Mohon tunggu...
Natasya Marta Pebrian
Natasya Marta Pebrian Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi membaca novel dan mendengarkan musik. Musik yang saya dengarkan tidak memiliki genre yang spesifik dan untuk novel itu sendiri , saya membaca novel fiksi. Untuk kepribadian yang saya miliki yaitu: sensitif, optimis, keras dan phlegmatis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Eceng Gondok Menutupi Aliran Air, Ini Dampak dan Penanganannya di Bengawan Solo

9 Januari 2024   02:10 Diperbarui: 9 Januari 2024   02:15 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com.

Bengawan Solo salah satu sungai terpanjang di Pulau Jawa, telah lama menjadi sumber kehidupan bagi masyarakat sekitarnya. Sungai ini tidak hanya memberikan pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk pertanian, tetapi juga menjadi jalan transportasi utama dan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kehidupan Sungai Bengawan Solo mulai terganggu oleh ekspansi eceng gondok yang tak terkendali.

https://www.istockphoto.com.
https://www.istockphoto.com.

Eceng gondok (Eichhornia crassipes) merupakan tanaman air yang tumbuh secara masif di perairan, terutama di sungai dan danau. Meskipun tanaman ini memiliki keindahan tersendiri, namun pertumbuhannya yang cepat dan meluas dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif terhadap ekosistem sungai(Rasidi et al., 2023). Salah satu masalah serius yang diakibatkannya adalah penutupan arteri air di Sungai Bengawan Solo.

Pertumbuhan eceng gondok yang meluas dapat menyebabkan sumbatan dan penyempitan alur sungai . Hal ini tidak hanya menghambat aliran air yang normal, tetapi juga dapat memicu masalah ekologis yang lebih serius, seperti penurunan kualitas air, hilangnya habitat bagi spesies air, dan meningkatnya risiko banjir di daerah sekitarnya.

Penanganan eceng gondok di Sungai Bengawan Solo menjadi suatu kebutuhan mendesak. Tidak hanya untuk menjaga kelangsungan hidup ekosistem sungai, tetapi juga untuk memastikan berbagai fungsi vital sungai ini dapat terus berjalan dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali dampak dari penutupan arteri air oleh eceng gondok di Bengawan Solo dan merinci langkah-langkah penanganan yang efektif untuk mengatasi permasalahan ini. Dengan demikian, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam pelestarian Sungai Bengawan Solo sebagai salah satu aset alam yang sangat berharga bagi masyarakat di sekitarnya (Widyaningrum, 2012).

Masalah eceng gondok yang menutupi arteri air di Sungai Bengawan Solo mengakibatkan konsekuensi serius yang merugikan lingkungan dan masyarakat sekitar. Pertumbuhan tak terkendali tanaman ini menyebabkan penyempitan alur air, menghambat aliran air normal, dan meningkatkan risiko banjir di daerah sekitarnya (Makarim & Ikhwani, 2011). Selain itu, eceng gondok menyerap nutrisi dan bahan organik dari air, berkontribusi pada penurunan kualitas air sungai. Hal ini berpotensi merugikan kehidupan akuatik dan mempengaruhi keseimbangan ekosistem air secara keseluruhan. Hilangnya habitat bagi berbagai spesies air menjadi dampak lain yang signifikan, mengancam keberlanjutan hidup ikan, amfibi, dan makhluk air lainnya. Aspek sosial dan ekonomi juga terpengaruh, terutama melalui gangguan terhadap aktivitas transportasi air dan akses masyarakat terhadap sumber daya air yang bersih. Pembiakan cepat eceng gondok semakin memperparah masalah ini, menciptakan tantangan ekologis dan sosial yang sulit diatasi (Atmaka, 2004). Oleh karena itu, analisis masalah ini menjadi penting untuk merinci dampak multidimensional eceng gondok dan merumuskan solusi yang tepat guna untuk penanganan permasalahan ini di Sungai Bengawan Solo.

Upaya penanganan permasalahan eceng gondok di Bengawan Solo memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Perlu dikembangkan strategi pengelolaan yang efektif untuk mengatasi pertumbuhan eceng gondok secara berkelanjutan. Langkah-langkah penanganan yang dapat diambil mencakup penerapan metode kontrol biologis atau mekanis untuk mengendalikan pertumbuhan ekeng gondok, seperti penggunaan predator alami atau teknologi inovatif (Ramadhani, 2016). Selain itu, upaya konservasi habitat perlu ditingkatkan untuk memastikan keberlanjutan ekosistem air. Langkah-langkah edukasi juga diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap dampak eceng gondok dan pentingnya menjaga kelestarian sungai. Dalam konteks ini, perlu juga adanya kerjasama antara pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat lokal untuk merancang kebijakan yang mendukung pengelolaan sungai secara berkelanjutan. Investasi dalam riset dan pengembangan teknologi baru juga menjadi kunci dalam mencari solusi inovatif untuk menanggulangi masalah eceng gondok (Megawati, 2014).

Pemberdayaan masyarakat setempat untuk berperan aktif dalam pemantauan dan pengelolaan sungai dapat menjadi langkah efektif. Melalui partisipasi aktif masyarakat, pengendalian pertumbuhan eceng gondok dan pelestarian Sungai Bengawan Solo dapat diintegrasikan dengan lebih baik dalam konteks kehidupan sehari-hari. Dengan merinci dampak dan mengeksplorasi solusi yang tepat, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pandangan komprehensif dan berkontribusi positif terhadap upaya menjaga kelestarian Sungai Bengawan Solo, menghadapi tantangan lingkungan dan sosial yang dihadapinya.

Penting untuk mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam pengelolaan eceng gondok di Bengawan Solo. Penelitian dan pemantauan berkala perlu dilakukan untuk memahami dinamika pertumbuhan tanaman ini serta dampak perubahan lingkungan terhadap ekosistem sungai (Hartanto, 2020). Dengan pemahaman yang mendalam terhadap faktor-faktor yang memicu pertumbuhan eceng gondok, dapat dikembangkan sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi dan mengelola masalah secara proaktif.

Peran teknologi informasi dan komunikasi dapat dioptimalkan untuk memfasilitasi pertukaran informasi antara berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah, peneliti, dan masyarakat. Pemanfaatan teknologi juga dapat mencakup penggunaan sistem pemantauan jarak jauh untuk memantau perkembangan eceng gondok dan kondisi sungai secara real-time. Keterlibatan aktif masyarakat lokal dalam kegiatan pelestarian sungai perlu ditingkatkan melalui program edukasi, pelatihan, dan pembentukan kelompok sukarelawan (Atmaka, 2004). Masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi terhadap masalah eceng gondok dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam menjaga keberlanjutan sungai.

Dalam jangka panjang perlu adanya kerangka kerja kebijakan yang mendukung pengelolaan sungai secara berkelanjutan. Hal ini mencakup penegakan hukum terhadap aktivitas yang dapat memicu pertumbuhan eceng gondok secara berlebihan serta penyusunan regulasi yang mempromosikan praktik-praktik pengelolaan lingkungan yang baik (Ramadhani, 2016). Dengan pendekatan komprehensif yang melibatkan berbagai unsur di atas, diharapkan penanganan masalah ekeng gondok di Bengawan Solo dapat berjalan efektif dan berkelanjutan, memberikan dampak positif bagi lingkungan, ekosistem, dan masyarakat yang bergantung pada Sungai Bengawan Solo sebagai aset alam yang berharga.

Dalam upaya mengatasi permasalahan eceng gondok di Bengawan Solo, partisipasi aktif dari komunitas lokal menjadi kunci utama. Komunitas ini terdiri dari para pemerhati lingkungan, nelayan, petani, dan warga sekitar sungai yang peduli terhadap ekosistem sungai. Dengan pengakuan dan kerja sama dari berbagai pemangku kepentingan, komunitas ini dapat menjadi kekuatan positif dalam penerapan kebijakan pengelolaan sungai berkelanjutan.

Melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan pengelolaan eceng gondok juga memungkinkan pemantauan lokal yang lebih efektif terhadap potensi pelanggaran kebijakan lingkungan. Masyarakat dapat berperan sebagai mata dan telinga dalam menyikapi tindakan-tindakan yang berpotensi merusak Sungai Bengawan Solo. Dengan cara ini, mereka dapat memberikan informasi berharga kepada pihak berwenang, memperkuat penegakan hukum dan menjamin keberlanjutan upaya pengelolaan sungai.

Akibat kurang optimalnya pemanfaatan eceng gondok yang berdampak pada lingkungan, muncul ide untuk memberdayakan dan menggerakkan masyarakat melalui usaha yang dinamakan Bengokcraft. Pemberdayaan dilakukan dengan mengubah eceng gondok menjadi berbagai jenis kerajinan. Tujuan utama dari kegiatan pemberdayaan ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui diversifikasi ekonomi dan pemanfaatan sumber daya alam secara kreatif.

Bengokcraft adalah sebuah inisiatif usaha yang tidak hanya menekankan aspek bisnis semata, melainkan juga memiliki program pemberdayaan masyarakat lokal (Ilmaknun & Wijaya, 2020). Usaha ini fokus pada produksi dan penjualan hasil kerajinan yang dibuat oleh warga setempat. Bengokcraft tidak hanya berperan sebagai entitas bisnis, tetapi juga sebagai agen perubahan dalam memberdayakan masyarakat. Keberhasilan penjualan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dalam penerapan program pemberdayaan.

Bengokcraft menerapkan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui serangkaian metode, terutama dengan fokus pada program pelatihan khusus dan pelatihan terkait promosi serta pemasaran online. Upaya ini tidak hanya mengembangkan keterampilan teknis masyarakat dalam pembuatan barang kerajinan, tetapi juga memberikan wawasan strategis tentang pemasaran online. Dengan pemahaman yang mendalam melalui pelatihan khusus, mereka dapat meningkatkan kualitas hasil kerajinan.

Workshop pengolahan ekeng gondok menjadi barang kerajinan memberikan dampak positif ekonomi dan lingkungan. Masyarakat kini tidak hanya memiliki keterampilan baru, tetapi juga memandang eceng gondok sebagai sumber daya bernilai (Wardiah et al., 2019). Kerajinan yang dihasilkan tidak hanya memberikan nilai tambah ekonomis tetapi juga membantu mengurangi pertumbuhan ekeng gondok yang berlebihan di Sungai Bengawan Solo.

Melalui kegiatan promosi dan pemasaran online, masyarakat dapat memperluas jangkauan hasil kerajinan mereka. Penggunaan platform media sosial seperti Facebook dan Shopee membuka peluang baru untuk meningkatkan pendapatan dan mendapatkan pengakuan dari pasar yang lebih luas. Ini menandai peralihan positif dari pola hidup tradisional ke pasar global, memberikan dampak positif pada kesejahteraan masyarakat.

Sungai Bengawan Solo mengalami masalah serius akibat pertumbuhan eceng gondok yang tak terkendali, menyebabkan penyempitan alur, hambatan aliran air, dan meningkatkan risiko banjir. Melalui kegiatan pendidikan lingkungan, masyarakat memahami hubungan kebersihan sungai dengan kesejahteraan mereka, membentuk kesadaran kolektif, dan merasa bertanggung jawab terhadap keberlanjutan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA 

Atmaka, F. X. (2004). Evaluasi normalisasi sungai Bengawan Solo hulu dengan konsep eko-hidraulik (Evaluation of Upper Bengawan Solo river correction by ecological hydraulics concept).

Hartanto, M. O. (2020). Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Untuk Kemajuan Desa Ekowisata Di Sekitar Danau Rawa Pening. G-SMART, 4(2), 128--137.

Ilmaknun, A. L., & Wijaya, A. (2020). Peran Bengokcraft dalam Memberdayakan Masyarakat melalui Pemanfaatan Eceng Gondok di Desa Kesongo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Journal.Unnes.Ac.Id.

Makarim, A. K., & Ikhwani, I. (2011). Inovasi dan strategi untuk mengurangi pengaruh banjir pada usahatani padi. Jurnal Ilmu Tanah Dan Lingkungan, 13(1), 35--41.

Megawati, M. (2014). Pengaruh penambahan EM4 (Effective Microorganism-4) pada pembuatan biogas dari eceng gondok dan rumen sapi. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 3(2), 42--49.

RAMADHANI, E. (2016). ANALISIS PENCEMARAN KUALITAS AIR SUNGAI BENGAWAN SOLO AKIBAT LIMBAH INDUSTRI DI KECAMATAN KEBAKKRAMAT.

Rasidi, V. T., Nurfadhilah, S. I., Kamilah, S. N., & Sugilar, H. (2023). Dampak Eceng Gondok Terhadap Penyebaran Penyakit Yang Disebabkan Oleh Nyamuk. PROCEEDINGS UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG, 3(6), 184--201.

Wardiah, I., Noor, H., Fauzan, R., Sholihin, F., Banjarmasin, P. N., & Id, I. A. (2019). PEMANFAATAN ECENG GONDOK UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA JELAPAT I KABUPATEN BARITO KUALA. In Jurnal Impact: Implementation and Action (Vol. 1, Issue 2).

Widyaningrum, A. (2012). Pemanfaatan Pemberian Eceng Gondok (Eichhornia crassipes. M) dan Vinasse Terhadap Kemantapan Agregat Pada Tanah Entisol Di Colomadu Kabupaten Karanganyar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun