Natsir Al Walid
(Direktur Pusat Studi  Demokrasi, Agama & Politik)
Tak ada manusia yang dapat memegang secara pasti kondisi suatu bangsa dan negara jauh kedepan. Termasuk Indonesia. Akan seperti apa suatu negara hanyalah sebuah pembacaan nalar dan kajian ilmiah kondisi yang dihadapi umat manusia. Kajian kritis nalar hanya dapat menjelejah rill kehidupan umat manusia dalam suatu bangsa dan negara.
Kondisi-kondisi diluar dari batas nalar manusia akan sulit dicerna, bahkan nyaris dicerna. Sekalipun begitu, namun manusia mempunyai bobot dan bekal yang luarbiasa untuk mengatasi segala kemungkinan yang akan terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keajaiban yang dimiliki oleh manusia terpatri dalam kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara. Â Terutama bangsa Indonesia yang menganut demokrasi pancasila.Â
Umat manusia pada umumnya, mempunyai kadar kesadaran keyakinan dan kecerdasan yang tinggi, yang akan mengatasi segala sesuatu kemungkinan yang merobohkan eksistensi bangsa dan negaranya, segala sesuatu yang merobohkan persaudaraan, persatuan dan kesatuan dalam kehidupannya. Segala sesuatu yang merobohkan sistem kehidupan berbangsa dan bernegara. Manusia mampu melewati batas ini, dengan satu syarat, 'komitmen kesadaran' atas eksitensi negaranya harus dihadirkan.
Indonesia misalnya, setidaknya sejarah timur tengah dapat menjadi pelajaran yang berharga untuk menjaga persatuan dan merawat semangat persaudaraan. Apa yang telah terjadi di timur tengah menjadi cerminan dalam menjaga dan merawat bangsa Indonesia. Di timur tengah seperti negara suriah perang dan konflik kian terjadi hingga merobohkan persaudaraan dan bangsanya. Juga konflik negara-negara lain yang terjadi di timur tengah.
Bertahun-tahun negara suriah ini mengalami konflik saudara, semua itu  terjadi karena kelalaian pemerintahnya mengelola negaranya. Karena kelalainnya itupula tidak sedikit dari konflik itu menghantam banyak korban jiwa, ratusan ribu jiwa tewas, material bangunan lainnya terlululantah. Betapa runyam dan menyayat hati konflik persaudaraan tersebut.
Lalu apa mungkin Indonesia berpotensial ke sana? Semoga saja tidak. Indonesia ini negara yang luabiasa, negara kaya raya dan mempunyai karakter yang luarbiasa. Berbeda jauh dari bangsa lain.  Salah satu karakteristik Indonesia sebagai bangsa-negara adalah kebesaran, keluasan dan kemajemukannya. Sebuah negara yang mengikat ratusan suku bangsa, bahasa, ragam agama, budaya serta kelas sosial dari sabang sampai merauke, dari mianga sampai pulau rote. Bangsa demokrasi terbesar ke empat di dunia. Bangsa  yang memiliki kekayaan alam yang subur. Sebuah bangsa yang bermayoritas agama Islam terbesar di dunia. Betapa hebat negara ini, sekali diterpa dan mengalami bencana sosial dan agama, tak terbayang kompleksnya.
Dari itu,  tidak bisa dipungkiri segala kemungkinan bisa terjadi di Indonesia ini, jika para pemangku kekuasaan salah kelola dan lalai terhadap kondisi bangsanya, lalai dengan falsafah dan ideologi negaranya. Lalai dengan gerbang yang kemungkinan untuk  merobohkan Indonesia, yang bukan hanya pada satu ranah seperti sumber  daya alam, tapi juga pada ranah agama tak kalah penting dan potensial di mata para penjahat ini dan lainnya.Â
Sulit untuk tidak dikatakan  bahwa, Identitas Agama adalah sasaran utama untuk menjadi sarana yang efektif dalam melancarkan dan memuluskan segala kepentingan. Agama menjadi isu yang sangat menarik dan sensitif untuk mengalihkan perhatian dan mengadudomba anak bangsa  bahkan sesama agama sekalipun. Agama menjadi identitas gerakan dalam menciptakan ketegangan sosial dan budaya.
Untuk itu, pemerintah semestinya dengan percaya diri membumikan pancasila agar terbudaya dalam kehidupan. Pancasila yang tidak mendiskriminasikan, mendiskreditkan agama dan pluralitas yang ada. Pancasila yang menyatukan dan menyuburkan kesegaran nalar dan sikap kehidupan anak bangsa yang berahklak mulia dan bermartabat. Pancasila yang membuka ruang keragamanan dan memfasilitasi.