalah hari terakhir bagi sang cendekiawan Mesir tinggal dan juga tiba dimana hari perpisahan antara si pemuda dengan nya. Pada pukul 21.45 pesawat beliau akan take off dari bandara Soekarno hatta menuju bandara internasional kairo (CAI), oleh karena nya sang cendekiawan menghubungi si pemuda untuk datang menemui beliau di kediamanya waktu sore hari setelah melaksanakan ibadah sholat ashar. Kemudian setelah si pemuda tiba di kediaman sang cendekiawan Mesir, ia langsung menghubungi beliau bahwa dirinya telah sampai tepat di depan kediamannya. Beberapa menit kemudian sosok kulit putih tinggi besar dengan mengenakan jubah cokelat dan kopyah hitam itu keluar dari kediamanya dan berkata "Hal mumkin laka an tuhjiza li as sayyarata lidzihabi ilaa mathoor Soekarno-Hatta? wa intbih! anna al alaamata hiya fiil babi atsalisi wa la tansa an dzaka! Lianna hadza syaiun muhimmun jiddan li nafsii wa hadza huwa maa sa yutsabbitunii nafsi ilaa al makaani alladzi uriduhu huwa am laa." Dengan nada yang cukup hati-hati dan serius. Yang artinya " bisakah kamu pesan kan saya grab car untuk pergi ke bandara Soekarno-Hatta? dan ingat! Tujuanya itu di gate 3, jangan lupa akan hal itu! Karena itu merupakan hal yang sangat penting bagi saya, yang mana itu akan menentukan diri saya sampai atau tidaknya ke tempat yang saya tuju. Si pemuda langsung memahami dan memesankan grab car yang dinginkan nya tersebut.

Sambil menunggu kedatangan mobil yang ia pesan, si pemuda berbincang bincang sederhana dengan cendekiawan Mesir itu, dan di tengah pembicaraan tersebut si pemuda meminta doa kepada beliau agar segala urusannya  itu dimudahkan khususnya dalam perihal belajar. Sontak Cendekiawan mesir itu menjawab dengan doa "thayyib, assa Allahu subhanahu wata'ala an yusahhila wa yuyassiro kulla umuurika fiil ilmi wa atta'allumi khossotan, wa asaa Allahu an yaj'alaka min ulamai al iindonesiyi. Si pemuda langsung mengamini do'a yang di panjatkan beliau untuknya, namun tak berhenti sampai situ dan beliau melanjutkan do'anya kembali " wa yajalaka Allahu mitsla Pendowo!" dengan cepat ia pun menjawab doa yang kedua kalinya dengan jawaban " wa asaa allhu an yajaluni mitslakum antum yaa syaikh" . Dan beliau pun secara spontan langsung tersenyum tipis setelah mendengar uacapan dari si pemuda. Arti dari doa pertama nya tersebut adalah " baik, semoga Alloh subhanahu wata'ala memudahkan segala urusanmu, khususnya dalam perihal ilmu dan belajar juga menjadikan mu bagian dari ulama Indonesia". Kemudian do'a yang kedua nya yaitu" dan menjadikanmu seperti Pendowo" yang di jawab langsung oleh si pemuda " dan semoga allah menjadikan diriku seperti engkau yaa syaikh". Sang cendekiawan Mesir itu mendoakan seperti hal nya tadi tak lain karena Pendowo merupakan pelajar yang intelektual, gigih dalam belajar dan juga beribadah, di samping itu dia juga menjadi tangan kanan kesayangan beliau selama cendekiawan Mesir itu tinggal di Indonesia dan sekarang si pemuda itupun mencoba untuk mengikuti titah jejaknya Pendowo. Setelah percakapanpun selesai cendekiawan Mesir itu memberikan beberapa barang miliknya yang sudah tidak mungkin akan beliau bawa dan beberapa uang saku yang sebaian besar untuknya dan Sebagian lagi untuk Pendowo yang kala itu ia masih sedang menjalani program Beasiswa MOSMA ( Mora Overseas Student Mobility Awards) di Tunisia yang di selenggarakan oleh Kementrian Agama Indonesia.

Akhirnya tak lama lima menit setelah itu mobil Honda HRV dengan plat nomor B 7754 CGF datang menghampiri, dan si pemuda itu pun membantu mendekatkan barang-barang milik syekh fathallah di sebelah mobil yang akan beliau tunggangi dengan tujuan Bandara Soekarno-Hatta. Di penghujung akhir pertemuannya meraka mengambil foto bersama tepat di depan kediaman cendekiawan Mesir itu, setelah itu dilanjutkan dengan berjabat tangan sembari beliau berkata " aquulu syukron jazilan laka yaa Rosyiid alaa kulli musa'adatika li nafsii wa baroka Allahu fiikum" yang artinya " saya mengucapkan banyak terimakasih kepada mu yaa Rosyiid atas segala bantuan yang kamu berikan kepadaku, semoga Allah memberkahimu". Kemudian perlahan mobil yang di naiki oleh cendekiawan Mesir itu menghilang dari pandangan Rosyid bagaikan pelangi yang datang setelah hujan rintik yang tenang nan syahdu. Iyah benar nama pemuda yang dari awal itu adalah Muhammad Naufal Al Rosyid.

Tahun demi tahun silih berganti tak terasa Rosyid kala itu telah duduk di semester akhir dari studi strata satunya. Yang pasti ia pun tengah sibuk dengan penugasan skripsinya, disamping hal tersebut ia juga masih aktif mengajar di pesantren yang di tempatinya semenjak semester dua itu. Melihat beberapa temanya yang masih bersantai-santai, nongkrong sana sini ia masih saja memikirkan tugas akhir kuliahnya agar cepat selesai dan bagaimana cara ia kan melanjutkan studi pendidikannya setelah itu. Rosyid pun selalu mencari cara bagaimana agar dirinya dapat melanjutkan studi pendidikanya tanpa membebani kedua oarang tuanya untuk kesekian kalinya, karena ia paham betul bagaimana kondisi ekonomi yang di alami keluarganya saat itu, dan tak lupa ia selalu meminta kepada sang Maha kuasa agar apa yang ia impikan di Kabulkan Nya.

Tiga hari sebelum ia melaksanakan sidang skripsi, ia mendapat panggilan untuk mengahadap ke ruang Dekan di fakultasnya. " ya allah ada pertanda apa ini? apakah saya telah melakukan kesalahan atau hal apa? aku berharap semoga ini adalah hal yang terbaik bagiku ya allah." Rosyid bergumam dalam hatinya yang dipenuhi kegelisahan. Kemudian ia pun menemui bu Dekan di ruangannya dengan memberanikan diri dan tetap percaya diri.

Di sebuah ruangan ber-Ac yang tertata rapi dengan di hiasi vas bunga dan buku di atas meja.

" Silahkan duduk Rosyid, gimana kabar skripsimu itu?." Terlontar sapaan dari Ibu Dekan kepada Rosyid dengan nada tenang dan berwibawa.

" Terimakasih bu, alhamdulillah sudah di acc bu, insyaalah dua hari kedepan akan sidang."jawab Rosyid dengan sopan. " maaf bu sebelumnya ada apa yah, ngga biasanya ibu manggil saya ke ruangan Dekan pagi-pagi gini bu..?" lanjut Rosyid dengan sebuah pertanyaan yang sangat ingin ia ketahui jawabanya.

" Jadi gini Rosyid, dua hari kemarin ibu dapat pesan dari Syekh Fathullah yang kiranya ini memang harus cepat di sampaikan ke kamu, Syekh Fathullah bilang ke ibu, bahwasanya beliau itu mempunyai kuota beasiswa untuk 3 orang yang mau melanjutkan studi kulliahnya di Al- Azhar Kairo Mesir sana, kemudian beliau pesan ke ibu untuk menawarkan hal ini ke kamu, karena dua minggu kedepan harus sudah fix ada penerima yang bersedia mengikuti program beasiswa tersebut. Dan ibupun melihat diri kamu kiranya berkompeten dalam hal tersebut sehingga ngga keberatan juga Ketika kamu mengikuti program beasiswa itu, itu juga programnya full plus ada uang saku tiap bulannya, dengan syarat nilai akademik kamu ngg boleh di bawah dari standar yang telah di tentukan. Jadi bagaimana kamu sendiri bersedia dan sanggup ngga untuk mengikuti serta memenuhi persyaratanya selama dua minggu ini?." penjelasan Ibu Dekan dengan detailnya kepada Rosyid.

" Ouh jadi begitu bu, kalo dari diri saya pribadi insyaalah si..si..siap bu, tapi nanti dulu ya bu, saya akan komunikasikan terkait hal ini dengan orang tua saya agar benar-benar pasti, dan insyaallah saya besok lansung kabari ibu terkait ini bu, sebelumnya saya ucapkan banyak-banyak terimakasih  yah bu udah ngasih kabar tentang hal ini .." dengan ekspresi yang cukup mengejutkan lantaran terharu dan nada yang terbata-bata keluar dari diri Rosyid.

" Okeh Baik, ditunggu yahh kabar baik dari kamu, soalnya sayang kalo kamu ngga ngelanjutin studi kamu ke luar Negeri, apalagi ini ada kesempatan emas." Lanjut Ibu Dekan.

Sehari setelah kejadian tersebut, akhirnya hal itupun disepakati oleh kedua orang tua Rosyid, yang berarti ia harus menyiapkan segala persyaratan dan keperluan yang dibutuhkannya. Hari wisuda pun telah tiba, ia dan beberapa temanya mendapatkan predikat Comluade dari fakultasnya, di tengah-tengah merayakan hal itu Rosyid sesekali memikirkan persiapannya untuk berangkat ke Negeri Kinanah tersebut. Tak terasa Hari keberangkatanya telah tiba, dan ia harus berpisah dengan sang keluarga tercinta serta para guru dan teman-teman yang telah berjuang bersamanya, dengan berat hati ia harus berpisah demi melangkah ke pintu gerbang ilmu pengetahuan yang tak terhingga di Al-Azhar Kairo Mesir. Sesampainya di Mesir pun ia tak lupa untuk mengunjungi kediaman Syekh Fathullah yang telah menjadi salah satu orang terpenting dalam hidupnya karena dengan kehadirannya, menjadikan salah satu jembatan menuju Impian yang ia inginkan terwujud.

Setelah ia menjalani hari-harinya di Mesir sana, ia selalu mencari sang guru untuk menjadi panutan dan menuntunya dalam menghadapi berbagai kiruk pikuk keadaan umat islam di dunia. Beberapa guru yang ia jumpainya seperti Syekh Utsamah, Dr. Al-Mahrashawi, Syekh Prof. Dr. Yusuf al-qaradhawi, DR. Ahmad Muhammad Ath-Thayyib dan lain sebainya. Dari beberapa guru yang ia temui , ia lebih sering berguru dan belajar langsung bersama Syekh yusuf Al-Qaradhawi, karena lagi-lagi salah satu dari murid kesayangan Syekh yusuf ialah kaka kelasnya Rosyid ketika di pesnatren dulu, sehinggaa Rosyid pun mempunyai akses lebih mudah untuk bertemu sekaligus belajar langsung bersama Syekh Yusuf Al-Qaradhawi. Dari syekh Yusuf Al-Qaradhawi pula Rosyid sangat menikmati dan merasakan manisnya berbagai ilmu baru yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya, sehingga ia pun dapat banyak memahami problematika yang sedari dulu ia pertanyakan serta mendapatkan begitu banyak hikmah dari petuah-petuah yang di sampaikan oleh syekh Yusuf Al-Qardhawi.

Dengan perasaan yang mendalam, Rosyid mengucap banyak rasa syukur yang tak terhingga dan semangat yang membara. Keberhasilannya dalam meraih beasiswa untuk kuliah di luar Negeri bukan sekedar bukti ketangguhan dirinya, melainkan pula sebuah pencapaian yang memahkotai perjuangan dan tekadnya selama ini. Namun, ditengah kemenangan gemilang itu, ia tetap merajut kenangan akan asal-usulnya yang kental, Rosyid pun menjadi sangat siap untuk mengiinspirasi generasi mendatang dengan kesederhanaan dan kebanggaan akan akar-akarnya yang teguh. Lagi-lagi dengan langkah yang tegap dan hati yang penuh harapan, Rosyid melangkah maju dalam perjalanannya, membawa serta Impian dan cita-cita yang akan mewarnai dan memberi makna pada kisah hidupnya yang penuh tantangan dan rintangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun