Mohon tunggu...
Naufal Syafiq
Naufal Syafiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswa Debater Arab Staf Pengajar Pesantren Modern

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pemuda Rantau dan Cendekiawan

22 Februari 2024   01:56 Diperbarui: 22 Februari 2024   01:56 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://theconversation.com

" Silahkan duduk Rosyid, gimana kabar skripsimu itu?." Terlontar sapaan dari Ibu Dekan kepada Rosyid dengan nada tenang dan berwibawa.

" Terimakasih bu, alhamdulillah sudah di acc bu, insyaalah dua hari kedepan akan sidang."jawab Rosyid dengan sopan. " maaf bu sebelumnya ada apa yah, ngga biasanya ibu manggil saya ke ruangan Dekan pagi-pagi gini bu..?" lanjut Rosyid dengan sebuah pertanyaan yang sangat ingin ia ketahui jawabanya.

" Jadi gini Rosyid, dua hari kemarin ibu dapat pesan dari Syekh Fathullah yang kiranya ini memang harus cepat di sampaikan ke kamu, Syekh Fathullah bilang ke ibu, bahwasanya beliau itu mempunyai kuota beasiswa untuk 3 orang yang mau melanjutkan studi kulliahnya di Al- Azhar Kairo Mesir sana, kemudian beliau pesan ke ibu untuk menawarkan hal ini ke kamu, karena dua minggu kedepan harus sudah fix ada penerima yang bersedia mengikuti program beasiswa tersebut. Dan ibupun melihat diri kamu kiranya berkompeten dalam hal tersebut sehingga ngga keberatan juga Ketika kamu mengikuti program beasiswa itu, itu juga programnya full plus ada uang saku tiap bulannya, dengan syarat nilai akademik kamu ngg boleh di bawah dari standar yang telah di tentukan. Jadi bagaimana kamu sendiri bersedia dan sanggup ngga untuk mengikuti serta memenuhi persyaratanya selama dua minggu ini?." penjelasan Ibu Dekan dengan detailnya kepada Rosyid.

" Ouh jadi begitu bu, kalo dari diri saya pribadi insyaalah si..si..siap bu, tapi nanti dulu ya bu, saya akan komunikasikan terkait hal ini dengan orang tua saya agar benar-benar pasti, dan insyaallah saya besok lansung kabari ibu terkait ini bu, sebelumnya saya ucapkan banyak-banyak terimakasih  yah bu udah ngasih kabar tentang hal ini .." dengan ekspresi yang cukup mengejutkan lantaran terharu dan nada yang terbata-bata keluar dari diri Rosyid.

" Okeh Baik, ditunggu yahh kabar baik dari kamu, soalnya sayang kalo kamu ngga ngelanjutin studi kamu ke luar Negeri, apalagi ini ada kesempatan emas." Lanjut Ibu Dekan.

Sehari setelah kejadian tersebut, akhirnya hal itupun disepakati oleh kedua orang tua Rosyid, yang berarti ia harus menyiapkan segala persyaratan dan keperluan yang dibutuhkannya. Hari wisuda pun telah tiba, ia dan beberapa temanya mendapatkan predikat Comluade dari fakultasnya, di tengah-tengah merayakan hal itu Rosyid sesekali memikirkan persiapannya untuk berangkat ke Negeri Kinanah tersebut. Tak terasa Hari keberangkatanya telah tiba, dan ia harus berpisah dengan sang keluarga tercinta serta para guru dan teman-teman yang telah berjuang bersamanya, dengan berat hati ia harus berpisah demi melangkah ke pintu gerbang ilmu pengetahuan yang tak terhingga di Al-Azhar Kairo Mesir. Sesampainya di Mesir pun ia tak lupa untuk mengunjungi kediaman Syekh Fathullah yang telah menjadi salah satu orang terpenting dalam hidupnya karena dengan kehadirannya, menjadikan salah satu jembatan menuju Impian yang ia inginkan terwujud.

Setelah ia menjalani hari-harinya di Mesir sana, ia selalu mencari sang guru untuk menjadi panutan dan menuntunya dalam menghadapi berbagai kiruk pikuk keadaan umat islam di dunia. Beberapa guru yang ia jumpainya seperti Syekh Utsamah, Dr. Al-Mahrashawi, Syekh Prof. Dr. Yusuf al-qaradhawi, DR. Ahmad Muhammad Ath-Thayyib dan lain sebainya. Dari beberapa guru yang ia temui , ia lebih sering berguru dan belajar langsung bersama Syekh yusuf Al-Qaradhawi, karena lagi-lagi salah satu dari murid kesayangan Syekh yusuf ialah kaka kelasnya Rosyid ketika di pesnatren dulu, sehinggaa Rosyid pun mempunyai akses lebih mudah untuk bertemu sekaligus belajar langsung bersama Syekh Yusuf Al-Qaradhawi. Dari syekh Yusuf Al-Qaradhawi pula Rosyid sangat menikmati dan merasakan manisnya berbagai ilmu baru yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya, sehingga ia pun dapat banyak memahami problematika yang sedari dulu ia pertanyakan serta mendapatkan begitu banyak hikmah dari petuah-petuah yang di sampaikan oleh syekh Yusuf Al-Qardhawi.

Dengan perasaan yang mendalam, Rosyid mengucap banyak rasa syukur yang tak terhingga dan semangat yang membara. Keberhasilannya dalam meraih beasiswa untuk kuliah di luar Negeri bukan sekedar bukti ketangguhan dirinya, melainkan pula sebuah pencapaian yang memahkotai perjuangan dan tekadnya selama ini. Namun, ditengah kemenangan gemilang itu, ia tetap merajut kenangan akan asal-usulnya yang kental, Rosyid pun menjadi sangat siap untuk mengiinspirasi generasi mendatang dengan kesederhanaan dan kebanggaan akan akar-akarnya yang teguh. Lagi-lagi dengan langkah yang tegap dan hati yang penuh harapan, Rosyid melangkah maju dalam perjalanannya, membawa serta Impian dan cita-cita yang akan mewarnai dan memberi makna pada kisah hidupnya yang penuh tantangan dan rintangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun