Orang-orang dibalik KRÂ adalah Bramono sebagai pemimpin umum, Soemantoro sebagai pemimpin redaksi, Samawi sebagai wakil pemimpin redaksi, Soeprijo Djojosoepadmo dan Mardisisowo sebagai staf redaksi.Â
Sayangnya, pada akhir tahun 1947, Samawi menggantikan kedudukan Bramono sebagai pemimpin umum dan merangkap menjadi pemimpin redaksi KR. Kemudian mengajak Madikin Wonohito untuk memajukan KR.
Tahun 1948, Madikin dipercaya sebagai pemimpin redaksi dan dikenal sebagai dua serangkai bersama Samawi karena berhasil mengembangkan KR sebagai "Koran Perjuangan" dari Yogyakarta.
Masa Pemerintahan Orde Baru (1966-1998)
Tidak lama setelah tragedi G30S PKI, Departemen Penerangan memberlakukan regulasi baru yang mengatur bahwa setiap surat kabar harus dinaungi oleh suatu badan dari pemerintah atau partai politik.
Sehingga pada tahun 1966, KR berubah nama menjadi Dwikora yang dianggap lebih umum dan aman. Dwikora dipayungi langsung oleh Departemen Penerangan sehingga tetap bisa bertahan pada saat itu.
Dwikora hanya dipakai selama 59 edisi saja. Selanjutnya, pemerintah mengizinkan untuk menggunakan nama Kedaulatan Rakyat lagi.
Sepanjang era Orde Baru, KR meluncur mulus tanpa halangan.
Masa Reformasi (1998-Sekarang)
Kedaulatan Rakyat masih menjadi koran yang terus eksis hingga sekarang. KR berhasil melahirkan sejumlah produk media lainnya seperti koran Merapi, Minggu Pagi, Swara Kampus, KR Radio, KRjogja.com dan lain sebagainya.
'Sudah menjadi bagian hidup masyarakat Yogyakarta' merupakan ungkapan yang tepat untuk KR sekarang.