***
Walaupun  memang selama ini isu krisis dan darurat ekonomi tidak begitu mengemuka karena popularitas dan elektabilitas covid-19 jauh lebih signifikan  memonopoli ketakutan dan kekhawatiran rakyat. Namun waktu perlahan pasti berputar dalam kehidupan ekonomi rakyat. Apalagi dimasa resesi.
Ini bisa saja berkelindan over darurat pemberontakan rakyat. Fenomena ini jelas memungkinkan rakyat mengambil jalan pintas pemberontakan. Kejenuhan rakyat pada kebijakan kongkrit elit negara membias dan menjadi percakapan pemberontakan.
Negara harus ingat, bahwa pemberontakan dan perlawanan rakyat mengemuka karena faktor kesulitan ekonomi, melilitnya kebutuhan hidup. Saat ini selama pandemi covid-19 menyasar bangsa Indonesia, selama itu pula rakyat tersungkur mengalami kesulitan hidup dan disinilah konsolidasi rakyat berjalan membentuk secara alami mencari komando.
Dalam karya Soe Ho Gie, dulu sekitar tahun 1926-1927 kebanyakan data menunjukan bahwa pemberontakan terjadi disebabkan oleh kemiskinan. Walaupun berbeda dengan  analisis Harry J. Benda yang mengatakan bahwa pemberontakan itu terjadi ketika kenaikan pendapatan dan perbaikan kehidupan. Namun tetap saja yang melatar belakangi pemberontakan adalah kemiskinan.
Pada konteks itulah pemerintah harus melakukan upaya kreatif-inovatif dalam menghadapi resesi ekonomi dan depresi sosial. Reformasi sistem kekuasaan yang inklusif. Mengevaluasi kinerja instansi pemerintahan yang berhubungan langsung dengan krisis yang dihadapi.
Muhammad Natsir
(Penulis Adalah Pemerhati Bangsa & Aktifis Pemuda)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H