Mohon tunggu...
Natasha Dwi Pramudita
Natasha Dwi Pramudita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

An enthusiastic IT student, currently accepted as one of Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) program, aiming to explore AI, robotics, and diverse cultures while actively engaging in courses, seminars, and community sharing.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengungkap Jejak Budaya di Pulau Formosa

18 Desember 2023   00:48 Diperbarui: 18 Desember 2023   01:03 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama para guru di Qingshui Playground

fb-img-1702829716539-657f224212d50f2067740ea4.jpg
fb-img-1702829716539-657f224212d50f2067740ea4.jpg

Foto bersama para guru di Qingshui Playground
Foto bersama para guru di Qingshui Playground

Pengalaman terakhir yang akan saya bagikan adalah pengalaman saya selama di Qingshui Playground di Distrik Qingshui. Ini adalah pengalaman lokakarya kebudayaan pertama saya mengenai gaya hidup pedesaan di Taiwan. di sini saya belajar untuk membuat tempat pembakaran yang sering disebut sebagai stone kiln. Seperti namanya tempat pembakaran batu ini berasal dari batu yang ditumpuk sedemikian rupa seperti tungku untuk memasak. Setelah menumpuk batu, di dalamnya diberi bara api hingga bebatuan tersebut menghitam. Setelah mematikan api, bahan masakan dimasukkan ke dalam tungku dan kami meruntuhkan bebatuan tersebut serta menutupinya dengan pasir. Setelah beberapa waktu berlalu kami menggali tumpukan pasir dan batu tersebut untuk mencari makanan yang telah dimasukkan sebelumnya. Para guru menjelaskan bahwa tradisi ini hanya ada di bagian tengah hingga selatan Taiwan dan biasanya dilakukan setiap sekali dalam setahun selama musim dingin.  Mereka juga menjelaskan bahwa terdapat dua bagian tersusah dan menyenangkan selama proses ini. Proses pertama adalah menumpuk batu, dimana seharusnya kami tidak menggunakan kerangka besi untuk membuat tungku ini. Namun, para guru memahami bahwa kami adalah mahasiswa internasional yang asing dengan tradisi lokal ini. Bagian kedua adalah menggali dan menemukan makanan, dimana kami harus bersabar dan berusaha sekali lagi untuk mendapatkan hasil dari proses memasak yang panjang ini. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menikmati waktu bersama dengan keluarga atau orang terdekat. Sebelum pulang saya mendapatkan majalah yang dibuat oleh para guru untuk mempublikasikan kepada masyarakat mengenai tujuan komunitas ini dibentuk.

Tungku pembakaran dari batu
Tungku pembakaran dari batu

Proses menggali dan menemukan makanan
Proses menggali dan menemukan makanan

Menurut saya, kekuatan sejati Taiwan terletak pada penduduknya yang sangat ramah dan keinginan kuat mereka untuk berbagi kebudayaan serta pengalaman mereka. Hal inilah yang memperkaya kebudayaan di Taiwan. Saya menyadari bahwa untuk memahami suatu kebudayaan kita harus merasakannya secara langsung dan ikut serta dalam kegiatan maupun tradisi yang ada. Taiwan memiliki kekayaan budaya yang tak hanya tersimpan dalam sejarahnya, tetapi juga terwujud dalam interaksi sehari-hari masyarakatnya. Setiap momen tak terlupakan yang saya alami membawa pengalaman berharga yang memperluas pandangan saya terhadap keberagaman budaya Taiwan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun