Mohon tunggu...
Lyfe

Edensor dalam Mimpi

21 Februari 2018   18:00 Diperbarui: 21 Februari 2018   18:07 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Alur cerita dalam cerita novel ini bisa dianggap sebagai alur campuran dengan kejadian di dalam novel yang diceritakan secara maju lalu terdapat kilas balik pada tengah-tengah jalan cerita dan akan kembali lagi ke masa sekarang. Selain itu, di dalam cerita novel ini juga memuat alur tunggal yang mana cerita ini dikisahkan secara keseluruhan menjadi satu cerita, bukan dibagi-bagi menjadi beberapa bagian kecil. Untuk penggalan dari penjelasan alur di atas alur dapat dilihat sebagai berikut:

"Aku membuka tasku, mengeluarkan bungkusan kecil yang dititipkan ayah di Bandara Buluh Tumbang di Tanjong Pandan dulu, yang dipesankannya agar dibuka setelah aku sampai di Perancis.........Lalu aku terkenang, dulu ayah mengajariku melilit sarung di pinggangku dengan sarung itu. Dan, takkan pernah kulupa, aku dibonceng ayahku bersepeda ke bendungan............Air mataku meleleh. Ayahku adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku. Aku rindu pada ayahku, sangat rindu"

Tulisan novel ini berbentuk paparan atau narasi. Memang ada beberapa bagian yang mana beberapa tokohnya melakukan percakapan. Namun, secara garis besar dalam novel ini berbentuk narasi.

"Kami berlari kencang ke Selatan. Di kejauhan tampak papan lusuh berbentuk anak panah dengan tulisan yang kabur. Kami mendekatinya dengan gugup. Berjuta perasaan menggelak dalam hatiku. Semakin dekat semakin jelas, di situ tertulis Olovyannaya. Arai menatap plang nama itu, matanya berkaca-kaca. Kami duduk di bawahnya, diam, tak berkata-kata. Kami tak punya apa-apa lagi, tubuh kami ngilu, tak bertenaga, tak sanggup melangkah lebih jauh. Puluhan ribu kilometer telah kami tempuh, berbulan-bulan menjelajahi Rusia, dengan cara yang takkan pernah dipercaya siapapun, dengan kisah yang kata-kata takkan cukup untuk melukiskannya......"

Penggalan novel di atas megajarkan kita bahwa setiap hal yang kita impikan pasti akan terwujud dengan usaha dan semangat yang kuat. Tidak peduli seberapa mustahilnya mimpi tersebut dan seberapa gilanya mimpi tersebut. Pada awalnya mereka juga hanya bermimpi tentang hal tersebut. Lambat laun dari mimpi-mimpi itulah tercipta keberanian demi menjadikan mimpi tersebut menjadi suatu hal yang konkret. Karena sejatinya keberanian itu lahir secara alamiah melalui dorongan mimpi-mimpi yang besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun