Bagaimanapun, isu seperti ini selayaknya bukan sesuatu yang dapat diabaikan begitu aja. Fase yang dijalani anak muda saat ini jelas bukan tahap yang mudah. Pencarian jati diri menghabiskan banyak tenaga dan usaha untuk dapat menjadi diri sendiri tanpa merasa tertekan.Â
Apalagi, segala hal yang berkaitan dengan masa depan yang penuh dengan ketidakpastian adalah tanda tanya besar yang pasti menghampiri segala kalangan usia, terutama bagi anak muda berusia 20-an yang memasuki masa quarter life crisis. Opini yang dilemparkan oleh orang-orang di sekeliling sering melukai kondisi pikiran dan psikis generasi milenial.Â
Usaha untuk melakukan healing bukan hal yang salah. Namun, akan lebih baik jika itu dilakukan bukan hanya sekadar mengurangi dampak, namun untuk menangkal dampak yang timbul dari berbagai sumber. Tanpa harus melakukan aktivitas yang berbiaya mahal, hal-hal sederhana justru mampu bekerja lebih efektif dalam mengatasi isu mental health.Â
Pertama, pengenalan dan penerimaan diri seutuhnya sangat dibutuhkan oleh generasi milenial. Bersyukur atas kelebihan dan menghargai kekurangan diri adalah hal yang berdampak besar bagi diri sendiri. Adanya mindset yang memahami diri sendiri dengan baik akan membantu anak muda untuk tetap menjadi diri sendiri dan bangga dengan keunikan yang dimiliki.Â
Kedua, melakukan kegiatan yang bersifat positif dan membangun juga merupakan sarana healing yang tepat. Melibatkan diri dalam kegiatan pengembangan diri seperti menyalurkan minat dan bakat melalui hobi akan lebih bermanfaat. Selain itu, kegiatan seperti berkebun atau membersihkan rumah akan memunculkan energi yang baru dari interaksi dengan lingkungan.Â
Ketiga, mengurangi intensitas penggunaan media sosial. Teknologi memang berperan penting dalam kehidupan. Namun, segala sesuatu akan bernilai buruk jika dalam kadar yang berlebihan. Begitu pula dengan pemanfaatan media sosial. Jika melewati batas wajar, pengunaannya hanya akan jadi sumber kekhawatiran dan menimbulkan ketidaktenangan karena terdistraksi dengan hal-hal yang sebenarnya kurang penting.Â
Keempat, mengikuti kegiatan pengembangan melalui webinar dengan topik seputar self-development maupun motivasi dari berbagai narasumber. Pengalaman adalah pengajar yang paling berharga dalam hidup. Melalui pengalaman yang didapatkan dari para narasumber, anak muda akan menemukan inspirasi dalam menghadapi setiap masalahnya. Apalagi saat ini, banyak penyelenggara yang mengadakan webinar secara gratis. Tentunya, tidak banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mengikutinya.
Nah, setelah panjang lebar bicara seputar serba-serbi generasi milenial dan kompleksitas di dalamnya, masih takut menghadapi mental health issues? Tenang, semua pasti berjalan dengan baik. Jalani hidup apa adanya, berusaha dengan tekun, fokus pada diri sendiri, dan selalu bersyukur. Selamat ber-healing ria.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H