Mohon tunggu...
Natha Chandrima
Natha Chandrima Mohon Tunggu... Dokter - PELAJAR SMA STELLA DUCE 2

hobbi saya memasak, menggambar, membaca buku. saya suka mengekplor banyak kegiatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tanggung Jawab di Pundak

29 Januari 2024   20:42 Diperbarui: 30 Januari 2024   09:50 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suasana di kelas begitu hidup, diiringi rintik hujan yang mempercantik suasana yang semakin ramai. Setelah melalui ujian semester ganjil, para siswa dan siswi bersiap memasuki semester genap dengan berbagai pembelajaran dan proyek menarik yang menanti.

Ibu guru dengan semangat mengumumkan, "Kita akan memulai kegiatan P5 semester ini dengan sebuah pementasan." Saat itu, pundak merasa percaya diri dan penuh semangat karena dipercayakan sebagai ketua koordinator kegiatan P5 oleh seluruh kelas. Meski kekhawatiran tentang tanggung jawab besar menyelip di benaknya, pundak dengan mantap menerima tawaran tersebut.

Dengan tekad yang kuat, pundak bersiap memimpin dan mengorganisir kegiatan tersebut. Suasana kelas yang semula riuh berubah menjadi penuh antusiasme, diwarnai dengan ketertiban dan semangat kolaboratif. Rintik hujan yang terus mengguyur memberikan nuansa khusus pada momen tersebut.

Pundak sadar bahwa pundaknya menjadi pijakan bagi rekan-rekan sekelasnya. Ia merangkul tanggung jawab dengan penuh hormat terhadap kepercayaan yang diberikan oleh teman-teman dan guru. Meski rasa khawatir masih menghantuinya, pundak memilih untuk melihatnya sebagai tantangan yang dapat diatasi bersama.

Seiring berjalannya waktu, pundak terus bekerja keras dan berkumpul dengan teman-temannya untuk merencanakan pementasan yang akan menjadi sorotan semester genap ini. Proses tersebut bukan hanya tentang pembuatan pertunjukan, melainkan juga tentang tumbuh bersama sebagai tim dan memahami arti sebenarnya dari tanggung jawab.

Hujan yang terus merintik di luar jendela kelas menjadi saksi bisu semangat dan komitmen pundak serta teman-temannya dalam menjalani perjalanan P5 ini. Mereka menyadari bahwa di pundak mereka terletak kesempatan untuk menciptakan pengalaman berharga dan memahami makna sebenarnya dari kebersamaan dalam sebuah proyek.

"Pundak, bantu aku kerjain ini dong."
"Pundak, ini gimana ya cara kerjain nya."
"Pundak, aku tidak tahu caranya."

ucap teman temannya yang meminta tolong.

Pundak menjalankan tugas-tugas dengan sigap, menghandle semua pekerjaan yang ada. Namun, konflik muncul ketika teman-temannya terlihat malas mengerjakan tugas, melemparkan semua tanggung jawab pada pundak.

Hingga suatu ketika, suasana panas tercipta karena keengganan anak-anak untuk bekerja dan sikap egois masing-masing, yang menyebabkan adu mulut besar. Pundak merasa gagal sebagai ketua yang seharusnya memimpin dengan baik.

Setelah kejadian itu, pundak mulai mudah lelah, stres, banyak diam, merenung, bahkan hingga sakit beberapa kali karena terlalu memikirkan P5, sehingga lupa menjaga diri sendiri seperti makan, mandi, tidur, dan sebagainya. Meskipun kondisi fisiknya tidak prima, pundak tetap kumpul dan memaksakan diri untuk mengerjakan semua tugas yang ada.

Hingga suatu hari saat pulang ke rumah, pundak dihadapkan pada kebingungan. Pundak akhirnya menceritakan semua yang dirasakannya dan dialaminya selama di sekolah.

Situasi di rumah justru memanas. Terjadi konflik besar antara pundak dan ibunya. "PUNDAK! DENGAN KAMU MENGAMBIL ALIH SEMUA PEKERJAAN ITU, BUKAN HAL YANG BAIK SEBAGAI PEMIMPIN. KAMU TIDAK MEMBUAT TIM MU BELAJAR!"

 Perkelahian hebat pun terjadi antara pundak dan ibunya, membuat pundak sangat putus asa dan bimbang.

Di tengah kebimbangannya, pundak mulai menenangkan diri dan merenungkan pikirannya. Dengan kepala dingin, dia menyadari bahwa dengan mengerjakan semua tugas dalam kegiatan P5 ini, bukanlah solusi yang tepat. Justru hal tersebut hanya membuat teman-temannya semakin dimanja dan tidak akan belajar dari kegiatan besar ini. P5 adalah tentang bagaimana berkoordinasi dan bekerja sama antar kelompok, bukan hanya tanggung jawab individu.

Pada saat kepasrahan pundak, akhirnya dia memutuskan melepas tugas-tugas kepada teman-temannya dengan instruksi yang tepat. Hasilnya diluar prediksi pundak, teman-temannya dengan rasa tanggung jawab mampu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan arahan yang tepat. Dengan kerja sama tim yang baik, pundak yakin dan percaya bisa menampilkan pementasan yang maksimal.

Hingga hari pementasan tiba, pundak merasa sangat terharu. Dia bangga bisa mengkoordinasikan semua tugas teman-temannya, dan acara pementasan kelas pundak pun menjadi sangat menakjubkan. Momen pembelajaran yang tidak akan terlupakan bagi pundak.

Dengan penuh kebahagiaan, pundak menyadari bahwa perjalanan ini tidak hanya tentang pementasan di atas panggung, melainkan juga tentang tumbuh bersama, belajar dari kesalahan, dan menjalani tanggung jawab bersama sebagai tim.

Pundak merenung, bahwa sebagai pemimpin, dia harus belajar untuk mempercayai timnya, membagi tanggung jawab, dan memberikan kepercayaan pada anggota tim. Keberhasilan P5 ini adalah hasil dari kerja keras dan kerja sama semua anggota tim.

Menghadapi dinamika di sekolah dan konflik di rumah, pundak belajar bahwa seorang pemimpin juga perlu menjaga keseimbangan antara tanggung jawab dan kesejahteraan pribadi. Kesehatan mental dan fisiknya menjadi prioritas yang tidak boleh diabaikan.

Pundak menyadari pentingnya komunikasi yang efektif dan pengelolaan konflik yang baik dalam kepemimpinan. Melalui dialog dan pemahaman, banyak konflik dapat diatasi

Tamat.

"Kebersamaan, rasa tanggung jawab, dan kemampuan mempercayai serta memimpin tim adalah kunci utama untuk menghadapi tantangan besar dalam sebuah proyek."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun