Mohon tunggu...
Nathanael Maria David Teddja
Nathanael Maria David Teddja Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Hobi Menulis dan Tertarik akan Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Serangan Gelap di Balik Layar

8 November 2024   23:50 Diperbarui: 9 November 2024   04:39 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan jika data pribadi seseorang, mulai dari nama, alamat, hingga nomor identitas, tersebar luas di internet. Tiba-tiba, ada pesan dari bank bahwa rekeningnya disusupi dan ada pengajuan pinjaman tanpa sepengetahuan orang tersebut. Inilah yang sering kali dialami masyarakat ketika keamanan siber tidak ditangani dengan serius. 

Dunia maya yang seharusnya menjadi ruang aman untuk beraktivitas digital, malah berubah menjadi tempat penuh ancaman dan kerentanan bagi para penggunanya.

Indonesia pun turut merasakan kesulitan tersebut. Dengan era digital yang telah tiba, surat dan koran sudah mulai menghilang dari dunia nyata, berpindah ke dunia maya. Masyarakat pun sudah bergantung pada media sosial setiap hari. Namun, Indonesia masih belum mampu memenuhi tingginya ketergantungan tersebut. Terlihat dari lembaga-lembaga yang kewalahan dalam mengurusi tanggung jawabnya.

Ketidakmampuan pemerintah juga mengakibatkan keamanan siber negara menjadi rentan. Akibatnya, serangan dan peretasan telah sering dilakukan selama beberapa tahun terakhir. Dengan tindakan mitigasi dan penanganan yang radikal, Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo menjadi target bagi amarah masyarakat yang tidak kuat lagi melihat pahitnya kenyataan ini.

Berbeda dengan negara Finlandia yang penduduknya hanya mencapai 5 juta, tetapi bisa menjaga keamanan sibernya dengan konsisten. Bahkan, Finlandia bisa menjadi negara paling aman di dunia dengan peringkat pertama menurut MixMode Threat Research 2024. Mirisnya, Indonesia jatuh ke bawah dan tidak terlihat.

Memang telah menjadi hal wajar sebagai negara dengan lebih dari 200 juta rakyat, Indonesia menghadapi perjuangan berat untuk mengatur rakyatnya setiap hari. Nyatanya, kebijakan pemerintah seringkali menyusahkan rakyat di kalangan menengah kebawah. Berbagai situs tidak lepas dari pemblokiran massal oleh Kominfo, tetapi keamanan digital masih belum dijaga. Keadaan seperti ini yang menuntut rakyat semakin khawatir akan kemampuan Indonesia yang semakin memprihatinkan tiap hari.

Kurangnya Pengalaman

Lantas mengapa Kominfo tidak berkutik? Regulasi keamanan siber di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal ini pun turut disebabkan oleh pihak-pihak yang kurang berpengalaman dalam bidang siber. Dengan rakyat yang begitu beragam, seharusnya Indonesia mengambil kesempatan ini dan memanfaatkan kaum muda ahli teknologi yang hendak mencari pekerjaan layak.

Sayangnya, kini Kominfo dan badan keamanan siber lainnya dihuni oleh para petinggi tua yang hanya pintar bicara di depan umum. Kata-kata harapan yang umum disampaikan menjadi sekilas harapan cerah yang menutupi serangan-serangan gelap di balik layar. Itulah kenyataan yang sedang dihadapi oleh negara Indonesia saat ini.

Ibaratnya seperti membangun gedung tanpa peta. Bangunannya terus tumbuh ke atas dengan cepat. Akan tetapi, pondasinya rapuh, banyak dinding yang retak, dan kabel listrik terurai di mana-mana. Indonesia telah terburu-buru mengadopsi teknologi digital tanpa menyiapkan pondasi yang kuat, sehingga celah-celah keamanan terbuka lebar bagi penjahat siber.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun