Mohon tunggu...
Natasya Putri
Natasya Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya menyanyi dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Optimalisasi Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 61 Surabaya: Membangun Karakter dan Kemandirian Siswa

18 Desember 2024   20:25 Diperbarui: 18 Desember 2024   20:25 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Instansi sekolah tersebut sangat memiliki pengaruh terhadap keberhasilan guru dalam membimbing dengan melengkapi fungsi manajemen dan syarat dari manajemen tersebut. Namun banyak sekali permasalahan yang di hadapi oleh sekolah terkait dengan syarat yang tidak sesuian dan peorganisasian dan yang lebih sering terjadi adalah ketidak sesuaian personalia. Yang mana jumlah siswa
banyak dan guru pembimbing disekolah
tersebut sedikit. Pada dasarnya guru BK
memiliki siswa asuh nya 1:150.

Data yang diperoleh adalah data sekunder yang mana hasil dari wawancara dan observasi terhadap guru yang ada di sekolah dan lingkungan sekolah. Dikarenakan saat ini melakukan proses belajar daring maka permaslaahan yang terkait dengan personalia semakin sulit bagi guru pembimbing. 

Dari permasalahan tersebut pihak lembaga perlu memperhatikan permasalahan yang sering terjadi yang terkait dengan kinerja dan tenaga kerja (tenaga pendidik) pihak atasan harus mengetahui apa-apa saja yang memang
harus diketahui dan di berikan agar layanan BK di sekolah, karena dari asesmen Sosiometri ini bisa menjadi pembeda antara murid yang populer dan murid yang tidak populer. Sehingga dari hasil asesmen dapat di integrasikan untuk membuat program, agar guru BK bisa memberikan layanan yang tepat
untuk setiap siswa. Dan untuk Asesmen
tes yang dilakukan di SMPN 61 Surabaya, dilakukan secara kolaborasi dengan bekerja sama dengan layanan lembaga psikologi. Kerja sama digunakan untuk melakukan tes IQ, di
tes IQ mengeluarkan hasil skor berupa
bakat minat, gaya belajar. Dari hasil
tersebut nanti akan dipetakan lagi, hasil
anak yang skor IQ-nya itu di rata-rata
atas, cerdas, mempunyai karakteristik
seperti ini. Anak yang gaya belajar visual, kemudian kinesthetik, auditory, nanti di kelas itu ada berapa. Setelah assessmen test dan non-test dilakukan, pihak guru BK akan membuat suatu 
program Bitcoin terdiri dari program tahunan, semester, dan bulanan.

Berdasarkan hasil asesmen, program tahunan, semesteran, dan bulanan disusun untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan efektif. Layanan yang diberikan mencakup empat komponen utama, yaitu layanan dasar, responsif, perencanaan individual, dan dukungan sistem. Semua layanan telah disesuaikan dengan Kurikulum Merdeka.

2. Kolaborasi Dengan Berbagai Pihak
Dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di SMPN 61 Surabaya, berkolaborasi dan berkoordinasi dengan wali murid siswa, karena dalam BK terdapat layanan kolaborasi, contoh untuk setiap hari guru BK menangani siswa terlambat. Untuk permasalahan siswa terlambat ini pihak 
guru BK berada pada ranah sekolah ramah anak yang dimana pihak guru BK tidak boleh memberikan punnishment. Untuk solusi mengatasi hal tersebut, akhirnya pihak guru BK, melakukan sekolah untuk memberikan solusi tindak lanjut.

Guru BK harus kooperatif dengan wali kelas, kesiswaan, tatib, dan kepala sekolah. Sekolah sudah kooperatif, sudah berkolaborasi dengan baik. Kendala utama di SMPN 61 Surabaya
dalam proses layanan BK adalah dukungan orang tua. Sebab ketika anak dari wali murid memiliki masalah, pihak wali murid atau orang tua susah untuk dihubungi dan bertemu. Solusi dari kendala utama tersebut, pihak guru BK memberikan waktu dan hari yang dapat
disesuaikan oleh pihak wali murid agar
bisa hadir dan bertemu secara langsung.

PEMBAHSAN
Berdasarkan hasil wawancara,
pelaksanaan manajemen bimbingan dan
konseling (BK) di SMPN 61 Surabaya
menunjukkan pendekatan yang sangat
komprehensif dalam menangani kebutuhan
siswa. Proses dimulai dengan asesmen yang
bertujuan untuk menggali kebutuhan siswa
secara lebih mendalam, baik melalui
asesmen non-tes maupun tes. Asesmen non-
tes yang digunakan mencakup beberapa
alat, antara lain AUM, DCM, Sosiometri,
dan AKPD. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa penggunaan AKPD untuk siswa kelas 7, 8, dan 9 lebih efektif karena memiliki 50 butir soal yang dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Sosiometri juga digunakan sebagai bagian dari perencanaan layanan BK, karena mampu mengidentifikasi dinamika sosial siswa, seperti perbedaan antara siswa yang
populer dan yang kurang populer, yang
sangat berguna dalam merancang program
layanan yang lebih tepat sasaran.

Di sisi lain, asesmen tes yang
dilakukan bekerja sama dengan lembaga
psikologi untuk tes IQ sangat penting dalam
mengetahui potensi siswa, seperti bakat,
minat, dan gaya belajar mereka. Hasil tes
IQ ini kemudian digunakan untuk memetakan siswa, mengklasifikasikan memerlukan koordinasi dengan pihak kesiswaan, wali kelas, hingga kepala sekolah. Kesadaran untuk berkolaborasi di antara seluruh pihak di sekolah, termasuk guru BK, wali kelas, dan kepala sekolah, menjadi kunci keberhasilan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang
dihadapi siswa.

Secara keseluruhan, pelaksanaan
manajemen bimbingan dan konseling di
SMPN 61 Surabaya sudah sangat baik
dengan penerapan asesmen yang cermat,
kolaborasi yang efektif dengan berbagai
pihak, serta upaya untuk mengatasi
kendala-kendala yang ada dengan pendekatan yang fleksibel dan solutif. Meskipun masih ada tantangan, terutama dalam hal dukungan orang tua, namun upaya pihak sekolah dalam menjalin komunikasi dan mengatasi masalah
tersebut menunjukkan komitmen yang
tinggi untuk memberikan layanan BK yang
optimal bagi siswa.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam artikel
ilmiah ini adalah wawancara, yang
merupakan teknik pengumpulan data
kualitatif melalui interaksi langsung antara
peneliti dan informan. Dalam wawancara,
peneliti mengajukan serangkaian
pertanyaan terbuka yang dirancang untuk
menggali informasi mendalam mengenai
topik penelitian. Proses ini memungkinkan
peneliti untuk memahami pandangan,
pengalaman, dan perspektif informan
secara lebih komprehensif. Wawancara
dilakukan secara tatap muka atau melalui
media lain, tergantung pada kebutuhan dan
konteks penelitian, serta sering kali disertai
dengan perekaman untuk memudahkan
analisis data. Teknik ini sangat berguna
untuk menggali informasi yang tidak dapat
diperoleh melalui metode lain, seperti
survei atau observasi, terutama dalam studi-
studi yang membutuhkan pemahaman
subjektif dan konteks pribadi dari
responden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun