Mohon tunggu...
Nathanael Sintong Baskoro
Nathanael Sintong Baskoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Siswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pesantren dan Bagaimana Lembaga Tersebut Dapat Membantu Kita Bertumbuh

18 November 2024   16:42 Diperbarui: 18 November 2024   17:01 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Senam pagi di pesantren"

Kau harus mengisi kemerdekaan

Tunjukan jati dirimu,

Cahayakan kebenaran,

Tugasmu belum usai,

Pesantren ku. (Selamat Hari Santri, Tito Dhani Muharam)

Waktu saya yang sejenak di dalam pesantren selama mengikuti acara ekskursi sekolah memanglah mencerminkan puisi yang saya pilih untuk kolom ini dengan cukup baik. Seorang santri yang mengikuti pembelajaran dalam pesantren, karena alasan terpaksa atau karena alasan ingin memperdalam keimanan, tetap saja salah satu pemuda penerus bangsa yang memiliki bagian penting dalam negara dan keadaan perilaku masyarakat secara keseluruhan. 

Pribadi para santri dan santriwati yang membantu saya serta teman-teman rombongan saya adalah bukti paling konkret dalam hal tersebut. Jadi, untuk sejenak, saya akan membiarkan kolom ini menggambarkan bagaimana hal tersebut sedemikian.

Masa modern dan berbagai teknologi yang dibawa zaman sekarang tentunya telah mengakibatkan suatu perubahan, mungkin juga sebuah pergerakan antara masyarakat yang aktif berinteraksi dengannya. Saya memang tidak bermaksud untuk mencemohi segala kemajuan yang telah ditemukan oleh dunia ini, sangat banyak hal yang telah diciptakan pada abad ke 21 yang sudah mengubah kehidupan manusia menjadi lebih mudah, aman, dan nyaman, tetapi memang masih terlihat sebuah perubahan dalam masyarakat, lebih pentingnya dalam kaum muda yang diakibatkan oleh kemajuan tersebut. 

Dengan mudahnya informasi untuk menyebar dari seluruh dunia, orang sudah mulai hilang akan iman terhadap agama mereka masing-masing. Segala hal buruk yang terjadi dalam bumi telah dihiperbola oleh media massa dan dalam dunia maya, mengakibatkan orang untuk mengambil cara pandang yang cenderung pesimis terhadap kehidupan. Opini dari berbagai macam sumber, maupun itu benar atau tidak, juga sangat mudah untuk didengar pada zaman sekarang, memungkinkan orang untuk bertumbuh lebih mati rasa terhadap kemanusiaannya, agamanya, dan juga sifat kekeluargaannya. Hal ini sangat mudah dilihat dalam masyarakat yang tinggal dalam negara yang lebih maju dari pada Indonesia. Negara canggih seperti yang berada dalam wilayah Amerika Timur, Eropa Barat, dan Asia Timur yang memiliki tingkat ateisme yang cenderung tinggi, serta warga yang cenderung bersifat lebih terputus terhadap masyarakat sekelilingnya. Walau memang memiliki keadaan ekonomi yang lebih baik dari pada kita, mereka memang terlihat lebih sedih dan kesepian jika dibanding dengan warga yang biasanya ditemukan dalam nusantara, terlebih lagi jika dibanding dengan seorang santri/santriwati yang ada dalam sebuah pesantren.

Walau orang memang bebas untuk melaksanakan kehidupan mereka sesuai dengan cara mereka masing-masing jika cara hidup tersebut tidak mempengaruhi orang lain secara negatif, hal tersebut lama kelamaan akan mengakibatkan efek negatif terhadap kesehatan mental atau akhlak mereka sebagai seorang manusia. Walaupun dapat bekerja secara efektif, seseorang yang tidak mampu untuk menghidupi relasinya dengan sesama manusianya, atau setidaknya memiliki sebuah kepercayaan sebagai sebuah pegangan dalam hidupnya akan lama kelamaan meretak terhadap tekanan dan mulai terkikis dengan seiringnya waktu.

Semua ini untungnya sangat tidak terlihat dalam sebuah pesantren. Hal ini bukan hanya karena akses teknologi yang dimiliki para santri, namun juga karena kebiasaan mereka yang bersifat keluarga dan karena kebersamaan mereka yang kuat. Setiap kali ada hal yang terjadi dalam pesantren, atau ada pekerjaan yang perlu dilakukan, seluruh santri-santriwati yang mengikuti pembelajaran mereka di pesantren selalu melakukannya dengan bersama-sama, sehingga mampu mempertahankan rasa kebersamaan dan meminimalisir sifat individualistis yang sering muncul dalam zaman modern. Pembelajaran agama yang dilakukan secara rutin juga memperdalam rasa kebersamaan yang dimiliki para santri-santriwati, serta membantu mempersatukan kehidupan mereka dalam rangka memperdalam spiritualitas mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun