Mohon tunggu...
Nathan Bulang
Nathan Bulang Mohon Tunggu... Petani - Perang Kefanaan

Pengembara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Negara Gagal Memberi Perlindungan

14 Mei 2018   15:36 Diperbarui: 14 Mei 2018   15:33 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Polri tidak punya nyali melawan teroris, hanya bernyali mengkriminalisasi rakyat kecil"

Hari ini, Indonesia sangat terguncang. Teror bom bunuh diri yang terjadi di gereja di surabaya dan juga mapolresta telah merenggut nyawa tak berdosa, menghancurkan gereja, bahkan aparat keamanan sendiripun dibunuh. 

Entah alasannya apa harus gereja yang menjadi target. Kenapa harus polisi yang merupakan pihak keamanan untuk negara ini juga gampang dibunuh dan dipermainkan. Dan masih menyisakan begitu banyak tanya yang menakutkan sebab instansi keamanan sendiri di permainkan, lalu kemana lagi rakyat meminta perlindungan. Yang lebih aneh lagi, teroris bisa masuk dan meneror markas kepolisian padahal kita tahu bersama markas-markas kepolisian dijaga ketat dan disteril.

Mari kita melihat kembali tragedi pantai marosi di Lamboya Sumba Barat taggal 25 april 2018, yang telah menewaskan petani bernama Poro Duka karena tembakan kepolisian dan 20-an orang lainnya mengalami tindakan kekerasan dari TNI/Polri.

Saat itu, TNI/Polri dengan kekuatan tinggi lengkap dengan senjata laras panjang dan personil berjumlah 130 orang turun ke lokasi mendampingi PT. Sutera Marosi Karisma, Dinas pertanahan Sumba Barat, ATR/BPN Kanwil NTT utuk mengukur paksa lahan berstatus HGB, padahal aksi ini menuai penolakan dari masyarakat karena tidak mengantongi bukti legalitas kepemilikan yang jelas. 

Karena warga protes akhirnya Polri menggunakan Kekuatannya membunuh petani dan menganiaya rakyat lemah serta anak-anak kecil.

Selain itu, masih ada lagi kekejaman polri terhadap rakyat kecil sebut saja tragedi di manggarai yang menewaskan petani kopi colol. Apa salah petani padahal mereka hanya mempertahankan lahan tempat ia bertani. 

Seberapa kuat petani sehingga harus diperlakukan seperti anjing, bagaimana dengan SOP kepolisian yang katanya bertugas mengayomi dan melindungi. Polri tega membunuh rakyat kecil tak berdosa menggunakan kekuatan senjata, tidak disadari bahwa senjata yang dipakai untuk membunuh rakyat itu beli dari hasil keringat rakyat yang diberi melalui pajak.

Setelah tragedi pembunuhan di Marosi Lamboya, disusul lagi dengan tragedi di mako brimob yang menewaskan 5 orang anggota Polri dan juga hari ini (senin, 14/5/018) terjadi ledakan bom di Mapolrestabes Surabaya. kejadian ini mengindikasikan bahwa negara ini benar-benar tidak aman, bahkan markas pihak kemanan (kepolisian) sendiri di amburadukan. 

Disini terlihat jelas bahwa polri tidak mampu melindungi dirinya sendiri, bagaimana mungkin memberi perlindungan dan menjami kemanan rakyatnya sedangkan ia sendiri lengah melindungi dirinya sendiri. Markas yang seharusnya menjadi pusat keamanan kini tidak dijaga ketat membuat teroris begitu gampang mengacaukan markas kepolisian.

Dalam pernyataannya, kapolri mengatakan bahwa penanganan teroris mengedepankan pendekatan negosiasi dan mediasi. Padahal negara ini sudah darurat teroris yang telah terbukti menelan korban jiwa yang datang tidak hanya dari warga sipil tetapi pihak pemberi keamanan sendiri. 

Tetapi saat Polri berhadapan dengan petani lemah berani mengarahkan moncong senjatanya dan membunuh mereka yang bertani mencari hidup dan juga menyumbangkan dana untuk pembelian senjata yang polri pakai. 

Saat berhadapan dengan petani tak berdaya polri tidak mengedapankan pendekatan negosiasi dan mediasi, tetapi saat berhadapan dengan para keparat terror yang telah memporakporanda bangsa ini kau masih negosiasi ? masih mediasi ? !

Berangkat dari kegoncangan yang menimpa Indonesia hari ini, saya menyatakan bahwa negara gagal memberikan perlindungan. Polri tidak punya nyali melawan teroris, hanya bernyali kepada rakyat lemah tak berdaya. Saya berani menyatakan sekali lagi bahwa negara benar-benar gagal memberikan perlindungan dan mereka tidak punya nyali.

Jika Polri memang hadir untuk mengayomi dan melindungi, jangan hanya berani menembak rakyat dan petani lemah. jangan hanya jago mengarahkan moncong senjata dan mengkriminalisasi rakyat kecil, jagolah membunuh para keparat yang telah membunuh dan memporakporandakan bangsa ini. Jangan hanya berkoar dengan slogan-sloganmu yang katanya siap mengayomi dan siap mengamankan asian games. Jika tidak, maka negara benar-benar gagal memberikan perlindungan.

Balikan arah moncong senjatamu kepada teroris keparat, jangan hanya berani pada rakyat lemah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun