HASIL
1. Pelaksanaan Manajemen Bimbingan dan
Konseling
Manajemen bimbingan dan
konseling (BK) di SMPN 61 Surabaya
disusun dengan pendekatan yang
komprehensif. Prosesnya dimulai
dengan asesmen untuk memahami
kebutuhan siswa, baik melalui asesmen
non-tes maupun tes. Di SMPN 61
Surabaya menggunakan 2 asesmen yaitu
asesmen non-tes terdiri dari AUM,
DCM, Sosiometri, AKPD. Di SMPN 61
Surabaya pada asesmen non-tes
menggunakan AKPD, karena untuk
jenjang di kelas 7,8,9 lebih mudah
dipahami dan diterapkan oleh para siswa
dikarenakan memiliki 50 butir soal. Lalu
untuk Asesmen non-tes Sosiometri juga
digunakan dalam perencanaan program pemetakan kesiswaan berdasarkan ranah
nya sendiri seperti, tatip, dan guru BK.
Untuk permasalahan terlambat sebagai
guru BK harus mengetahui
penyebabnya. Dan pihak guru BK dapat
memberikan strategi yang tepat,
konseling yang tepat jika
permasalahannya karena behavior atau
perilakunya, pihak guru BK bisa
memberi sub-management. Jika
berkaitan dengan persepsi atau sudut
pandangnya, guru BK memberikan
reframing.
SMPN 61 Surabaya juga
melakukan koordinasi dengan BNN, dan
DB5A untuk melakukan sosialisasi dan
memberikan gambaran kepada peserta
didik mengenai dinamika remaja yang
salah dan benar.
3. Permasalahan Selama Proses Persiapan
Sampai Perancangan
Di SMPN 61 Surabaya guru BK
tidak mendapatkan kesempatan untuk
mengajar bimbingan klasikal di kelas,
artinya untuk bimbingan klasikal sendiri
kita ini modifikasi dalam bentuk
bimbingan lintas kelas atau kelas besar.
Untuk permasalahan setia kasus guru
BK langsung menangani. Sehingga
dalam satu hari dari kelas 7, 8, 9
kasusnya sama rata. Untuk kelas 7
permasalahannya adalah adanya
peralian dari masa SD ke SMP. Sehingga
kasus yang sering muncul itu untuk kelas
7 itu ini, untuk kelas 8 dan 9 memiliki
masalah pacaran. Di SMPN 61 Surabaya
ada organisasi yang bernama "Konselor
Sebaya" di sekolah, atau yang sekarang
disebut "Komantik".
Penanganan kasus atau
permasalahan di SMPN 61 Surabaya,
dibagi menjadi tiga alur penanganan
kasus. Ketika masalahnya ringan dapat
diselesaikan oleh guru mapel. Jika
permasalahannya sedang, dan berat
melibatkan guru BK, kesiswaan, dan
wali kelas, bahkan sampai kepala mereka berdasarkan skor IQ dan gaya
belajar (misalnya, visual, kinestetik, atau
auditori), yang selanjutnya akan menjadi
dasar dalam merancang program-program
BK yang disesuaikan dengan kebutuhan
siswa. Program-program tersebut disusun
dalam bentuk program tahunan, semester,
dan bulanan yang disesuaikan dengan
Kurikulum Merdeka, sehingga dapat
memberikan layanan yang lebih efektif dan
terstruktur.
Dalam hal kolaborasi, pihak sekolah
menjalin kerjasama dengan berbagai pihak,
seperti orang tua siswa, BNN, dan DB5A
untuk memperluas jangkauan layanan BK.
Salah satu contoh kolaborasi yang
dilakukan adalah menangani masalah siswa
terlambat dengan menghindari pemberian
hukuman dan lebih fokus pada pemetakan
masalah secara lebih individual. Guru BK
berperan aktif dalam memberikan solusi
dengan pendekatan yang sesuai, seperti
melakukan konseling untuk mengubah
perilaku atau membantu mengubah
persepsi siswa terhadap masalah yang
dihadapi. Selain itu, kolaborasi dengan
orang tua sangat ditekankan, meskipun
sering kali menjadi tantangan karena
kesulitan dalam menghubungi mereka.
Untuk itu, guru BK menawarkan
fleksibilitas dalam penjadwalan pertemuan
agar orang tua dapat lebih mudah terlibat
dalam proses penyelesaian masalah anak.
SMPN 61 Surabaya juga mengalami
beberapa kendala dalam pelaksanaan
layanan BK, seperti tidak adanya
kesempatan bagi guru BK untuk mengajar
bimbingan klasikal secara langsung di
kelas. Hal ini diatasi dengan cara
mengadakan bimbingan lintas kelas atau
kelas besar. Selain itu, terdapat tantangan
dalam penanganan kasus, terutama ketika
kasus tersebut membutuhkan penanganan
yang lebih intensif. Proses penanganan
kasus di SMPN 61 Surabaya dibagi menjadi
tiga alur: kasus ringan yang ditangani oleh
guru mata pelajaran, kasus sedang yang
melibatkan guru BK, dan kasus berat yang masalah dan strategi counseling yang
sesuai. Selain itu, SMPN 61 juga menjalin
kerjasama dengan BNN dan DB5A untuk
memberikan edukasi kepada siswa
mengenai dinamika remaja. Dengan
demikian, SMPN 61 Surabaya berupaya
menciptakan lingkungan yang mendukung
perkembangan sosial dan emosional siswa
secara holistik.
SIMPULAN
Pelaksanaan manajemen bimbingan
dan konseling di SMPN 61 Surabaya adalah
bahwa proses ini diawali dengan asesmen
yang komprehensif, meliputi asesmen non-
tes dan kolaborasi dengan lembaga
psikologi untuk tes IQ. Hasil dari asesmen
ini digunakan untuk merancang program
layanan bimbingan yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, termasuk program
tahunan, semester, dan bulanan. Pelayanan
bimbingan dan konseling di SMPN 61
menerapkan pendekatan komprehensif
yang mencakup layanan dasar, responsif,
perencanaan individu, dan dukungan
sistem, serta terintegrasi dengan kurikulum
merdeka.
Kolaborasi dengan wali murid dan
pihak terkait lainnya juga menjadi kunci
dalam menyelesaikan permasalahan siswa,
seperti masalah keterlambatan. Dalam
pendekatan ini, guru BK tidak hanya
memberikan solusi melalui tindakan
disiplin, tetapi juga melalui pemetaan manajemen bimbingan dan konseling dapat
terlaksana dengan baik sehingga
memberikan pencapaian atas tujuan yang
dikehendaki pihak sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Azam, U. (2016). bimbingan dan konseling
perkembangan di sekolah (teori dan praktik) (U. hastanto Febri (ed.)). CV BUDI UTAMA.
Fenti Himawati. (2011). Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Raja grafindo.
F.J. Mc Donald. (1989). Educational