"G30S" digambarkan sebagai sebuah gerakan yang sangat kejam karena semua langkah sudah direncanakan oleh oknum-oknum tertentu.Â
Tidak hanya itu, "G30S" juga menggambarkan kebanggaan dalam menggunakan kekerasan sekaligus penyiksaan terhadap jenderal-jenderal.Â
Pada Festival Film Indonesia 1984, film G30S/PKI (1984) ini telah dinominasikan karena mendapatkan tujuh penghargaan dan salah satunya adalah jumlah penonton yang menonton film G30S/PKI ini sangat tinggi.Â
Analisis Penggunaan Paradigma, Genre, dan Subgenre G30S/PKI (1984)
1. Penggunaan Paradigma
a. Paradigma Transformatif
Film G30S/PKI (1984) menggunakan paradigma transformatif di mana paradigma transformatif ini muncul sekitar tahun 1980 hingga tahun 1990 dan paradigma transformatif ini cenderung mengangkat topik-topik atau isu-isu terkait dengan kekuasaan, ketidaksetaraan, penganiayaan, penindasan, sekaligus perampasan hak (Astuti, V. N. P., 2022: 19). Film G30S/PKI (1984) ini merupakan film tahun 1984 dan berfokus pada perang akibat kudeta serta berfokus pada penganiayaan sehingga banyak korban yang berjatuhan.Â
b. Paradigma Fungsionalisme
Film G30S/PKI (1984) ini tidak hanya memiliki paradigma transformatif. Namun, film G30S/PKI ini juga memiliki paradigma fungsionalisme. Ketertiban sosial, stabilitas sosial, kesepakatan, kesetiakawanan, dan pemuasan kebutuhan-kebutuhan merupakan beberapa ciri dari paradigma transformatif (Astuti, V. N. P., 2022: 20-21). Film G30S/PKI (1984). Film G30S/PKI (1984) ini juga berbicara mengenai kesepakatan yang terjadi antara pihak-pihak yang terlibat dan adanya kesetiakawanan antara Presiden Soekarno dan Jenderal Soeharto maupun yang lainnya.Â
2. Genre
a. Dokumen