Mohon tunggu...
Ni Putu Orisa Natalia Putri
Ni Putu Orisa Natalia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Ganesha

Saya adalah Mahasiswa S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Univeristas Pendidikan Ganesha.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tradisi Nyentana di Tabanan : Peluang dan Tantangan di Tengah Fenomena "Marry is Scary"

26 Desember 2024   14:18 Diperbarui: 26 Desember 2024   22:10 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun memiliki banyak peluang, tradisi nyentana juga menghadapi tantangan yang tidak bisa diabaikan. Pertama, perubahan pola pikir generasi muda menjadi tantangan terbesar. Dalam masyarakat modern, banyak individu yang lebih memilih kebebasan individu dibandingkan tanggung jawab tradisional. Ketidakpahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi nyentana dapat menyebabkan penolakan terhadap praktik ini.

Kedua, tekanan ekonomi juga menjadi hambatan. Dalam beberapa kasus, keluarga perempuan yang menjalankan tradisi nyentana menghadapi beban finansial yang berat. Hal ini dapat memengaruhi persepsi masyarakat terhadap tradisi ini sebagai sesuatu yang membebani, bukan sebagai nilai yang harus dilestarikan.

Ketiga, globalisasi dan modernisasi turut memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap tradisi. Budaya populer yang cenderung mengedepankan individualisme dan gaya hidup modern sering kali bertentangan dengan nilai-nilai tradisional. Jika tidak diadaptasi dengan baik, tradisi nyentana berisiko kehilangan relevansinya di masa depan.

Strategi Penguatan Tradisi Nyentana

Untuk menjawab tantangan tersebut, diperlukan strategi yang komprehensif untuk melestarikan tradisi nyentana. Pertama, edukasi adalah kunci. Generasi muda perlu diberi pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini. Program pendidikan berbasis budaya dapat menjadi langkah awal untuk memperkenalkan tradisi nyentana kepada anak-anak sejak dini.

Kedua, adaptasi terhadap perubahan zaman sangat penting. Tradisi nyentana harus mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan generasi muda. Misalnya, memberikan fleksibilitas dalam pembagian peran dan tanggung jawab dalam keluarga dapat menjadi cara untuk membuat tradisi ini lebih relevan.

Ketiga, pemerintah dan komunitas lokal perlu bekerja sama untuk mendukung pelestarian tradisi nyentana. Penyediaan insentif bagi keluarga yang menjalankan tradisi ini dapat menjadi salah satu cara untuk meringankan beban finansial. Selain itu, kampanye budaya melalui media sosial dan platform digital dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melestarikan tradisi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun