"Pinten bu?"
"Songolas ewu"
"Berapa bu?", tanyaku lagi dengan agak keras.
"19ribu dek", jawabnya dengan harga yang sama.
"Ini bu", ku serahkan uangnya sembari tidak percaya.
Selama perjalanan kembali ke agp, aku pun berpikir. 'Mahal banget ya harganya, biasanya pecel ikan telur tuh 5-6ribu, tempenya kira-kira 2ribu, jadi kan cuma 8ribu. Nasi campurnya juga perkiraan harganya sama', cibirku sendiri lama hingga nyampek agp.
"Oleh tha", tanya pri.
"Oleh cok, tapi larang e gag uruk an", jawabku jengkel.
"Piro seh", ujarnya.
"Songolas ewu cok", jawabku sambil mengambil piring, lalu cuci tangan.
"Gpp tha, seng penting enak. Enak ta gag iki?"
"Yo emboh, badok en disek cek weroh rasane", balasku sembari makan.
-------------
Ya itu tadi cerita pagiku yang menjengkelkan, gara-gara sebungkus pecel. Tapi ya sudahlah, sekarang saatnya menikmati kopi pahit. Oia pri tuh nama salah seorang pegawai warung kopi agp malang.
Thanks udah membaca tulisanku :p
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H