Mohon tunggu...
Natanael Cristoven Hia
Natanael Cristoven Hia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Sipil Universitas HKBP Nommensen

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mental Health Issues Kenapa Harus Takut? Yuk, Sikapi dengan Santai

30 Juni 2022   19:00 Diperbarui: 30 Juni 2022   19:04 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menjadi bagian dari generasi milenial adalah sebuah hal yang patut disyukuri oleh anak muda saat ini. Gimana enggak, generasi yang akan menjadi penerus bangsa di masa Indonesia Emas 2045 ini diberkahi dengan kemajuan teknologi yang gak pernah berhenti bertumbuh dan bertransformasi dalam memudahkan akses kehidupan.

Kemajuan itu ternyata sejalan dengan kemampuan generasi milenial untuk dapat menguasai teknologi dengan cepat. Hal inilah yang menjadikan generasi milenial menjadi lebih unggul dibanding "kakak-kakaknya".

Maka, tidak heran jika kemudian mereka disebut sebagai Si Paling Fast Learner karena bakat yang dimiliki. Hebat sekali ya, generasi yang di dalamnya ada aku ini.

Segala hal superior yang dipaparkan barusan pada kenyataannya enggak bisa menutup fakta bahwa generasi milenial itu punya problem seperti halnya generasi pendahulunya. 

Aku sebagai salah satu member di generasi ini paham betul tentang kondisi anak muda saat ini yang seringkali terlihat tegar di luar, rapuh di dalam mirip kue bantat yang belum matang di dalamnya. Punya banyak ambisi dan kehendak, namun sirna oleh rasa putus asa dan kurang percaya diri. 

Merasa paling mengerti dan paham tentang banyak hal dan bisa mengandalkan kemampuan sendiri, nyatanya mereka mundur karena kebanyakan mikir atau akrab disebut overthinking. 

Berpandangan kalau orang tua itu kebanyakan tuntutan dan cenderung diktator, padahal memang generasi milenial masih seorang pemula dan perlu petunjuk dalam menjalani gelombang kehidupan yang sangat dinamis ini.

Dari segelintir poin yang udah aku sampaikan tadi, terciptalah kamus khas anak masa kini yang menggambarkan kondisi-kondisi mereka saat ini. Misalnya sering merasa insecure yang merupakan perasaan gak aman karena cemas atau takut, anxiety yang bermakna kecemasan berlebihan, terjebak dalam toxic relationship-semacam hubungan yang enggak baik buat diri sendiri dan biasanya berhubungan dengan pertemanan, dan banyak lagi istilah lain. 

Di tengah berbagai kerumitan kehidupan yang dijalani, anak-anak muda dengan label generasi milenial kemudian mencoba cara masing-masing untuk setidaknya mengurangi beban pikirannya. 

Biasanya, mereka akan berkumpul untuk saling bertukar cerita satu sama lain, sekadar nongkrong untuk melepas penat, atau pergi melakukan perjalanan ke tempat-tempat rekreasi yang mereka sebut sebagai healing. 

Menariknya, alih-alih memulihkan semangat, healing ala generasi milenial ini malah bisa memperburuk keadaan dari yang sebelumnya. Jauhnya perjalanan dapat menimbulkan lelah fisik. Selain itu, tentunya diperlukan biaya yang bisa jadi tidak murah. Terkadang, aku merasa sedikit lucu setiap mendapati fenomena semacam ini.

Bagaimanapun, isu seperti ini selayaknya bukan sesuatu yang dapat diabaikan begitu aja. Fase yang dijalani anak muda saat ini jelas bukan tahap yang mudah. Pencarian jati diri menghabiskan banyak tenaga dan usaha untuk dapat menjadi diri sendiri tanpa merasa tertekan. 

Apalagi, segala hal yang berkaitan dengan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian adalah tanda tanya besar yang pasti menghampiri segala kalangan usia, terutama bagi anak muda berusia 20-an yang memasuki masa quarter life crisis. Opini yang dilemparkan oleh orang-orang di sekeliling sering melukai kondisi pikiran dan psikis generasi milenial. 

Usaha untuk melakukan healing bukan hal yang salah. Namun, akan lebih baik jika itu dilakukan bukan hanya sekadar mengurangi dampak, namun untuk menangkal dampak yang timbul dari berbagai sumber. Tanpa harus melakukan aktivitas yang berbiaya mahal, hal-hal sederhana justru mampu bekerja lebih efektif dalam mengatasi isu mental health. 

Pertama, pengenalan dan penerimaan diri seutuhnya sangat dibutuhkan oleh generasi milenial. Bersyukur atas kelebihan dan menghargai kekurangan diri adalah hal yang berdampak besar bagi diri sendiri. Adanya mindset yang memahami diri sendiri dengan baik akan membantu anak muda untuk tetap menjadi diri sendiri dan bangga dengan keunikan yang dimiliki. 

Kedua, melakukan kegiatan yang bersifat positif dan membangun juga merupakan sarana healing yang tepat. Melibatkan diri dalam kegiatan pengembangan diri seperti menyalurkan minat dan bakat melalui hobi akan lebih bermanfaat. Selain itu, kegiatan seperti berkebun atau membersihkan rumah akan memunculkan energi yang baru dari interaksi dengan lingkungan. 

Ketiga, mengurangi intensitas penggunaan media sosial. Teknologi memang berperan penting dalam kehidupan. Namun, segala sesuatu akan bernilai buruk jika dalam kadar yang berlebihan. Begitu pula dengan pemanfaatan media sosial. Jika melewati batas wajar, pengunaannya hanya akan jadi sumber kekhawatiran dan menimbulkan ketidaktenangan karena terdistraksi dengan hal-hal yang sebenarnya kurang penting. 

Keempat, mengikuti kegiatan pengembangan melalui webinar dengan topik seputar self-development maupun motivasi dari berbagai narasumber. Pengalaman adalah pengajar yang paling berharga dalam hidup. Melalui pengalaman yang didapatkan dari para narasumber, anak muda akan menemukan inspirasi dalam menghadapi setiap masalahnya. Apalagi saat ini, banyak penyelenggara yang mengadakan webinar secara gratis. Tentunya, tidak banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikutinya.

Nah, setelah panjang lebar bicara seputar serba-serbi generasi milenial dan kompleksitas di dalamnya, masih takut menghadapi mental health issues? Tenang, semua pasti berjalan dengan baik. Jalani hidup apa adanya, berusaha dengan tekun, fokus pada diri sendiri, dan selalu bersyukur. Selamat ber-healing ria.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun