Mohon tunggu...
Natasya Putri
Natasya Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya menyanyi dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Optimalisasi Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 61 Surabaya: Membangun Karakter dan Kemandirian Siswa

18 Desember 2024   20:25 Diperbarui: 18 Desember 2024   20:25 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dwi Puspita Sari1
, Natasya Prilliya Putri Prasetyo2
,
Titin Indah Pratiwi3
, Sherrin Nurlita Widya4
Universitas Negeri Surabaya, Indonesia1,2,3,4

E-mail: 

dwi.23142@mhs.unesa.ac.id1 natasya.23207@mhs.unesa.ac.id2

titinindahpratiwi@unesa.ac.id3 sherrinwidya@unesa.ac.id4

Abstrak

Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 diterbitkan untuk menjadi acuan baru pelaksanaan tata kelola bimbingan dan konseling mulai dari planning, organizing, staffing, leading dan controlling. Melaksanakan program pendidikan yang bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan menjadikan generasi yang memiliki kopetensi sangatlah menjadi tanggungjawab seorang pendidik. Seorang konselor tepatnya guru bimbingan dan konseling harus memiliki manajemen yang baik (pengelolaan dan pengaturan) agar memiliki langkah-langkah yang baik dalam pelaksanaan program yang akan di buat. Manajemen bimbingan dan konseling (BK)
memiliki peranan krusial dalam meningkatken kualitas pendidikan melalui layanan yang
terstruktur dan responsif terhadap kebutuhan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan manajemen BK di SMPN 61 Surabaya, dengan fokus pada implementasi, tantangan yang dihadapi, serta solusi yang diterapkan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pelaksanaan manajemen BK mencakup asesmen melalui tes dan non-tes, seperti AKPD dan sosiometri, yang bertujuan untuk merancang program layanan yang tepat. Di SMPN 61, BK menerapkan pendekatan komprehensif yang meliputi layanan dasar, responsif, perencanaan
individual, dan dukunga sistem.

Kata Kunci: bimbingan dan konseling, manajemen bimbingan dan konseling.

Abstract
Permendikbud Number 111 of 2014 Issued to become a new reference for the implementation of governance and counseling starting from planning, organizing, staffing, leadership and controlling. Implementing educational programs that aim to educate the nation's life and create a generation that has competence is the responsibility of an educator. A proper counselor, guidance and counseling teacher, must have good management and arrangements in order to have good steps in implementing the program to be made. Guidance and counseling
management (BK) has a crucial role in improving the quality of education through services 
that are structured and responsive to student needs. This research aims to analyze the implementation of BK management at SMPN 61 Surabaya, with a focus on implementation, challenges faced, and solutions implemented. The interview results show that the implementation of BK management includes assessments through tests and non-tests, such as AKPD and sociometry, which aim to design appropriate service programs. At SMPN 61, BK applies a comprehensive approach which includes basic services, responsiveness, individual planning and system support.

Keyword: guidance and counseling, guidance and counseling management.

Alamat korespondensi:
Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia.
Email: dwi.23142@mhs.unesa.ac.id

PENDAHULUAN
Permendikbud Nomor 111 Tahun
2014 diterbitkan untuk menjadi acuan baru
pelaksanaan tata kelola bimbingan dan
konseling mulai dari planning, organizing,
staffing, leading dan controlling (Zamroni
& Rahardjo, 2015). Pendidikan yang baik
adalah pendidikan yang memiliki strategi
pembelajaran yang baik dan pelaksanaan
yang baik juga. Manajemen yang di kelola
dan dilaksanakan dengan baik akan
mencapai tujuan yang dikehendaki oleh
guru pembimbing, guru yang bekerja
dengan memiliki manajemen yang baik
adalah guru pembimbing yang memiliki
program dan melaksanakan program
tersebut sesuai dengan kebutuhan yang
memang dibutuhkan oleh siswa sekolah
tersebut.

Instansi sekolah tersebut sangat memiliki pengaruh terhadap keberhasilan guru dalam membimbing dengan melengkapi fungsi manajemen dan syarat dari manajemen tersebut. Namun banyak sekali permasalahan yang di hadapi oleh sekolah terkait dengan syarat yang tidak sesuian dan peorganisasian dan yang lebih sering terjadi adalah ketidak sesuaian personalia. Yang mana jumlah siswa
banyak dan guru pembimbing disekolah
tersebut sedikit. Pada dasarnya guru BK
memiliki siswa asuh nya 1:150.

Data yang diperoleh adalah data sekunder yang mana hasil dari wawancara dan observasi terhadap guru yang ada di sekolah dan lingkungan sekolah. Dikarenakan saat ini melakukan proses belajar daring maka permaslaahan yang terkait dengan personalia semakin sulit bagi guru pembimbing. 

Dari permasalahan tersebut pihak lembaga perlu memperhatikan permasalahan yang sering terjadi yang terkait dengan kinerja dan tenaga kerja (tenaga pendidik) pihak atasan harus mengetahui apa-apa saja yang memang
harus diketahui dan di berikan agar layanan BK di sekolah, karena dari asesmen Sosiometri ini bisa menjadi pembeda antara murid yang populer dan murid yang tidak populer. Sehingga dari hasil asesmen dapat di integrasikan untuk membuat program, agar guru BK bisa memberikan layanan yang tepat
untuk setiap siswa. Dan untuk Asesmen
tes yang dilakukan di SMPN 61 Surabaya, dilakukan secara kolaborasi dengan bekerja sama dengan layanan lembaga psikologi. Kerja sama digunakan untuk melakukan tes IQ, di
tes IQ mengeluarkan hasil skor berupa
bakat minat, gaya belajar. Dari hasil
tersebut nanti akan dipetakan lagi, hasil
anak yang skor IQ-nya itu di rata-rata
atas, cerdas, mempunyai karakteristik
seperti ini. Anak yang gaya belajar visual, kemudian kinesthetik, auditory, nanti di kelas itu ada berapa. Setelah assessmen test dan non-test dilakukan, pihak guru BK akan membuat suatu 
program Bitcoin terdiri dari program tahunan, semester, dan bulanan.

Berdasarkan hasil asesmen, program tahunan, semesteran, dan bulanan disusun untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan efektif. Layanan yang diberikan mencakup empat komponen utama, yaitu layanan dasar, responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem. Semua layanan telah disesuaikan dengan Kurikulum Merdeka.

2. Kolaborasi Dengan Berbagai Pihak
Dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di SMPN 61 Surabaya, berkolaborasi dan berkoordinasi dengan wali murid siswa, karena dalam BK terdapat layanan kolaborasi, contoh untuk setiap hari guru BK menangani siswa terlambat. Untuk permasalahan siswa terlambat ini pihak 
guru BK berada pada ranah sekolah ramah anak yang dimana pihak guru BK tidak boleh memberikan punnishment. Untuk solusi mengatasi hal tersebut, akhirnya pihak guru BK, melakukan sekolah untuk memberikan solusi tindak lanjut.

Guru BK harus kooperatif dengan wali kelas, kesiswaan, tatib, dan kepala sekolah. Sekolah sudah kooperatif, sudah berkolaborasi dengan baik. Kendala utama di SMPN 61 Surabaya
dalam proses layanan BK adalah dukungan orang tua. Sebab ketika anak dari wali murid memiliki masalah, pihak wali murid atau orang tua susah untuk dihubungi dan bertemu. Solusi dari kendala utama tersebut, pihak guru BK memberikan waktu dan hari yang dapat
disesuaikan oleh pihak wali murid agar
bisa hadir dan bertemu secara langsung.

PEMBAHSAN
Berdasarkan hasil wawancara,
pelaksanaan manajemen bimbingan dan
konseling (BK) di SMPN 61 Surabaya
menunjukkan pendekatan yang sangat
komprehensif dalam menangani kebutuhan
siswa. Proses dimulai dengan asesmen yang
bertujuan untuk menggali kebutuhan siswa
secara lebih mendalam, baik melalui
asesmen non-tes maupun tes. Asesmen non-
tes yang digunakan mencakup beberapa
alat, antara lain AUM, DCM, Sosiometri,
dan AKPD. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa penggunaan AKPD untuk siswa kelas 7, 8, dan 9 lebih efektif karena memiliki 50 butir soal yang dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Sosiometri juga digunakan sebagai bagian dari perencanaan layanan BK, karena mampu mengidentifikasi dinamika sosial siswa, seperti perbedaan antara siswa yang
populer dan yang kurang populer, yang
sangat berguna dalam merancang program
layanan yang lebih tepat sasaran.

Di sisi lain, asesmen tes yang
dilakukan bekerja sama dengan lembaga
psikologi untuk tes IQ sangat penting dalam
mengetahui potensi siswa, seperti bakat,
minat, dan gaya belajar mereka. Hasil tes
IQ ini kemudian digunakan untuk memetakan siswa, mengklasifikasikan memerlukan koordinasi dengan pihak kesiswaan, wali kelas, hingga kepala sekolah. Kesadaran untuk berkolaborasi di antara seluruh pihak di sekolah, termasuk guru BK, wali kelas, dan kepala sekolah, menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapi siswa.

Secara keseluruhan, pelaksanaan
manajemen bimbingan dan konseling di
SMPN 61 Surabaya sudah sangat baik
dengan penerapan asesmen yang cermat,
kolaborasi yang efektif dengan berbagai
pihak, serta upaya untuk mengatasi
kendala-kendala yang ada dengan pendekatan yang fleksibel dan solutif. Meskipun masih ada tantangan, terutama dalam hal dukungan orang tua, namun upaya pihak sekolah dalam menjalin komunikasi dan mengatasi masalah
tersebut menunjukkan komitmen yang
tinggi untuk memberikan layanan BK yang
optimal bagi siswa.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam artikel
ilmiah ini adalah wawancara, yang
merupakan teknik pengumpulan data
kualitatif melalui interaksi langsung antara
peneliti dan informan. Dalam wawancara,
peneliti mengajukan serangkaian
pertanyaan terbuka yang dirancang untuk
menggali informasi mendalam mengenai
topik penelitian. Proses ini memungkinkan
peneliti untuk memahami pandangan,
pengalaman, dan perspektif informan
secara lebih komprehensif. Wawancara
dilakukan secara tatap muka atau melalui
media lain, tergantung pada kebutuhan dan
konteks penelitian, serta sering kali disertai
dengan perekaman untuk memudahkan
analisis data. Teknik ini sangat berguna
untuk menggali informasi yang tidak dapat
diperoleh melalui metode lain, seperti
survei atau observasi, terutama dalam studi-
studi yang membutuhkan pemahaman
subjektif dan konteks pribadi dari
responden.

HASIL
1. Pelaksanaan Manajemen Bimbingan dan
Konseling
Manajemen bimbingan dan
konseling (BK) di SMPN 61 Surabaya
disusun dengan pendekatan yang
komprehensif. Prosesnya dimulai
dengan asesmen untuk memahami
kebutuhan siswa, baik melalui asesmen
non-tes maupun tes. Di SMPN 61
Surabaya menggunakan 2 asesmen yaitu
asesmen non-tes terdiri dari AUM,
DCM, Sosiometri, AKPD. Di SMPN 61
Surabaya pada asesmen non-tes
menggunakan AKPD, karena untuk
jenjang di kelas 7,8,9 lebih mudah
dipahami dan diterapkan oleh para siswa
dikarenakan memiliki 50 butir soal. Lalu
untuk Asesmen non-tes Sosiometri juga
digunakan dalam perencanaan program pemetakan kesiswaan berdasarkan ranah
nya sendiri seperti, tatip, dan guru BK.
Untuk permasalahan terlambat sebagai
guru BK harus mengetahui
penyebabnya. Dan pihak guru BK dapat
memberikan strategi yang tepat,
konseling yang tepat jika
permasalahannya karena behavior atau
perilakunya, pihak guru BK bisa
memberi sub-management. Jika
berkaitan dengan persepsi atau sudut
pandangnya, guru BK memberikan
reframing.

SMPN 61 Surabaya juga
melakukan koordinasi dengan BNN, dan
DB5A untuk melakukan sosialisasi dan
memberikan gambaran kepada peserta
didik mengenai dinamika remaja yang
salah dan benar.

3. Permasalahan Selama Proses Persiapan
Sampai Perancangan
Di SMPN 61 Surabaya guru BK
tidak mendapatkan kesempatan untuk
mengajar bimbingan klasikal di kelas,
artinya untuk bimbingan klasikal sendiri
kita ini modifikasi dalam bentuk
bimbingan lintas kelas atau kelas besar.
Untuk permasalahan setia kasus guru
BK langsung menangani. Sehingga
dalam satu hari dari kelas 7, 8, 9
kasusnya sama rata. Untuk kelas 7
permasalahannya adalah adanya
peralian dari masa SD ke SMP. Sehingga
kasus yang sering muncul itu untuk kelas
7 itu ini, untuk kelas 8 dan 9 memiliki
masalah pacaran. Di SMPN 61 Surabaya
ada organisasi yang bernama "Konselor
Sebaya" di sekolah, atau yang sekarang
disebut "Komantik".

Penanganan kasus atau
permasalahan di SMPN 61 Surabaya,
dibagi menjadi tiga alur penanganan
kasus. Ketika masalahnya ringan dapat
diselesaikan oleh guru mapel. Jika
permasalahannya sedang, dan berat
melibatkan guru BK, kesiswaan, dan
wali kelas, bahkan sampai kepala mereka berdasarkan skor IQ dan gaya
belajar (misalnya, visual, kinestetik, atau
auditori), yang selanjutnya akan menjadi
dasar dalam merancang program-program
BK yang disesuaikan dengan kebutuhan
siswa. Program-program tersebut disusun
dalam bentuk program tahunan, semester,
dan bulanan yang disesuaikan dengan
Kurikulum Merdeka, sehingga dapat
memberikan layanan yang lebih efektif dan
terstruktur.

Dalam hal kolaborasi, pihak sekolah
menjalin kerjasama dengan berbagai pihak,
seperti orang tua siswa, BNN, dan DB5A
untuk memperluas jangkauan layanan BK.
Salah satu contoh kolaborasi yang
dilakukan adalah menangani masalah siswa
terlambat dengan menghindari pemberian
hukuman dan lebih fokus pada pemetakan
masalah secara lebih individual. Guru BK
berperan aktif dalam memberikan solusi
dengan pendekatan yang sesuai, seperti
melakukan konseling untuk mengubah
perilaku atau membantu mengubah
persepsi siswa terhadap masalah yang
dihadapi. Selain itu, kolaborasi dengan
orang tua sangat ditekankan, meskipun
sering kali menjadi tantangan karena
kesulitan dalam menghubungi mereka.
Untuk itu, guru BK menawarkan
fleksibilitas dalam penjadwalan pertemuan
agar orang tua dapat lebih mudah terlibat
dalam proses penyelesaian masalah anak.

SMPN 61 Surabaya juga mengalami
beberapa kendala dalam pelaksanaan
layanan BK, seperti tidak adanya
kesempatan bagi guru BK untuk mengajar
bimbingan klasikal secara langsung di
kelas. Hal ini diatasi dengan cara
mengadakan bimbingan lintas kelas atau
kelas besar. Selain itu, terdapat tantangan
dalam penanganan kasus, terutama ketika
kasus tersebut membutuhkan penanganan
yang lebih intensif. Proses penanganan
kasus di SMPN 61 Surabaya dibagi menjadi
tiga alur: kasus ringan yang ditangani oleh
guru mata pelajaran, kasus sedang yang
melibatkan guru BK, dan kasus berat yang masalah dan strategi counseling yang
sesuai. Selain itu, SMPN 61 juga menjalin
kerjasama dengan BNN dan DB5A untuk
memberikan edukasi kepada siswa
mengenai dinamika remaja. Dengan
demikian, SMPN 61 Surabaya berupaya
menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan sosial dan emosional siswa
secara holistik.

SIMPULAN
Pelaksanaan manajemen bimbingan
dan konseling di SMPN 61 Surabaya adalah
bahwa proses ini diawali dengan asesmen
yang komprehensif, meliputi asesmen non-
tes dan kolaborasi dengan lembaga
psikologi untuk tes IQ. Hasil dari asesmen
ini digunakan untuk merancang program
layanan bimbingan yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, termasuk program
tahunan, semester, dan bulanan. Pelayanan
bimbingan dan konseling di SMPN 61
menerapkan pendekatan komprehensif
yang mencakup layanan dasar, responsif,
perencanaan individu, dan dukungan
sistem, serta terintegrasi dengan kurikulum
merdeka.

Kolaborasi dengan wali murid dan
pihak terkait lainnya juga menjadi kunci
dalam menyelesaikan permasalahan siswa,
seperti masalah keterlambatan. Dalam
pendekatan ini, guru BK tidak hanya
memberikan solusi melalui tindakan
disiplin, tetapi juga melalui pemetaan manajemen bimbingan dan konseling dapat
terlaksana dengan baik sehingga
memberikan pencapaian atas tujuan yang
dikehendaki pihak sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
Azam, U. (2016). bimbingan dan konseling
perkembangan di sekolah (teori dan praktik) (U. hastanto Febri (ed.)). CV BUDI UTAMA.

Fenti Himawati. (2011). Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Raja grafindo.

F.J. Mc Donald. (1989). Educational

Psycology. USA: Wadsworth Publishing Co., Inc.

Prayitno dan Erman Emti. (2009). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rieneka
Cipta.

Rahman, F. (2008). Penyusunan Program BK di Sekolah. Yogyakarta, Universitas Negeri, 1--23.

Robert L. Gibson & Marianne H. Mitchell.(1981). Introduction to Guidance. USA: Macmillan Publishing Co., Inc.

Sukiswa. (2010). Manajemen Mutu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutisna, Oteng. (2010). Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Syafaruddin. (2010). Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi, dan Aplikasi. Jakarta: Grasindo.

Syamsu Yusuf & Nurihsan Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosdakarya.

Thantawi R. MA. (1995). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Pamator Pressindo.

Winkel. (2006). Bimbingan dan konseling. Penerbit Media Abadi.

Zamroni, E., & Rahardjo, S. (2015). Manajemen Bimbingan Dan Konseling Berbasis Permendikbud Nomor 111 Tahun 2015. Jurnal Konseling Gusjigang, 1(1), 0-11 https://doi.org/10.24176/jkg.v1 i1.256

https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/28969/13/T2_942021031_Bab%20I
I.pdf

Accessed: 2024-11-03

http://repository.uin-suska.ac.id/12723/6/6.%20BAB%20I_201 8334KI.pdf

Accessed: 2024-11-03

https://repository.ar-
raniry.ac.id/id/eprint/18460/1/Manajemen
%20Bimbingan%20&%20Konseling,%20
Masbur,%20Nuzliah.pdf

Accessed: 2024-11-03

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun