Mohon tunggu...
Nathanael Maria David Teddja
Nathanael Maria David Teddja Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Hobi Menulis dan Tertarik akan Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Serangan Gelap di Balik Layar

8 November 2024   23:50 Diperbarui: 9 November 2024   04:39 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
brainwavescience.com

Hasilnya, kasus kebocoran data pun sering terjadi. Salah satu yang cukup menghebohkan adalah kebocoran data 279 juta penduduk Indonesia yang diduga berasal dari BPJS Kesehatan pada tahun 2021. 

Data yang bocor tersebut meliputi informasi sensitif seperti nomor KTP, alamat, dan bahkan nomor telepon. Kasus ini hanyalah satu dari sekian banyak peristiwa kebocoran data yang memperlihatkan lemahnya sistem keamanan siber di Indonesia. Penyelesaian dan langkah antisipatif dari pemerintah pun terasa sangat lambat seakan-akan tidak peduli akan rakyatnya sendiri.

Ketegasan dan Kedisiplinan

Lalu, apa yang harus dilakukan? Selain lebih melibatkan kaum muda, pemerintah dan Kominfo harus lebih disiplin dalam pengawasan dan penegakan hukum dunia digital. Segala bentuk aktivitas daring masyarakat Indonesia, mulai dari transaksi perbankan hingga komunikasi sehari-hari, memerlukan pengawasan yang ketat agar tak ada celah bagi peretas atau pihak ketiga yang tak bertanggung jawab untuk menyusupi data pribadi. Bentuk kedisiplinan ini akan membantu mencegah aktivitas yang tidak aman dan mencurigakan sejak dini.

Transparansi pun menjadi pokok penting dalam menjaga kebijakan dan tindakan yang berhubungan dengan keamanan siber. Dengan transparansi, masyarakat akan lebih percaya bahwa pemerintah berkomitmen melindungi data pribadi mereka. Setiap kali terjadi insiden kebocoran data atau peretasan, pemerintah dapat bertindak dengan cepat dan mengomunikasikan fakta yang terjadi dengan jelas. 

Pemahaman tentang keamanan siber juga tidak kalah penting. Jika masyarakat memahami risiko-risiko yang ada di dunia maya serta cara-cara melindungi diri, potensi serangan siber bisa diminimalisir. Literasi digital ini akan memperkecil celah-celah yang dimanfaatkan oleh peretas, sekaligus mengurangi jumlah korban penipuan digital.

Serangan gelap di balik layar akan selalu mengintai, siap merusak dan mengancam keamanan data Indonesia kapan saja. Jika pemerintah tidak segera bertindak, ketergantungan yang tinggi pada teknologi digital bisa menjadi bumerang. Masa depan Indonesia di dunia maya pun berpotensi semakin suram dengan rakyatnya yang terus menjadi korban dari lemahnya sistem keamanan yang seharusnya melindungi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun