Presiden Prabowo Harus Lebih Hati-Hati dan Fokus
Dalam praktek kekuasaan raja, hanya dua yang raja miliki, kalau bukan musuh berarti pengikut. Tidak ada teman bagi seorang raja yang berkuasa.
Tradisi ini berlaku secara mutlak dalam kekuasaan seorang raja. Dalam sistem demokrasi, musuh kadang dalam satu perahu yang sama. Itu seringkali terjadi.
Modusnya cukup bervariasi dengan sejumlah indikasi.
Mereka lebih memilih kepentingan sendiri daripada harus bergandeng tangan dan bahu membahu membangun Bangsa. Mereka cenderung terganggu dengan bahu membahu untuk negeri tercinta.
Mereka ingin menjadikan kekuasaan sebagai sub-sub lapak bisnis, inilah penyakit yang memperhambat negara ini maju padahal hampir menjelang  satu abad merdeka. 20 tahun lagi Indonesia genap satu abad merdeka.
Bagi mereka demokrasi seperti kekuasaan raja itu, mereka lupa bahwa demokrasi Indonesia adalah demokrasi persatuan dan kesatuan. Demokrasi partisipatif. Yang mengedepankan konsep demokrasi gotong royong. Untuk mewujudkan cita-cita rakyat  Indonesia.
Tradisi politik seperti ini harus di tinggalkan dan tidak sejalan dengan konsep demokrasi modern. Kompetisi ia, dan itu konsekwensi bukan tujuan utama.
Politik akomodatif presiden Prabowo Subianto patut di contohi, keihklasan membangun negeri tampa embel-embel dominasi. Apa susahnya bergandeng tangan dan bahu membahu membangun negeri?
Singapore hanya butuh singkat untuk memajukan negaranya, setelah merdeka 1965, padahal hanya mengandalkan industri perdagangan dan teknologi.
Sementara Indonesia, walaupun populasinya besar di banding Singapura tapi sumber daya alam Indonesia melimpah ruah. Beberapa kekayaan alam yang di miliki oleh negara kita konon terkaya nomor satu di dunia.
Lebih gilanya lagi, bila korupsi  dalam sektor pertambangan bisa di hentikan, uangnya bisa di bagi kepada seluruh rakyat hingga 20 juta perbulan, gratis! No pinjam. Menurut Mahfud MD.