Polisi itu kemudian mencambuk punggungku berulang kali “Sudahlah mengaku saja bocah gila!”. Aku merintih kesakitan, dan sudah berulang kali aku menegaskan bahwa aku tak bersalah. Polisi tersebut tak ada habisnya, yang dia inginkan hanyalah aku mengakuinya.
“Iya, saya lah yang membunuh ibu saya sendiri, pak”, ucapku penuh dengan getaran.
“Jika daritadi kau mengaku, saya tak akan susah payah mencambukmu, buang buang tenaga saja!”, polisi itu kemudian pergi dan menutup pintu dengan keras.
Aku menangis meratapi nasibku yang semakin buruk. Lalu, datanglah polisi, memindahkanku ke suatu tempat yang lebih mengerikan. Aku dimasukkan ke dalam ruang hampa berpintu sel “diam disini, dan tunggulah sidangmu!”
Aku tak menjawab, dan langsung melenggang masuk. Disitulah awal mula aku merasa tak ingin hidup. Saat di pengadilan pun seakan bukti semua mengarah kepadaku. Aku sama sekali tak dapat membela diriku dan menyewa seorang pengacara. Tak ada seorang pun yang ingin membantu. Aku hanya bisa pasrah menerima keadaan yang ada.
Hampir berulang kali aku mencoba bunuh diri dan sialnya hal tersebut selalu diketahui oleh para polisi.
Tiga hari yang lalu, tepat aku ingin melakukan aksi bunuh diri, tiba tiba dua orang polisi datang menemuiku. Mereka mengatakan bahwa aku akan dibebaskan 2 minggu lagi. Aku pun terkejut, tapi tak menampilkan ekspresi apapun. Aku hanya diam tak menjawab, memilih tidur dan melupakan rencana untuk bunuh diri di dalam sel.
Saat kesadaranku belum sepenuhnya terbawa ke alam mimpi, kudengar derit pintu sel terbuka, rupanya seorang polisi. Ia masuk “Keluarlah, ada yang ingin bertemu denganmu!”
Aku pun mengikutinya. Kulihat tubuh seorang laki-laki dengan bau badan khas lotus. Laki-laki itu tampak begitu senang saat melihatku berjalan mendekat padanya. Kemudian, aku terduduk kaku dihiasi wajah datar tanpa ekspresi.
“Bagaimana keadaanmu? apakah kau makan dengan baik?” Ucapnya tanpa melepas pandangannya sedikitpun. Aku hanya melirik dan tak ingin menjawab pertanyaan basa basi itu.
Ia mengela nafas, “Kau mungkin bertanya-tanya aku siapa? dan bagaimana aku bisa mengenalmu bukan?”